BAB
4 kelangsungan hidup makhluk hidup
Standar
Kompetensi
2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi
Dasar
2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleski alam, dan perkembangbiakan
2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleski alam, dan perkembangbiakan
Peta
Konsep
Peta
Konsep Kelangsungan Hidup
A.
Pengertian Kelangsungan Hidup
Kita
ketahui bahwa tidak ada makhluk hidup di muka bumi ini yang mampu bertahan
hidup tanpa mengalami kematian, karena setiap makhluk hidup memiliki waktu kehidupan
atau umur yang terbatas. Misalnya umur pohon kelapa jauh lebih lama daripada
umur pohon jagung. Bagaimanapun sempurnanya perawatan suatu tanaman, jika
tanaman tersebut telah mencapai batas usia maksimal maka akan mati. Pada pohon
pisang, setelah berbuah bisa dipastikan akan segera mati. Namun, jika kamu
amati dengan seksama, sebelum berbuah dan akhirnya mati, pohon pisang tersebut
menumbuhkan tunas baru pada bagian bonggolnya. Tumbuhnya tunas tersebut
mengakibatkan tanaman pisang tetap terjaga kelangsungan hidupnya, meskipun
induk pohon pisang telah mati. Pertumbuhan pohon pisang silih berganti secara
alamiah. Hal tersebut tentunya juga terjadi pada makhluk hidup lain termasuk
hewan dan manusia.
Setiap
makhluk hidup telah dibekali oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kemampuan untuk
mempertahankan hidupnya dan menjaga keturunannya supaya tetap lestari. Tetapi,
karena keserakahan makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatnya dan
ketidakpedulian manusia akan kelestarian lingkungan hidup telah merusak ekosistem
yang baik. Telah
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh makhluk yang lebih kuat, atau yang kita kenal dengan hukum rimba.
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh makhluk yang lebih kuat, atau yang kita kenal dengan hukum rimba.
Setiap
jenis makhluk hidup dapat lestari jenisnya sampai saat ini karena berasal dari
makhluk hidup sebelumnya yang sejenis dapat bereproduksi dan berdaptasi dengan
lingkungan. Jika makhluk yang hidup pada zaman dulu tidak mampu bertahan dalam
kelangsungan hidupnya, maka jenis makhluk hidup itu akan punah seperti
dinosaurus. Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi
terhadap lingkungan, seleksi alam, dan perkembangbiakan.
B.
Adaptasi
1.
Pengertian
Adaptasi
adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya. Ada beberapa cara penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan
cara penyesuaian bentuk organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah
laku dalam menanggapi perubahan lingkungan. Dari pengertian adaptasi tersebut,
ada tiga macam bentuk adaptasi, yaitu:
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
Adaptasi
terlihat dari adanya perubahan bentuk luar atau dalam suatu makhluk hidup
sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Perubahan ini
bersifat tetap dan khas untuk setiap jenis sehingga bisa diwariskan kepada
keturunannya.
2.
Jenis-jenis Adaptasi
a.
Adaptasi fisiologi
Adaptasi
fisiologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup melalui fungsi kerja
organ-organ tubuh supaya bisa bertahan hidup. Adaptasi ini berlangsung di dalam
tubuh sehingga sulit untuk diamati.
1.Ikan
air laut menghasilkan urine yang lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai.
Ikan air laut menghasilkan urine lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai.
Hal ini dikarenakan kadar garam air laut lebih tinggi dari pada kadar
garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan ikan kekurangan air sehingga
ikan harus banyak minum. Akibatnya, .kadar garam dalam darahnya menjadi
tinggi sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan
mengeluarkan urine yang pekat.
2.
Kekebalan serangga terhadap insektisida akan meningkat (menjadi kebal) karena
penggunaan insektisida secara terusmenerus.
3.Hewan-hewan herbivor beradaptasi terhadap makanan secara fisiologis. Sapi, kambing, kerbau, dan domba merupakan hewan herbivor yang dapat mencerna zat makanan di dalam lambung. Rayap dan Teredo navalis yang hidup di kayu galangan kapal dapat mencerna kayu denganbantuan enzim selulose.Selain hewan, manusia dan tumbuhan dapat beradaptasi dengan lingkungannya secara fisiologi.
4.Tubuh manusia mampu menambah jumlah sel darahmerah apabila berada di pegunungan yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat mengikat oksigen lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh.
3.Hewan-hewan herbivor beradaptasi terhadap makanan secara fisiologis. Sapi, kambing, kerbau, dan domba merupakan hewan herbivor yang dapat mencerna zat makanan di dalam lambung. Rayap dan Teredo navalis yang hidup di kayu galangan kapal dapat mencerna kayu denganbantuan enzim selulose.Selain hewan, manusia dan tumbuhan dapat beradaptasi dengan lingkungannya secara fisiologi.
4.Tubuh manusia mampu menambah jumlah sel darahmerah apabila berada di pegunungan yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat mengikat oksigen lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh.
5.Mata
manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Ketika di
tempat gelap, maka pupil kita akan membuka lebar. Sebaliknya di tempat yang
terang, pupil kita akan menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata adalah
upaya untuk mengatur intensitas cahaya.
Jumlah
sel darah merah orang yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan
orang yang tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan
parsial oksigen di daerah pantai lebih besar dibandingkan daerah pegunungan. Jika
tekanan parsial oksigen rendah, maka dibutuhkan lebih banyak sel darah merah
untuk mengikat oksigen. Tekanan parsial oksigen adalah perbandingan kadar
oksigen di udara dibandingkan dengan kadar gas lain di udara.
6.
Bau yang khas pada bunga dapat mengundang datangnya serangga untuk membantu
penyerbukan. Bunga jenis ini menghasilkan madu atau nectar, dan serbuk sarinya
mudah melekat. Akar dan daun pada tumbuhan tertentu dapat menghasilkan zat
kimia yang berbau khas yang dapat menghambat tumbuhan lain di dekatnya. Contoh
di atas termasuk dalam adaptasi fisiologi.
b.
Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi
tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan mengubah
tingkah laku supaya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptasi
tingkah laku dapat berupa hasil belajar maupun insting/naluri sejak lahir.
Terdapat dua macam tingkah laku, yaitu sebagai berikut.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang persembunyian dengan kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu musuh. Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang persembunyian dengan kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu musuh. Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
Mimikri
Bunglon
Mimikri
adalah kemampuan untuk meniru bentuk, suara, dan tingkah laku seperti hewan
lain sehingga akan dikira predator atau hewan yang beracun atau berbahaya.
Migrasi juga merupakan bentuk adaptasi tingkah laku dengan cara bergerak dari
satu kawasan ke kawasan lain dan kemudian kembali lagi. Hewan bermigrasi dengan
berbagai alasan antara lain memperoleh iklim yang baik, makanan yang cukup,
tempat yang lebih aman, dan kepentingan perkembangbiakan.
Hewan
yang hidup di daerah kutub atau daerah yang mengalami pergantian empat musim
yang perbedaan suhunya ekstrim, biasanya melakukan hibernasi. Hibernasi adalah
tidur dalam jangka waktu yang lama ketika suhu lingkungan rendah. Aktivitas
tubuh seperti denyut jantung dan napas sangat pelan sehingga hanya memerlukan
energi/makanan yang sedikit. Contohnya kelelawar, ular, dan beruang kutub.
Selama hibernasi hewan menggunakan lemak dalam tubuh sebagai sumber energi.
Kucing
mengincar mangsanya dengan cara mendekam. Ketika mangsa mendekat dan lengah,
maka kucing akan meloncat dan menerkam mangsanya. Tingkah laku demikian untuk
menghemat energi. Lain halnya dengan cicak. Cicak akan memutuskan ekornya pada
saat berada
dalam ancaman. Paus naik ke permukaan air ketika akan mengambil oksigen untuk pernapasannya. Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
dalam ancaman. Paus naik ke permukaan air ketika akan mengambil oksigen untuk pernapasannya. Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
c.
Adaptasi Morfologi
Adaptasi
morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh
yang berlangsung sangat lama untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi ini sangat
mudah dikenali dan mudah diamati karena tampak dari luar.
Meskipun
hewan dapat bergerak bebas, hewan juga melakukan beragam adaptasi morfologi
untuk menyesuaikan dengan tempat hidup dan jenis makanannya. Adaptasi morfologi
berupa penyesuaian tubuh hewan seperti ukuran dan bentuk gigi, penutup tubuh,
dan alat gerak hewan. Gigi disesuaikan dengan jenis makanannya, sehingga gigi
hewan pemakan daging berbeda dengan hewan pemakan tumbuhan. Penutup tubuh
seperti rambut, duri, sisik, dan bulu yang tumbuh dari kulit disesuaikan dengan
kondisi lingkungannya sehingga dapat membantu hewan untuk tetap bertahan hidup.
Contoh yang lain adalah variasi tulang belakang dan sirip pada ikan pari
disebabkan perbedaan suhu saat pertumbuhannya, jenis kelamin kura-kura
ditentukan oleh variasi temperatur saat inkubasi (pengeraman), serta bentuk
paruh dan kaki burung bervariasi sesuai dengan jenis makanan dan habitatnya.
Variasi
Bentuk Paruh Burung
Variasi
Bentuk Kaki Burung
Burung
kolibri memiliki paruh panjang dan runcing. Paruh ini digunakan untuk menghisap
madu. Serangga juga beradaptasi dengan lingkungan melalui bentuk organ
tubuhnya. Organ tubuh jangkrik dan belalang yang digunakan untuk
beradaptasi adalah mulut. Mulut kedua hewan tersebut mempunyai rahang bawah dan
atas yang kuat.
Selain
hewan, tumbuhan juga beradaptasi dengan lingkungannya melalui bentuk tubuhnya,
yaitu:
1)
Tumbuhan Xerofit
Tumbuhan
xerofit memiliki struktur fisik yang sesuai untuk bertahan hidup pada suhu yang
ekstrim panas dan kekurangan air. Contohnya adalah kaktus dan sukulen. Kaktus
dapat bertahan hidup dalam kondisi kering.
Bentuk
adaptasinya yaitu daun tidak berbentuk lembaran sebagaimana tumbuhan lainnya,
tetapi mengalami modifikasi menjadi duri atau sisik. Kaktus mampu menyimpan air
pada batangnya. Seluruh permukaannya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi
penguapan. Sistem perakarannya panjang untuk mencapai tempat yang jauh yang
mengandung air.
2)
Tumbuhan Hidrofit
Tumbuhan
hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air. Adaptasi morfologi yang dilakukan
antara lain memiliki rongga udara di antara sel-sel tubuhnya sehingga dapat
mengapung. Daunnya lebar dan stomata terletak di permukaan atas. Contoh
tumbuhan hidrofit adalah kangkung, eceng gondok, dan teratai.
3)
Tumbuhan Higrofit
Tumbuhan
higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab dan basah. Adaptasinya
yaitu mempunyai daun yang tipis dan lebar.
C.
Seleksi Alam
Dalam
kehidupan sehari-hari, seleksi berarti pemilihan, dan alam
berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi alam adalah pemilihan makhluk hidup yang dapat hidup terus dan tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan sekitar dan terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa makhluk hidup karena tidak dapat menyesuaikan diri.
berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi alam adalah pemilihan makhluk hidup yang dapat hidup terus dan tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan sekitar dan terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa makhluk hidup karena tidak dapat menyesuaikan diri.
1.
Faktor penyeleksi alam
Seleksi
alam ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut.
a.
Suhu lingkungan
Di
daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia yang
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
b.
Makanan
Setiap
makhluk hidup memerlukan makanan. Makanan adalah kebutuhan primer makhluk
hidup. Makanan akan menjadi faktor penyeleksi jika terjadi perebutan makanan.
Makhluk hidup yang kuat dan mempertahankan makanannya akan dapat berlangsung
hidup, sebaliknya hewan yang lemah dan tidak mampu bersaing dalam perebutan
makanan akan tereliminasi dan punah.
c.
Cahaya matahari
Faktor
matahari berhubungan dengan penyeleksian tumbuhan tingkat tinggi yang
berklorofil. Karena tumbuhan menggunakan cahaya matahari untuk pembentukan
makanan.
2.
Kepunahan makhluk hidup
Berdasarkan
temuan fosil-fosil, dapat diketahui bahwa banyak jenis makhluk hidup yang hidup
pada jaman dahulu tidak ditemukan lagi sekarang. Tetapi ada juga yang masih
hidup sampai sekarang yaitu capung. Capung adalah hewan yang hidup pada jaman
karbon sampai sekarang. Hewan lain yang hampir mirip dengan hewan yang telah
punah adalah kadal dan komodo. Ketiga hewan tersebut adalah hewan yangtergolong
dalam fosil hidup.
Dinosaurus
merupakan contoh hewan yang telah punah. Para ilmuan berpendapat bahwa yang
menyebabkan kepunahan hewan ini adalah perubahan iklim. Iklim yang terganggu
akan menyebabkan kematian banyak jenis tumbuhan sehingga dinosaurus herbivor
tidak bisa mendapatkan makanan. Sedangkan Dinosaurus karnivor dapat bertahan
hidup untuk sementara. Tetapi dengan berjalannya waktu, hewan karnivorpun mati.
Saat
ini, tingkah laku manusia banyak mempengaruhi proses seleksi alam. Perburuan
liar, penangkapan, perusakan habitat, pencemaran lingkungan dapat mempercepat
laju seleksi yang tidak alami. Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang
harus bermigrasi ke daerah yang kurang sesuai dengan lingkungan alaminya.
Mereka harus berjalan berkilo-kilometer untuk memperoleh makanan yang cukup.
Di
Indonesia, terdapat banyak tumbuhan dan hewan yang hampir punah. Contohnya
adalah harimau jawa, badak bercula satu, badak bercula dua, dan burung jalak
bali. Hewan yang hampir punah tersebut disebabkan karena kerusakan habitat oleh
manusia, perburuan liar, kemampuan adaptasinya rendah, serta tingkat reproduksi
yang rendah.
D.
Perkembangbiakan Makhluk Hidup
Perkembangbiakan
makhluk hidup dapat dipergunakan untuk melangsungkan kehidupan. Karena bila
tanpa perkembangbiakan, maka makhluk hidup akan punah. Misalkan pada suatu
perkebunan terdapat populasi belalang yang terkena radiasi, sehingga belalang
jantan menjadi mandul dan tidak dapat melakukan perkawinan dengan belalang
betina. Ketidakmampuan belalang untuk berkembang biak akan menyebabkan belalang
di perkebunan tersebut punah. Jadi, belalang tersebut tidak dapat menjaga
kelestarian jenisnya karena tidak mampu berkembang biak.
Makhluk
hidup ada yang mempunyai daya berkembang biak tinggi dan rendah. Makhluk hidup
yang mempunyai daya berkembang biak tinggi akan mudah menjaga kelestarian
hidupnya. Misalnya tikus, kucing, ilalang, dan enceng gondok.
Makhluk
hidup yang mempunyai daya berkembang biak rendah sangat sulit menjaga
kelangsungan dan kelestarian jenisnya. Misalnya gajah, hanya beranak sekali
dalam dua tahun dan setiap kali beranak hanya seekor. Demikian pula badak,
komodo, kancil, burung merak, jerapah, harimau, dan ikan paus biru yang hanya
menghasilkan dua anak dalam waktu 10 tahun. Hewan yang memiliki daya berkembang
biak rendah merupakan hewan-hewan yang terancam kelestariannya.
Selain
hewan, tumbuhan juga dilindungi oleh negara karena kelangkaan dan daya
berkembang biaknya rendah. Misalnya tumbuhan yang dilindungi oleh negara
adalah bunga bangkai (Refflesia Arnoldi), anggrek bulan Ambon, kemang, kepuh,
kayu ulin Kalimantan, kemenyan, dan gaharu dilindungi oleh negara
sumber
2
Kompetensi
Dasar :
Mengidentifikasi
kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleski alam, dan
perkembangbiakan
Mendeskripsikan
konsep pewarisan sifat pada makhluk hidup
Daftar
isi
|
Adaptasi
pada Hewan dan Tumbuhan
Adaptasi
Morfologi
Adaptasi
morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh. Struktur tubuh. atau alat-alat tubuh
organisme terhaclap lingkungannya. Kamu dengan mudah dapat mengamati adaptasi
morfologi karena perubahan yang terjadi merupakan perubahan bentuk luar. Contoh
adaptasi morfologi adalah sebagai berikut.
Adaptasi
Morfologi pada Hewan
Mengapa
bentuk paruh burung bermacam-macam?, bentuk paruh burung bermacam-macarn
disesuaikan dengan jenis makanannya. Burung paruhnya sesuai untuk makan
biji-bijian. Burung kolibri, paruhya sesuai untuk mengisap madu dari bunga.
Burung pelikan, paruhnya sesuai untuk menangkap ikan. Burung elang, paruhnya
sesuai untuk mengoyak daging mangsanya. Burung pelatuk. paruhnya sesuai untuk
memahat batang pohon dan menangkap serangga di dalamnya. Adaptasi morfologi
pada burung juga dapat dilihat pada macam-macam bentuk kakinya.
Adaptasi
Morfologi pada Tumbuhan
Berdasarkan
tempat hidupnya, tumbuhan dibedakan menjadi sebagai berikut.
Xeroflt,
yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering, contohnya
kaktus. Cara adaptasi xerofit. antara lain mempunyai daun berukuran kecil atau
bahkan tidak berdaun (mengalami modifikasi menjadi duri), batang dilapisi
lapisan lilin yang tebal, dan berakar panjang sehingga berjangkauan sangat
luas.
Hidrofit.
yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan berair, contohnya
teratai. Cara adaptasi hidrofit, antara lain berdaun lebar dan tipis, serta
mempunyai banyak stomata.
Higrofit, yaitu
tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan lembap, contohnya tumbuhan
paku dan lumut.
Adaptasi
Fisiologi
Adaptasi
fisiologi adalah penyesuaian fungsi alat-alat tubuh organisme terhadap
lingkungannya. Kamu tidak mudah mengamati adaptasi fisiologi karena adaptasi
fisiologi menyangkut fungsi alat-alat tubuh yang umumnya terletak di bagian
dalam tubuh. Contoh
adaptasi fisiologi adalah sebagai berikut.
adaptasi fisiologi adalah sebagai berikut.
Adaptasi
Fisiologi pada Manusia
Jumlah
sel darah merah orang yang tinggal di pegunungan lebih banyak jika dibandingkan
dengan orang yang tinggal di pantai/dataran rendah.
Ukuran
jantung para atlet rata-rata lebih besar dari pada ukuran jantung orang
kebanyakan.
Pada
saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengeluarkan urine (air seni).
Adaptasi
Fisiologi pada Hewan
Berdasarkan
jenis makanannya, hewan dapat dibedakan menjadi karnivor (pemakan daging).
herbivor memakan tumbuhan), serta omnivor (pemakan daging dan turnbuhan).
Penyesuaian hewan-hewan tersebut terhadap jenis makanannya. antara lain
terdapat pada ukuran (panjang) usus dan enzim pencernaan yang berbeda. Untuk
mencerna tumbuhan yang umumnya mempunyai sel-sel berdinding sel keras,
rata-rata usus herbrvor lebih panjang daripada usus karnivor:
Adaptasi
Fisiologi pada Tumbuhan
Tumbuhan
yang penyerbukannya dibantu oleh serangga mempunyai bunga yang berbau khas.
Tumbuhan
tertentu menghasilkan zat khusus yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan
lain atau melindungi diri terhadap herbivor. Misalnya. semak azalea di Jepang
menghasilkan bahan kimia beracun sehingga rusa tidak memakan daunnya.
Adaptasi
Tingkah Laku
Adaptasi
tingkah laku adalah penyesuaian organisme terhadap lingkungan dalam bentuk
tingkah laku. Kamu dapat dengan mudah mengamati adaptasi ini. Contoh adaptasi
tingkah laku adalah sebagai berikut.
Adaptasi
Tingkah Laku pada Hewan
Bunglon
melakukan mimikri, yaitu mengubah-ubah warna kulitnya sesuai dengan warna
lingkungan/tempat hinggapnya. Dengan mengubah warna kulitnya sesuai dengan
lingkungannya, bunglon terlindung dari pemangsanya sekaligus tersamar dari
hewan yang akan dimangsanya. Dengan demikian, bunglon dapat terhindar dari
bahaya dan sekaligus lebih mudah menangkap mangsanya.
Cumi-cumi
mengeluarkan tinta/cairan hitam ketika ada bahaya yang mengancamnya. Cumi-cumi
juga mampu mengubah-ubah warna kulitnya sesuai dengan warna lingkungannya.
Secara
berkala, paus muncul di permukaan air untuk menghirup udara dan menyemprotkan
air. Paus melakukan tindakan demikian karena alat pernapasannya berupa
paru-paru tidak dapat memanfaatkan oksigen yang terlarut di dalam air.
Dalam
keadaan bahaya, cecak melakukan autotomi, yaitu memutuskan ekornya. Ekor cecak
yang terputus tetap dapat bergerak sehingga perhatian pemangsanya beralih pada
ekor tersebut dan cecak dapat menyelamatkan diri.
Adaptasi
Tingkah Laku pada Tumbuhan
Pada
saat lingkungan dalam keadaan kering, tumbuhan yang termasuk suku jahe-jahean
akan mematikan sebagian tubuhnya yang tumbuh di permukaan tanah.
Pada
musim kemarau. tumbuhan tropofit, misalnya pohon jati dan randu, menggugurkan
daunnya.
Seleksi
Alam
Seleksi
alam adalah proses di alam. Misalnya perubahan lingkungan. Persaingan
antarorganisme. dan proses makan dimakan. yang dapat memilih organisme yang
dapat bertahan hidup atau tidak dapat bertahan hidup di alam.
Di Kepulauan Galapagos juga terdapat contoh adanya seleksi alam yang lain. Kaktus yang hidup di pulau yang tidak dihuni kura-kura tumbuh rendah dengan duri-duri lunak. Adapun kaktus yang hidup di pulau yang dihuni kura-kura tumbuh seperti pohon dengan batang tebal dan tinggi serta dilindungi oleh duri yang keras dan kaku. Organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam akan mampu bertahan hidup. Sebaliknya. organisme yang tidak berhasiI lolos dari seleksi alam akan punah. Contoh organisme yang punah karena seleksi alam adalah dinosaurus. Beberapa teori berusaha menjelaskan punahnya dinosaurus. Salah satunya menyebutkan bahwa dinosaurus punah karena jutaan tahun yang lalu sebuah meteor menabrak bumi. Tabrakan itu menimbulkan ledakan hebat yang mengakibatkan terlepasnya sejumlah besar debu ke atmoster. Debu tersebut menghalangi sinar matahari sehingga tumbuhan hijau tidak dapat melakukan fotosintesis. Akibatnya, banyak tumbuhan mati. Dinosaurus yang herbivor tidak mendapatkan makanan dan mati. Dinosaurus pemakan daging yang tidak mendapat mangsa akhirnya punah.
Di Kepulauan Galapagos juga terdapat contoh adanya seleksi alam yang lain. Kaktus yang hidup di pulau yang tidak dihuni kura-kura tumbuh rendah dengan duri-duri lunak. Adapun kaktus yang hidup di pulau yang dihuni kura-kura tumbuh seperti pohon dengan batang tebal dan tinggi serta dilindungi oleh duri yang keras dan kaku. Organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam akan mampu bertahan hidup. Sebaliknya. organisme yang tidak berhasiI lolos dari seleksi alam akan punah. Contoh organisme yang punah karena seleksi alam adalah dinosaurus. Beberapa teori berusaha menjelaskan punahnya dinosaurus. Salah satunya menyebutkan bahwa dinosaurus punah karena jutaan tahun yang lalu sebuah meteor menabrak bumi. Tabrakan itu menimbulkan ledakan hebat yang mengakibatkan terlepasnya sejumlah besar debu ke atmoster. Debu tersebut menghalangi sinar matahari sehingga tumbuhan hijau tidak dapat melakukan fotosintesis. Akibatnya, banyak tumbuhan mati. Dinosaurus yang herbivor tidak mendapatkan makanan dan mati. Dinosaurus pemakan daging yang tidak mendapat mangsa akhirnya punah.
Reproduksi
(Perkembangbiakan)
Organisme
yang mempunyai tingkat reproduksi tinggi memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila dibandingkan dengan
organisme yang mempunyai tingkat reproduksi rendah. Reproduksi merupakan ciri
makhluk hidup yang penting karena bertujuan melestarikan jenisnya agar tidak
punah. Terdapat dua macam reproduksi, yaitu reproduksi vegetatif
(aseksual/tidak kawin) dan reproduksi generatif ( seksual/kawin ).
Reproduksi
pada Tumbuhan
Tumbuhan
Tidak Berpembuluh
Reproduksi
Ganggang (Alga)
Reproduksi
vegetatif, antara lain dengan membentuk zoospora. fragmentasi. dan membelah
diri.
Dengan
membentuk .oospora ( spora keebara).berupa sel reproduksi aseksual yang
memiliki flagel (bulu cambuk), misalnya pada Chlorococcum.
Secara
Fragmentasi, yaitu pemotongan bagian tubuh menjadi beberapa bagian. setiap
potongan tubuh dapat berkembang menjadi organisme baru, misalnya pada
Spirogyra.
Dengan
membelah diri, misalnya pada Navicula
Reproduksi
generatif, antara lain dengan konjusasi dan membentuk sel kelamin.
Konjugasi,
yaitu reproduksi generatif pada organisme yang tidak diketahui jenis
kelaminnya. Untuk membedakan jenis kelamin ditandai dengan (+) dan (-).
Konjugasi diawali dengan plasmogonu (persatuan plasma) dilanjutkan dengan
kariogomi (persatuan inti sel). Reproduksi secara konjugasi terjadi pada
Spirogyra.
Dengan
pembentukan gamet (sel kelamin). yaitu sel telur (ovum) oleh oogonium dan
sperma oleh anteridium. misalnya pada Ulva dan Oedogonium.
Tumbuhan
Berpembuluh
Reproduksi
Tumbuhan Paku
Pada
tumbuhan paku terjadi metagenesis. Tumbuhan paku merupakan generasi sporofit
yang menghasilkan spora. Daun paku dibedakan menjadi dua macam, yaitu sporofil
dan tropofil. Sporofil adalah daun yang bersifat fertil (subur), dapat
menghasilkan spora: sedangkan tropofil adalah daun yang bersifat infertil
(mandul). tidak dapat menghasilkan spora.
Reproduksi
Tumbuhan Berbiji
Reproduksi
Vegetatif
Reproduksi
vegetatif pada tumbuhan berbiji dapat dibedakan menjadi dua macam. yaitu
reproduksi vegetatif alami dan reproduksi vegetatif buatan. Reproduksi
vegetatif alami adalah reproduksi vegetatjf yang terjadi secara alami (tanpa
campur tangan manusia), sedangkan reproduksi vegetatif buatan adalah reproduksi
vegetatif dengan bantuan manusia.
Rhizoma
Rhizoma
(akar rimpang) sebenarnya adalah akar yang tumbuh mendatar dan terletak di
bawah permukaan tanah. Rhizoma berbentuk mirip akar, tetapi berbuku-buku (beruas-ruas)
seperti batang dan pada ujungnya terdapat kuncup. Pada setiap buku terdapat
daun yang berubah bentuk menjadi sisik dan di setiap ketiak sisik terdapat
tunas. Jika tunas di ujung rhizoma dan ketiak tumbuh menjadi tanaman baru,
tanaman tersebut tetap bergabung dengan tanaman induknya sehingga membentuk
rumpun. Rhizoma antara lain
ditemukan pada tanaman lengkuas, kunyit, sansiviera, dan temu lawak.
ditemukan pada tanaman lengkuas, kunyit, sansiviera, dan temu lawak.
Geragih
(Stolon)
Geragih
(stolon) adalah batang yang tumbuh menjalar di atas atau di bawah permukaan
tanah. pada geragih terdapat buku-buku dengan tunas-tunas yang dapat tumbuh
menjadi organisme baru. Di bagian bawah tunas dapat tumbuh akar-akar serabut
baru. Kuncup bagian ujung umumnya menyentuh ranah. Setelah jauh dari induknya,
ujung geragih akan membelok ke atas dan tumbuh menjadi tanaman baru yang jauh
dari induknya. Contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan geragih adalah
pegagan dan arbei (geragih tumbuh menjalar di atas tanah), serta rumput teki
(geragih tunbuh di barvah permukaan tanah).
Tunas
Adventif
Tunas
adventif adalah tunas yang tumbuh bukan pada ujung batang ataupun ketiak daun.
Contoh tumbuhan yang me|akukan perkembangbiakan dengan tunas adventif adalah
cocor bebek. kesemek, dan sukun.
Umbi
Lapis
Umbi
lapis adalah tunas yang mengalami modifikasi' terdiri atas batang yang sangat
pendek, dibungkus oleh daun-daun yang berdaging, dan menyerupai sisik. Contoh
tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi lapis adalah bawang merah, bawang
putih, dan bakung.
Umbi
Batang
Umbi
batang adalah batang yang tumbuh di dalam tanah, ujungnya menggembung membentuk
umbi. Bagian ini merupakan tempat menyimpan cadangan makanan, terutama zat
tepung. Contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi batang adalah kentang
dan gembili. Umbi batang juga merupakan alat perkembangbiakan secara vegetatif.
Pada umbi batang dapat tumbuh mata tunas, yang dapat tumbuh menjadi tanaman
baru.
Reproduksi
Generatif''
Penyerbukan
Pada
tumbuhan, sebelum terjadi proses pembuahan (fertilisasi), terjadi proses
penyerbukan/persarian (polinasi ). Pada tumbuhan biji tertutup (Angiospermae).
Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya melekatnya serbuk sari di kepala putik.
Pada tumbuhan biji tertutup (Gymnospermae) penyerbukan adalah melekatnya serbuk
sari langsung pada bakal biji.
Tumbuhan
berumah satu adalah tumbuhan yang memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam
satu tumbuhan. baik pada satu bunga ataupun pada bunga yang berbeda. Contoh
tumbuhan berumah satu adalah kacang-kacangan, jambu-jambuan, dan
terung-terungan.
Tumbuhan berumah dua adalah tumbuhan yang memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam tumbuhan yang berbeda. Contoh tumbuhan berumah dua adalah salak dan pakis haji.
Berdasarkan faktor penyebab sampainya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan dapat dibedakan sebagai berikut.
Tumbuhan berumah dua adalah tumbuhan yang memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam tumbuhan yang berbeda. Contoh tumbuhan berumah dua adalah salak dan pakis haji.
Berdasarkan faktor penyebab sampainya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan dapat dibedakan sebagai berikut.
Anemogami adalah
penyerbukan dengan bantuan angin. Anemogami terjadi pada tumbuhan yang memiliki
bunga dengan ciri-ciri: bunga berukuran kecil; tidak mempunyai mahkota bunga
atau mahkota bunganya berukuran kecil, mahkota bunga tidak berrvarna menarik
atau berwarna seperti daun; tidak mempunyai kelenjar madu; tangkai bunga
panjang. bunga terletak jauh di atas daun; serbuk sari kecil, sangat banyak,
dan ringan sehingga mudah diterbangkan angin; kedudukan benang sari
bergantungan, serbuk sarinya berhamburan jika digoyang; kepala putik besar,
berbulu, tangkai putik terjulur ke luar, kepala putik menyembul keluar dari
bunga sehingga mudah menangkap serbuk sari. Anemogami clapat terjadi pada
rumputrumputan, padi, dan jagung.
Hidrogami adalah
penyerbukan dengan bantuan air. Hidrogami dapat terjadi pada Hydrilla sp, eceng
gondok, dan teratai. Penyerbukan dengan bantuan air akan terjadi jika tubuh
tanarnan terendam dalam air.
Zoidiogami adalah
penyerbukan dengan bantuan hewan. Zoidiogami terjadi pada tumbuhan yang
memiliki bunga dengan ciri-ciri: bunga berukuran besar; mahkota bunga berwarna
mencolok dengan aroma khas; memiliki kelenjar madu; serbuk sari bersifat
lengket (mudah melekat). Zoidiogami dapat terjadi pada jambu, mangga, jeruk, dan
pepaya. Zoidiogami dibedakan berdasarkan jenis hewan yang membantu penyerbukan.
Misalnya. Entomogami (penyerbukan dengan bantuan serangga, antara lain lalat,
kumbang, dan lebah), malakogami (penyerbukan dengan bantuan siput/bekicot), dan
kiropterogani (penyerbukan dengan bantuan kelelawar).
Penyerbukan
dengan bantuan manusia (antropogami), sampainya serbuk sari ke kepala putik
dengan bantuan manusia. Hal ini terjadi karena tidak ada perantara yang
membantu penyerbukan. Penyerbukan ini dapat terjadi pada vanili dan beberapa
jenis anggrek. Penyerbukan ini dilakukan untuk mendapatkan jenis bibit baru
yang unggul. Berdasarkan asal serbuk sari yang jatuh ke kepala putik.
penyerbukan dapat dibedakan sebagai berikut.
Penyerbukan
sendiri (autogami), terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik
berasal dari benang sari bunga itu sendiri. Jika terjadinya penyerbukan pada
saat bunga masih kuncup, disebut kleistogami.
Penyerbukan
tetangga (geitonogami), terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal
dari benang sari bunga lain dalam satu tanaman.
Penyerbukan
silang (allogami), terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik
berasal dari benang sari bunga tanaman lain yang termasuk satu jenis (spesies).
Penyerbukan
bastar, terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari
benang sari bunga tanaman lain yang sejenis, tetapi berbeda varietas, misalnya
bunga mangga manalagi diserbuki bunga mangga golek.
Reproduksi
pada Hewan
Reproduksi
Avertebrata
Reproduksi
Vegetatif
Membelah
Diri
Reproduksi dengan cara membelah diri hanya terjadi pada Protozoa (hewan bersel satu), misalnya Amoeba, Puramaecium, dan Euglena. Proses pembelahan diawali dengan proses pembelahan inti sel (nukleus) rnenjadi dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma menjadi dua bagian yang masing-masing menyelubungi dua nukleus tersebut. Selanjutnya, bagian tengah sitoplasma menggenting (menyempit), diikuti pemisahan yang membentuk dua individu. Pada saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri dengan membentuk kista yang berdinding sangat kuat. Di dalam kista tersebut, Amoeba membelah diri berulang-ulang menghasilkan banyak individu baru dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik. dinding kista akan pecah dan individu-individu baru tersebut keluar. kemudian tumbuh dan berkembang menjadi Amoeba dewasa.
Fragmentasi
Pada fragmentasi. individu baru terbentuk dari potongan tubuh induknya. Masing-masing potongan tubuh akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Contoh hewan yang melakukan reproduksi secara fragmentasi adalah cacing Planctria. Cacing Planaria mempunyai daya regenerasi yang sangat tinggi. Seekor cacing Planaria yang dipotong menjadi dua bagian, masing-masing potongan akan tumbuh dan berkembang menjadi dua ekor cacing Planaria. Begitu juga ketika dipotong menjadi tiga bagian, masing-masing tumbuh dan berkembang menjadi tiga ekor cacing Planaria. Cacing Planaria bersifat hermafrodit, artinya dalam satu individu terdapat dua macam alat reproduksi, yaitu alat reproduksi jantan dan betina dan dapat melakukan reproduksi secara generatif.
Pembentukan Tunas
Contoh hervan yang melakukan reproduksi dengan membentuk tunas ialah Hydra. Individu baru Hydra terbentuk dari bagian tubuh Hydra dewasa. Setelah cukup besar, tunas akan melepaskan diri dari tubuh induknya. Hewan lain yang melakukan reproduksi dengan tunas misalnya ubur-ubur, hewan karang, dan anemon laut. Pada hewan karang, tunas tumbuh di dalam tubuh, disebut tunas dalam (gemulae). Jika induk hewan karang mati, gemulae akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
Sporulasi
Sporulasi adalah proses pembelahan berganda (pembelahan multipel) yang menghasilkan spora. Contoh hewan yang melakukan reproduksi dengan sporulasi adalah Plasmodium. hewan bersel satu yang dikenal sebagai penyebab penyakit malaria. Dalam siklus hidupnya, Plasmodium mengalami dua fase. yaitu fase generatif dan fase vegetatif. Fase generatif berlangsung di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina. sedangkan fase vegetatif berlangsung di dalam tubuh penderita penyakit malaria.
Reproduksi dengan cara membelah diri hanya terjadi pada Protozoa (hewan bersel satu), misalnya Amoeba, Puramaecium, dan Euglena. Proses pembelahan diawali dengan proses pembelahan inti sel (nukleus) rnenjadi dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma menjadi dua bagian yang masing-masing menyelubungi dua nukleus tersebut. Selanjutnya, bagian tengah sitoplasma menggenting (menyempit), diikuti pemisahan yang membentuk dua individu. Pada saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri dengan membentuk kista yang berdinding sangat kuat. Di dalam kista tersebut, Amoeba membelah diri berulang-ulang menghasilkan banyak individu baru dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik. dinding kista akan pecah dan individu-individu baru tersebut keluar. kemudian tumbuh dan berkembang menjadi Amoeba dewasa.
Fragmentasi
Pada fragmentasi. individu baru terbentuk dari potongan tubuh induknya. Masing-masing potongan tubuh akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Contoh hewan yang melakukan reproduksi secara fragmentasi adalah cacing Planctria. Cacing Planaria mempunyai daya regenerasi yang sangat tinggi. Seekor cacing Planaria yang dipotong menjadi dua bagian, masing-masing potongan akan tumbuh dan berkembang menjadi dua ekor cacing Planaria. Begitu juga ketika dipotong menjadi tiga bagian, masing-masing tumbuh dan berkembang menjadi tiga ekor cacing Planaria. Cacing Planaria bersifat hermafrodit, artinya dalam satu individu terdapat dua macam alat reproduksi, yaitu alat reproduksi jantan dan betina dan dapat melakukan reproduksi secara generatif.
Pembentukan Tunas
Contoh hervan yang melakukan reproduksi dengan membentuk tunas ialah Hydra. Individu baru Hydra terbentuk dari bagian tubuh Hydra dewasa. Setelah cukup besar, tunas akan melepaskan diri dari tubuh induknya. Hewan lain yang melakukan reproduksi dengan tunas misalnya ubur-ubur, hewan karang, dan anemon laut. Pada hewan karang, tunas tumbuh di dalam tubuh, disebut tunas dalam (gemulae). Jika induk hewan karang mati, gemulae akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
Sporulasi
Sporulasi adalah proses pembelahan berganda (pembelahan multipel) yang menghasilkan spora. Contoh hewan yang melakukan reproduksi dengan sporulasi adalah Plasmodium. hewan bersel satu yang dikenal sebagai penyebab penyakit malaria. Dalam siklus hidupnya, Plasmodium mengalami dua fase. yaitu fase generatif dan fase vegetatif. Fase generatif berlangsung di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina. sedangkan fase vegetatif berlangsung di dalam tubuh penderita penyakit malaria.
Reproduksi
Generatif
Protozoa
Pada Protozoa (hewan bersel satu). reproduksi generatil terjadi dengan cara konjugasi, yaitu perkarwinan antara dua individu sejenis yang tidak diketahui jenis kelaminnya. Anggota Protozoa yang melakukan konjugasi. misalnya Paramecium caudatum.
Porifera
Porifera (hewan berpori) merupakan hewan bersel banyak hidup melekat di dasar perairan. dan bersifat hermafroidit. Meskipun mempunyai dua macam alat reproduksi. Porivera tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Dengan kata iain, untuk melakukan reproduksi tetap diperlukan dua individu. Proses reproduksi generatif Porifera adalah sebagai berikut. Ovum Porifera yang sudah masak dibuahi sperma individu lain yang sejenis. Dari hasil pembuahan ini, terbentuklah larva berflagela (berbulu cambuk). Larva berflagela tersebut keluar dari tubuh induknya melalui suatu lubang yang disebut oskulum dan berenang menjauh. Larva yang sangat kecil itu akan menempel pada suatu dasar perairan untuk tumbuh dan berkembang menjadi Porifera dewasa.
Coelenterata
Contoh anggota Coelenterata (hewan berongga) yang dapat melakukan reproduksi secara generatif adalah Hyadra. Hydra bersifat hermafrodit. Testis (alat kelamin jantan. Penghasil sperma) hydra berbentuk kerucut dan terletak pada kulit luar. sedangkan ovarium (alat kelamin betina, penghasil ovum) berupa bulatan menggelembung. Berbeda dengan Porifera, ovum Hyidra dapat dibuahi oleh sperma yang dihasilkan oleh individu yang sama. Jadi. pada Hydra dapat terjadi pembuahan sendiri. Meskipun demikian, pembuahan sendiri jarang terjadi karena waktu masak ovum dan sperma tidak bersamaan.
Pada Protozoa (hewan bersel satu). reproduksi generatil terjadi dengan cara konjugasi, yaitu perkarwinan antara dua individu sejenis yang tidak diketahui jenis kelaminnya. Anggota Protozoa yang melakukan konjugasi. misalnya Paramecium caudatum.
Porifera
Porifera (hewan berpori) merupakan hewan bersel banyak hidup melekat di dasar perairan. dan bersifat hermafroidit. Meskipun mempunyai dua macam alat reproduksi. Porivera tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Dengan kata iain, untuk melakukan reproduksi tetap diperlukan dua individu. Proses reproduksi generatif Porifera adalah sebagai berikut. Ovum Porifera yang sudah masak dibuahi sperma individu lain yang sejenis. Dari hasil pembuahan ini, terbentuklah larva berflagela (berbulu cambuk). Larva berflagela tersebut keluar dari tubuh induknya melalui suatu lubang yang disebut oskulum dan berenang menjauh. Larva yang sangat kecil itu akan menempel pada suatu dasar perairan untuk tumbuh dan berkembang menjadi Porifera dewasa.
Coelenterata
Contoh anggota Coelenterata (hewan berongga) yang dapat melakukan reproduksi secara generatif adalah Hyadra. Hydra bersifat hermafrodit. Testis (alat kelamin jantan. Penghasil sperma) hydra berbentuk kerucut dan terletak pada kulit luar. sedangkan ovarium (alat kelamin betina, penghasil ovum) berupa bulatan menggelembung. Berbeda dengan Porifera, ovum Hyidra dapat dibuahi oleh sperma yang dihasilkan oleh individu yang sama. Jadi. pada Hydra dapat terjadi pembuahan sendiri. Meskipun demikian, pembuahan sendiri jarang terjadi karena waktu masak ovum dan sperma tidak bersamaan.
SUMBER
3
Dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, hewan harus menyesuaikan diri dengan
suasana lingkungan di sekitarnya, disebut adaptasi. Tumbuhan juga mengalami
adaptasi, seperti daun jati yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau. Untuk
lebih mengetahui tentang kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi,
seleksi alam, dan perkembangbiakan, mari cermati uraian berikut ini.
A.
Adaptasi
Adaptasi
diperlukan makhluk hidup untuk bertahan hidup. Adaptasi terbagi menjadi tiga
macam, yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.
1.
Adaptasi Morfologi
Adaptasi
morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh atau struktur tubuh tertentu dari
suatu organisme terhadap lingkungannya. Adaptasi ini terjadi pada hewan dan
tumbuhan.
a.
Adaptasi Morfologi pada Hewan
Beberapa
contoh adaptasi morfologi pada hewan adalah bentuk paruh dan kaki pada burung,
tipe mulut serangga, dan bentuk gigi hewan.
1)
Bentuk paruh dan kaki burung
Pernahkah
kamu memperhatikan paruh burung yang berbeda-beda? Paruh burung beo berbeda
dengan paruh burung elang. Paruh burung berbeda-beda sesuai dengan makanannya.
Begitu juga dengan bentuk kaki burung, berbeda-beda sesuai dengan tempat hidup
dan cara hidupnya.
Burung
elang memiliki kaki yang kuat untuk mencengkeram mangsanya dan memiliki paruh
yang kuat untuk merobek mangsanya. Sedangkan, burung pencari makan di air
memiliki paruh yang pipih dan panjang, serta memiliki kaki yang dilengkapi
dengan selaput untuk berenang, contohnya adalah itik.
Burung
pelatuk yang memakan serangga di lubang-lubang pohon memiliki paruh seperti
pahat. Sedangkan, burung kolibri yang menghisap madu bunga memiliki paruh yang
kecil dan panjang.
2)
Tipe mulut serangga
Pada
serangga terdapat beberapa tipe mulut. Perbedaan ini disebabkan perbedaan jenis
makanannya.
Tipe
mulut untuk menggigit dan mengunyah, contohnya belalang.
Tipe
mulut untuk menusuk dan menghisap, contohnya nyamuk.
Tipe
mulut untuk menghisap, contohnya kupu-kupu.
3)
Bentuk gigi hewan
Bentuk
gigi hewan bermacam-macam, tergantung jenis makanannya. Hewan pemakan tumbuhan
atau herbivora memiliki gigi geraham depan dan belakang yang lebar dan datar.
Gigi ini sangat sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah atau menggilas makanan.
Hewan pemakan daging atau karnivora memiliki gigi taring yang tajam dan runcing
untuk mengoyak mangsanya.
Gambar
4.4 (a) gigi herbivora (b) Gigi karnivora
b.
Adaptasi Morfologi pada Tumbuhan
Adaptasi
pada tumbuhan dapat menyebabkan perbedaan yang sangat nyata pada tumbuhan.
Berdasarkan morfologi tubuhnya, tumbuhan dibagi menjadi beberapa macam, antara
lain tumbuhan hidrofit, higrofit, dan xerofit.
1)
Tumbuhan hidrofit
Tumbuhan
hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air dalam waktu yang lama. Tumbuhan ini
mengapung di permukaan air, berdaun lebar dan tipis, memiliki lapisan kutikula
yang tipis dan mudah ditembus air. Contohnya adalah teratai dan eceng gondok.
2)
Tumbuhan higrofit
Tumbuhan
higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan yang basah. Contohnya adalah
keladi. Tumbuhan ini memiliki ciri daun yang lebar untuk mempercepat penguapan.
3)
Tumbuhan xerofit
Tumbuhan
xerofit adalah tumbuhan yang hidup di daerah yang sedikit air, seperti gurun
pasir. Contohnya adalah kaktus. Ciri-ciri tumbuhan ini adalah berdaun tebal dan
berduri untuk mengurangi penguapan. Tumbuhan xerofit memiliki jaringan
2.
Adaptasi Fisiologi
Adaptasi
fisiologi adalah penyesuaian fungsi kerja alat-alat tubuh suatu organisme
terhadap lingkungannya. Contohnya, orang yang berada di dataran tinggi biasanya
memiliki jumlah sel darah merah yang lebih tinggi dibandingkan orang yang
tinggal di dataran rendah. Contoh lainnya adalah di dalam saluran pencernaan
hewan memamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba terdapat
mikro-organisme yang menghasilkan enzim selulase. Enzim ini berperan dalam
mencerna selulosa yang terdapat pada sel-sel tumbuhan yang dimakannya.
3.
Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi
tingkah laku adalah perubahan perilaku suatu organisme untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Beberapa
contoh adaptasi tingkah laku adalah sebagai berikut:
a.
Mimikri
Mimikri
adalah perubahan warna kulit hewan sesuai lingkungan tempat ia tinggal,
contohnya bunglon. Apabila
bunglon
tinggal di daun yang hijau, tubuhnya akan berwarna hijau seperti daun.
Sebaliknya, jika lingkungan tempat tinggalnya di batang pohon, warna tubuhnya
akan seperti warna batang pohon. Hal ini menyebabkan bunglon terhindar dari
pemangsanya.
Serangga
juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Misalnya,
kupu-kupu yang menyerupai daun kering, ada juga serangga yang menyerupai daun
yang hijau atau memiliki bentuk tubuh seperti ranting.
Gambar
4.8 Serangga menyerupai daun hijau
b.
Autotomi
Gambar
4.9
Jika dikejar musuhnya, cecak akan melepaskan ekornya
Jika dikejar musuhnya, cecak akan melepaskan ekornya
Pernahkah
kamu melihat cecak melepaskan ekornya saat dikejar musuhnya? Ekornya yang lepas
akan bergerak-gerak sehingga perhatian pemangsa beralih ke ekor tersebut dan
cecak dapat menghindar atau menyelamatkan diri dari pemangsanya. Hal ini
disebut autotomi. Autotomi adalah pemutusan ekor pada hewan untuk menjaga
dirinya dari serangan musuh.
c.
Munculnya Paus ke Permukaan Air
Paus
merupakan hewan mamalia yang hidup di air. Mereka bernapas dengan paru-paru.
Untuk menghirup udara yang mengandung oksigen, hewan tersebut muncul ke
permukaan air. Setelah menghirup udara, hewan tersebut menyelam kembali ke
dalam air. Kemudian, muncul kembali dan menghembuskan udara yang jenuh dengan
uap air dari paru-paru melalui lubang hidung yang terdapat di bagian atas tubuh
hewan tersebut.
Gambar
4.10 Paus muncul ke permukaan air untuk menghirup udara
d.
Pengeluaran Cairan Tinta
Cumi-cumi
dan gurita akan menyemprotkan tintanya dan berenang menjauh jika dalam keadaan
bahaya. Hal ini dilakukan untuk mengecoh lawan sehingga lawan tidak bisa
mengetahui keberadaannya karena lingkungan sekitarnya menjadi gelap.
Gambar
4.11 Gurita dapat mengeluarkan cairan tinta
e.
Perilaku Reproduksi
Dalam
perilaku reproduksi, biasanya seekor hewan jantan bertarung dengan jantan lain.
Hal ini terjadi agar dapat menguasai si betina dan dapat melakukan perkawinan
untuk berkembang biak. Ada pula jantan yang menunjukkan bagian-bagian tertentu
dari tubuhnya untuk menarik perhatian si betina. Contohnya, burung merak jantan
akan mengembangkan bulu ekornya untuk menarik perhatian betina saat musim
kawin.
Gambar
4.12 Burung merak jantan sedang menarik perhatian betinanya
B.
Seleksi Alam
Bencana
alam atau perubahan iklim yang drastis menyebabkan alam berubah. Agar dapat
terus hidup, makhluk hidup harus bisa beradaptasi dengan perubahan alam
tersebut. Makhluk hidup yang tidak bisa beradaptasi akan punah. Oleh karena
itu, secara tidak langsung alam menyeleksi organisme yang hidup di dalamnya.
Apabila
terjadi suatu bencana pada ekosistem, organisme ekosistem tersebut memiliki dua
pilihan, yaitu bertahan hidup atau bermigrasi. Bila bertahan hidup, organisme
tersebut harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ada juga
organisme yang lebih memilih untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok.
Di lingkungan yang baru ini, hanya organisme yang dapat beradaptasi yang dapat
hidup dan melestarikan keturunannya. Keturunan yang baru di tempat yang baru,
lama kelamaan akan mengalami perubahan dan pada akhirnya akan terbentuk spesies
yang baru.
1.
Terbentuknya Spesies Baru
Organisme
yang mampu bertahan hidup di tempat yang baru akan berkembang biak dan
menghasilkan keturunan yang baru. Keturunan yang baru ini langsung bisa
beradaptasi dengan lingkungan yang baru tanpa mengenal kebiasaan leluhurnya.
Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan yang mengarah ke evolusi dan
menyebabkan terbentuknya spesies baru.
Perubahan
yang bisa menyebabkan terbentuknya spesies baru bisa dilihat pada burung Finch
di pulau Galapagos yang diteliti oleh Charles Darwin. Nenek moyang burung Finch
ini diduga berasal dari Ekuador yang memakan biji-bijian. Tetapi, burung Finch
di pulau Galapagos memiliki paruh yang bentuk dan ukurannya berbeda-beda
tergantung pada jenis makanannya.
Burung
Finch pemakan biji-bijian memiliki paruh berbentuk tebal dan kuat. Burung Finch
penghisap madu memiliki bentuk paruh lurus dan panjang. Sedangkan, burung Finch
pemakan serangga memiliki bentuk paruh yang seperti burung pemakan serangga.
Gambar
4.13 Burung Finch di Pulau Galapagos
Perbedaan
paruh burung Finch ini membuat Darwin menduga bahwa penyebabnya adalah
terbatasnya biji-bijian di lingkungan yang baru. Akibatnya, keturunan yang baru
beradaptasi dengan mengubah menu makanannya. Lama kelamaan hal ini menyebabkan
perubahan bentuk paruh pada burung Finch. Perubahan ini menyebabkan generasi
yang baru memiliki bentuk paruh yang sangat berbeda dengan leluhurnya dan
mengarah ke bentuk spesies yang baru.
2.
Kepunahan Organisme
Organisme
yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya akan mengalami kepunahan.
Punahnya organisme ini bisa terjadi karena alam dan ulah manusia. Contoh
musnahnya organisme karena alam adalah punahnya Dinosaurus yang disebabkan oleh
perubahan iklim yang sangat drastis di muka bumi saat itu. Para ahli menduga,
saat itu ada meteor raksasa yang jatuh ke bumi yang membuat bumi dipenuhi gas,
debu, dan pecahan batu. Hal ini menyebabkan bumi menjadi sangat panas sehingga
tumbuhan menjadi kering. Akibatnya, Dinosaurus herbivora tidak memperoleh
makanan, dan akhirnya mati. Hal ini menyebabkan Dinosaurus karnivora juga mati
sehingga semua Dinosaurus musnah.
Musnahnya
organisme juga dapat disebabkan oleh ulah manusia yang melakukan perburuan
liar, penebangan pohon, dan pembakaran hutan. Hal ini menyebabkan organisme
kehilangan tempat tinggal dan akhirnya punah.
C.
Perkembangbiakan pada Tumbuhan
Perkembangbiakan
pada tumbuhan dibagi menjadi dua macam, yaitu perkembangbiakan generatif atau
seksual dan vegetatif atau aseksual. Perkembangbiakan generatif adalah
perkembangbiakan secara kawin, terjadinya individu baru didahului dengan
peleburan sel kelamin jantan dan betina. Sedangkan, vegetatif adalah
perkembangbiakan secara tak kawin.
1.
Cara Reproduksi pada Tumbuhan
Berikut
ini adalah cara-cara reproduksi pada beberapa tumbuhan, baik secara vegetatif
maupun generatif.
a.
Reproduksi Vegetatif
Reproduksi
vegetatif atau aseksual adalah perkembangbiakan secara tidak kawin, individu
baru berasal dari bagian-bagian tubuh induknya. Reproduksi vegetatif dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu vegetatif alami dan vegetatif buatan.
1)
Vegetatif alami
Jenis-jenis
perkembangbiakan secara vegetatif alami pada tumbuhan adalah sebagai berikut.
a)
Membelah diri atau pembelahan biner
Perkembangbiakan
dengan membelah diri adalah satu sel induk membelah menjadi dua atau lebih sel
anak. Setiap sel anak tumbuh menjadi individu baru. Sel anak sama dengan sel
induk. Contohnya adalah pembelahan biner pada ganggang biru.
Gambar
4.14 Ganggang biru
b)
Spora
Individu
baru terbentuk dari spora yang dihasilkan oleh induknya. Tiap spora bisa tumbuh
menjadi individu baru. Perkembangbiakan dengan spora terjadi pada alga, jamur,
lumut, dan paku-pakuan.
Gambar
4.15 Jamur
c)
Stolon atau geragih
Stolon
adalah cabang yang tumbuh mendatar di atas permukaan tanah. Contohnya,
stroberi, rumput teki, dan daun kaki kuda.
Gambar
4.16 Stolon
d)
Umbi
Umbi
adalah bagian tanaman yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Umbi
dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
(1)
Umbi akar
Umbi
akar adalah akar yang tumbuh membesar dan beberapa tempat pada umbi tersebut
terdapat calon tunas yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Contoh ubi.
(2)
Umbi batang
Umbi
batang adalah batang yang tumbuh membesar. Contoh: wortel, lobak, dan bit.
(3)
Umbi lapis
Merupakan
modifikasi dari pelepah daun yang tersusun rapat membentuk umbi. Pada setiap
ketiak lapisan terdapat calon tunas. Bagian dasar umbi yang berbentuk cakram
merupakan modifikasi dari batang. Contoh: bawang merah, bawang putih, dan
bawang bombay.
e)
Rimpang atau akar tinggal
Akar
tinggal disebut juga rhizoma, yaitu batang yang tumbuh mendatar di dalam tanah.
Contoh: kunyit, jahe, kencur, dan temu lawak.
f)
Tunas
Tunas
adalah tumbuhan yang tumbuh dari batang yang berada di dalam tanah. Umumnya,
individu baru tumbuh tidak jauh dari induknya sehingga tumbuhan yang berkembang
biak dengan tunas membentuk rumpun. Contoh: pisang, bambu, dan tebu.
g)
Tunas adventif
Tunas
adventif adalah tunas yang tumbuhnya tidak pada batang, misalnya di daun.
Contoh: cocor bebek, cemara, dan sukun.
2)
Vegetatif buatan
Vegetatif
buatan terbagi menjadi beberapa macam, antara lain:
Mencangkok,
hanya bisa dilakukan pada tumbuhan yang berkambium (dikotil). Contoh: jeruk,
mangga, belimbing, dan jati.
Menyambung
atau mengenten, dengan tujuan menyambung dua jenis tanaman yang berbeda
sifatnya, biasanya dilakukan pada pucuk tanaman. Contoh: singkong karet dengan
singkong biasa.
Menempel
atau okulasi, yaitu menggabungkan dua jenis tanaman yang berbeda sifatnya
dengan menggunakan lapisan kulitnya (pada mata tunas). Contoh: jeruk bali
dengan jeruk limau.
Stek,
yaitu cara memperbanyak tanaman dengan menggunakan potongan-potongan dari
bagian tubuh tanaman, baik akar, batang, atau daun. Contoh: tebu, tanaman
bunga, dan singkong.
Merunduk,
yaitu membengkokkan cabang atau ranting tanaman ke bawah. Contoh: alamanda dan
apel.
b.
Reproduksi Generatif
Tumbuhan
melakukan reproduksi generatif dengan cara sebagai berikut:
Konjugasi,
yaitu reproduksi generatif pada tumbuhan yang belum jelas alat kelaminnya.
Contoh: Spyrogyra (ganggang hijau) yang koloninya berbentuk benang.
Isogami,
yaitu peleburan 2 sel gamet atau kelamin yang sama besar.
Contoh: Clamydomonas (ganggang biru).
Anisogami,
yaitu peleburan 2 sel gamet yang besarnya tidak sama. Gamet 1 lebih kecil
(mikrogamet) dan gamet 2 lebih besar (makrogamet). Contoh: Ulva (ganggang
yang berbentuk lembaran).
Penyerbukan
yang diikuti dengan pembuahan. Terjadi pada tumbuhan berbunga (Antophyta) atau
tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Alat kelamin jantan berupa benang sari dan
alat kelamin betinanya berupa putik.
c.
Metagenesis
Penjelasan
tentang metagenesis adalah sebagai berikut:
Terjadinya
reproduksi bergantian antara vegetatif dan generatif.
Terjadi
pada tumbuhan lumut dan paku-pakuan.
Setiap
generasi mengalami pergiliran keturunan, yaitu dari generasi gametofit
(generasi penghasil gamet) ke generasi sporofit (generasi penghasil spora).
2.
Penyerbukan
Penyerbukan
adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari di kepala putik. Berdasarkan penyebab
sampainya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan dibedakan menjadi:
Anemogami
(penyerbukan yang dibantu oleh angin), contohnya rumput, jagung, padi.
Zoidiogami
(penyebabnya hewan), dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
Entomogami
(serangga), contoh: bunga matahari.
Kiropterogami
(kelelawar), contoh: jambu biji.
Ornitogami
(burung), contoh: padi.
Malakogami
(siput), contoh: tumbuhan buah.
Hidrogami
(air), contoh: tumbuhan air.
Antropogami
(manusia), contoh: vanili.
Berdasarkan
asal serbuk sarinya, penyerbukan dibedakan menjadi:
Autogami
(penyerbukan sendiri). Serbuk sari berasal dari bunga yang sama. Autogami yang
terjadi sebelum bunga mekar disebut kleistogami.
Geitonogami
(penyerbukan tetangga). Serbuk sari berasal dari bunga lain, tetapi masih satu
pohon.
Alogami.
Serbuk sari berasal dari pohon lain, tapi masih satu varietas.
Bastar.
Serbuk sari dari pohon lain yang berbeda varietas.
3.
Pembuahan
Pembuahan
adalah proses peleburan antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina
menjadi zigot sebagai calon individu baru.
a.
Pembuahan pada Tumbuhan Biji Terbuka (Gymnospermae)
Tumbuhan Gymnospermae disebut
tumbuhan berbiji tertutup karena bijinya tidak tertutup, contohnya melinjo dan
pakis haji. Serbuk sari terdiri atas dua sel, yaitu sel vegetatif (besar) dan
sel generatif (kecil).
Serbuk
sari yang jatuh di kepala putik berada pada tetes penyerbukan, diisap masuk ke
ruang serbuk sari melalui mikrofil. Serbuk sari ini akan tumbuh membentuk buluh
serbuk sari, kemudian bergerak menuju ruang arkegonium yang berisi sel telur.
Sel
generatif akan membelah menjadi dua, yaitu membentuk sel dinding (sel
dislokator) dan sel spermatogen. Selanjutnya, sel spermatogen membelah
membentuk dua spermatozoid yang mempunyai bulu getar. Jika buluh serbuk sari
sudah sampai ke arkegonium, sel vegetatif akan lenyap, sel spermatozoid akan
membuahi sel telur dan membentuk zigot. Proses pembuahan ini hanya terjadi satu
kali sehingga disebut pembuahan tunggal.
b.
Pembuahan pada Tumbuhan Biji Tertutup (Angiospermae)
Apabila
serbuk sari jatuh di kepala putik, serbuk sari melekat. Serbuk sari tumbuh
menjadi buluh serbuk sari yang di dalamnya terdapat satu inti vegetatif dan dua
inti generatif. Buluh serbuk sari menuju ruang bakal biji dengan inti vegetatif
sebagai petunjuk jalan. Sesampainya serbuk sari di dalam bakal biji, inti
vegetatif mati. Inti generatif 1 membuahi ovum dan menghasilkan zigot, inti
generatif 2 membuahi inti kandung lembaga sekunder yang berfungsi menghasilkan
cadangan makanan (endosperm) bagi calon individu baru. Pembuahan ini disebut
pembuahan ganda karena terjadi dua pembuahan.
4.
Pemencaran Organisme
Area
atau daerah distribusi organisme satu dengan yang lain tidak sama karena
kehidupan organisme sangat bergantung pada kondisi lingkungan. Tumbuhan dapat
hidup secara optimum apabila syarat yang diperlukan untuk tumbuh dan
lingkungannya dapat dipenuhi.
a.
Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Dalam
Pemencaran
ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemencaran alat reproduksi vegetatif dan
pemencaran alat reproduksi generatif.
1)
Pemencaran alat reproduksi vegetatif
Terjadi
pada tumbuhan yang tidak menghasilkan biji. Contoh: pemencaran dengan stolon,
rhizoma, umbi batang, dan tunas.
2)
Pemencaran alat reproduksi generatif (pemencaran secara
mekanik)
Pemencaran
dapat terjadi melalui cara-cara berikut ini:
a)
Mekanisme ledakan
Terjadi
pada buah polongan, misalnya: petai cina. Jika kulit buah kering karena sinar
matahari, maka akan mengerut dan pecah mendadak (meledak).
b)
Gerak higroskopis
Terjadi
pada buah dalam keadaan basah dan karena perbedaan kadar air, kulit buah akan
pecah. Misalnya: nangka.
c)
Mekanisme pedupaan (dengan penggoyangan), misalnya jagung
Terjadi
karena adanya penggoyangan, misalnya oleh tiupan angin. Contoh: jagung.
b.
Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Luar
Pemencaran
ini dibedakan menjadi anemokori, hidrokori, zookori, dan antropokori.
1)
Anemokomori
Anemokori
adalah pemencaran dengan bantuan angin. Biasanya terjadi pada struktur biji
yang dapat terbang, misalnya ringan dan kecil (biji anggrek), bersayap (biji
mahoni), dan berjambul (biji aster, gerbera, dan kapas).
2)
Hidrokori
Hidrokori
adalah pemencaran tumbuhan dengan bantuan air. Terjadi pada biji yang berat
jenisnya kurang dari satu dan mempunyai perlindungan yang baik (kulit biji ada
3 lapis), misalnya pada kelapa.
3)
Zookori
Zookori
adalah pemencaran tumbuhan dengan bantuan hewan. Zookori dibedakan menjadi:
Entomokori
(dengan bantuan serangga, misalnya tumbuhan bunga).
Ornitokori
(dengan bantuan burung, misalnya tumbuhan biji-bijian).
Kiropterokori
(dengan bantuan kelelawar, misalnya tumbuhan buah-buahan).
Mamokori
(dengan bantuan mamalia, misalnya kopi oleh musang).
4)
Antropokori (dengan bantuan manusia)
Antropokori
dapat terjadi secara sengaja (eksozoit). Misalnya, terjadi
pada tumbuhan yang mendatangkan keuntungan (kopi, cengkeh, padi, dan
lain-lain). Secara tidak sengaja (endozoit), misalnya biji rumput jarum yang
menempel pada pakaian atau bahan lain yang dibawa oleh manusia.
D.
Perkembangbiakan pada Hewan
Perkembangbiakan
pada hewan bisa terjadi secara aseksual dan seksual. Hewan avertebrata memiliki
cara reproduksi yang berbeda dengan hewan vertebra
1.
Reproduksi pada Hewan Avertebrata
Reproduksi
pada hewan avertebrata dapat terjadi secara vegetatif maupun generatif.
a.
Secara Vegetatif
Perkembangbiakan
secara vegetatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara-cara sebagai
berikut.
Pembelahan
biner, contoh: Protozoa.
Fragmentasi
(memisahkan sebagian koloni), contoh: Volvox.
Sporalasi
(dengan membentuk spora), contoh: Plasmodium.
Tunas
atau gemule, contoh: hydra, porifera, dan colenterata.
Regenerasi
(membentuk kembali bagian tubuh yang hilang). Contoh: cacing planaria dan
bintang laut.
b.
Secara Generatif
Perkembangbiakan
secara generatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara-cara sebagai
berikut.
Partenogenesis
(individu baru berasal dari sel telur yang tidak dibuahi), contoh: semut jantan
dan lebah jantan.
Dengan
pembuahan, individu baru berasal dari peleburan sel kelamin betina atau sel
telur dan sel kelamin jantan atau spermatozoa.
Konjugasi,
yaitu reproduksi pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya, antara
individu jantan dan betina belum bisa dibedakan. Contoh: cacing dan Paramecium.
Anisogami,
peleburan gamet yang tidak sama besar. Contoh: terjadi pada plasmodium dalam
tubuh nyamuk.
Hermafrodit,
merupakan peristiwa yang menyimpang dari kebiasaan, yaitu individu mampu
menghasilkan sel kelamin jantan dan betina.Contoh: hydra, cacing pita, dan
cacing tanah.
2.
Reproduksi pada Hewan Vertebrata
Reproduksi
pada hewan vertebrata hanya terjadi secara generatif. Terjadinya individu baru
didahului dengan adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina (pembuahan/
fertilisasi). Reproduksi pada vertebrata dibedakan menjadi ovipar, vivipar, dan
ovovivipar.
a)
Ovipar (bertelur)
Ovivar
terjadi pada hewan yang meletakkan telurnya di luar tubuh induk betina. Contoh:
unggas, ikan, dan katak.
Gambar
4.22 Ayam merupakan hewan ovipar
b)
Ovovivipar (bertelur beranak)
Sebenarnya
hewan ini bertelur, tetapi embrio berkembang pada saat telur masih berada di
dalam tubuh induk betina. Contoh: pada sebagian reptil (kadal dan ular).
Gambar
4.23Kadal merupakan hewan ovovivipar
c)
Vivipar (beranak)
Embrio
berkembang dalam rahim induk betina. Embrio mendapatkan makanan dari tubuh
induk betina melalui plasenta. Contoh: mamalia dan manusia.
a.
Proses Pembuahan pada Hewan
Pada
hewan tingkat tinggi, jenis kelamin antara hewan jantan dan betina dapat
dibedakan. Proses pembuahan berdasarkan tempatnya, dibedakan menjadi pembuahan
di luar tubuh dan pembuahan di dalam tubuh.
1)
Pembuahan di luar tubuh
Pembuahan
di luar tubuh dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a)
Pembuahan luar secara acak, yaitu peristiwa pengeluaran
sperma dan sel telur oleh hewan jantan dan betina secara bersamaan di sembarang
tempat dalam air. Contoh: katak dan ikan.
b)
Pembuahan luar dalam sarang, sperma dan sel telur disimpan di
dalam sarang atau cekungan.
2)
Pembuahan di dalam tubuh
Pembuahan
di dalam tubuh disebut juga fertilisasi internal, terjadi dalam tubuh induk
betina. Sel telur dari ovarium yang dihasilkan hewan betina dewasa disalurkan
ke saluran telur. Sedangkan, hewan jantan memasukkan sperma ke dalam organ
reproduksi betina. Dalam saluran telur terjadi pembuahan atau pertemuan antara
sel telur dan sperma. Pembuahan ini dilakukan umumnya pada hewan-hewan reptil, burung,
mamalia, serta beberapa jenis ikan dan amfibi.
b.
Perkembangbiakan Seksual pada Mamalia
Perkembangbiakan
secara seksual pada mamalia adalah sebagai berikut.
1)
Alat perkembangbiakan pada hewan jantan
Hewan
jantan mempunyai sepasang testis berbentuk bulat, terletak di dalam kantung
yang disebut skrotum. Testis memproduksi sel kelamin jantan (spermatozoa) yang
dikeluarkan melalui saluran sperma (vas deferens). Pada alat kelamin bagian
luar terdapat penis yang mempunyai fungsi untuk memasukkan sel sperma ke dalam
alat kelamin betina.
2)
Alat perkembangbiakan pada hewan betina
Hewan
betina mempunyai sepasang ovarium yang terletak di sebelah kanan dan kiri
ginjal, ukurannya sangat kecil, berfungsi menghasilkan ovum (sel telur). Jika
ovum telah matang, akan terjadi ovulasi (pelepasan ovum) dan keluar ke oviduk
menuju uterus (rahim). Uterus merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan
embrio. Setelah uterus, terdapat vagina yang merupakan alat perkawinan luar,
yaitu lubang tempat masuknya sel sperma.
3)
Cara perkembangbiakan secara seksual
Jika
hewan telah memasuki tahap kedewasaan, sel telur akan dihasilkan dan terjadi
ovulasi. Bila terjadi perkawinan, sperma masuk ke dalam alat reproduksi betina.
Ovum yang telah diovulasi akan dibuahi dan terjadi di dalam oviduk. Setelah
terjadi pembuahan, dihasilkan zigot yang akan bergerak menuju uterus dan
menempel pada dinding uterus. Zigot tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Untuk
memperoleh makanan dan oksigen dari induk, embrio dan induk dihubungkan dengan
plasenta dan tali pusat. Embrio setelah mencapai kesempurnaan berubah menjadi
fetus (janin) dan siap dilahirkan. Lamanya fetus atau masa kehamilan dalam
uterus tiap hewan berbeda-beda.
E.
Tingkat Reproduksi
Tingkat
reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak. Artinya,
tingkat reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk menghasilkan
keturunan. Tingkat reproduksi sangat mempengaruhi kelangsungan hidupnya suatu
organisme.
Tingkat
organisme dapat dikatakan rendah bila jumlah keturunan yang dihasilkan sedikit
dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Akibatnya, organisme tersebut akan
mengalami kepunahan dan menjadi langka. Contohnya adalah badak bercula satu.
Untuk menghasilkan satu keturunan atau satu anak membutuhkan waktu ± 6 tahun.
Contoh lain adalah harimau sumatra, panda, dan koala.
Tingkat
organisme dikatakan tinggi bila mampu menghasilkan keturunan yang banyak dalam
waktu yang singkat. Makin banyak suatu makhluk hidup menghasilkan anak atau
keturunan, secara tidak langsung kelangsungan hidup makhluk hidup tersebut
mampu dipertahankan dan terhindar dari kepunahan. Contohnya adalah sapi,
kambing, kelinci, ayam, itik, dan kuda.
F.
Ringkasan
Adaptasi
morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh atau struktur tubuh tertentu suatu
organisme terhadap lingkungannya.
Adaptasi
fisiologi adalah penyesuaian fungsi kerja alat-alat tubuh suatu organisme
terhadap lingkungannya.
Adaptasi
tingkah laku adalah perubahan perilaku suatu organisme untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Perkembangbiakan
generatif adalah perkembangbiakan secara kawin, terjadinya individu baru
didahului dengan peleburan sel kelamin jantan dan betina.
Perkembangbiakan
vegetatif atau aseksual adalah perkembangbiakan secara tidak kawin, individu
baru berasal dari bagian-bagian tubuh induknya.
Perkembangbiakan
secara vegetatif alami terdiri dari membelah diri, spora, stolon atau geragih,
umbi akar, umbi batang, umbi lapis, rimpang atau rhizoma, tunas, dan tunas
adventif.
Vegetatif
buatan terbagi menjadi beberapa macam, yaitu mencangkok, menyambung atau
mengenten, menempel atau okulasi, stek, dan merunduk.
Reproduksi
generatif pada tumbuhan dilakukan dengan cara konjugasi, isogami, anisogami,
dan penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan.
Reproduksi
secara vegetatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara pembelahan biner,
fragmentasi, sporalasi (dengan membentuk spora), tunas atau gemule, dan
regenerasi (membentuk kembali bagian tubuh yang hilang).
Reproduksi
secara generatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara partenogenesis dan
pembuahan.
Reproduksi
pada vertebrata dibedakan menjadi ovivar, ovovivivar, dan vivivar.
Tingkat
reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak atau
menghasilkan keturunan
No comments:
Post a Comment