KARYA
MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS
Disusun
Oleh:
KELOMPOK
I
IV-E
MATEMATIKA
ABDUL
RAIS P. 10536
4631 13
WAODE
FITRIA 10536
4637 13
Mata
Kuliah :
Al-Islam
Kemuhammadiyahan (AIK) IV
Dosen
:
Dr.
Tasmin Tanngareng, M.Ag.
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami sampaikan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat
kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami
membahas “KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS”,
dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Al-Islam
Kemuhammadiyahan (AIK) IV.
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada : Dr.
Tasmin Tanngareng, M.Ag.
yang
telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah
ini dapat selesai dengan lancar. Dan terima kasih pula kami ucapkan
kepada bapak dan ibu dirumah yang telah memberikan bantuan materil
maupun do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
membantu pembuatan makalah ini.
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Makassar,
10 Maret 2015
Kelompok
I
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul i
Kata
Pengantar ii
Daftar
Isi iii
BAB
I PENDAHULUAN 1
- Latar Belakang 1
- Rumusan Masalah 2
- Tujuan 2
BAB
II PEMBAHASAN 3
- Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS 3
- Sebab-sebab Kemunduran Islam dalam IPTEKS 7
- Upaya-upaya Kebangkitan Islam di bidang IPTEKS 14
BAB
III PENUTUP 16
- Simpulan 16
- Saran/Implikasi 16
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Sebagai umat Islam
yang taat dalam memenuhi perintah-perintah agama Islam sesuai dengan
Al-quran dan hadist-hadist, maka wajib hukumnya bagi umat Islam untuk
mennutut ilmu setinggi-tingginya baik itu ilmu pengetahuan dalam
teknologi, sosial, dan agama. Sekarang ini banyak masyarakat umum
yang hanya mengerti bahwa selama ini yang menemukan
pengetahuan-pengetahuan tinggi adalah bangsa Eropa, tetapi sebenarnya
adalah tokoh-tokoh Islam pada masa itu.
Dalam bahasa Arab,
pengetahuan digambarkan dengan istilah al- ilm, diambil dari kata
‘alamah, yang berarti “tanda”, “simbol”, atau ”lambang”,
yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi alamah juga berarti
pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala. Karenanya
ma’lam (ma’alim) berarti juga petunjuk jalan, Dapat dikatakan
bahwa ilmu pengetahuan dianggap dapat menunjukkan jalan menuju
kesejahteraan dan juga menerangi kehidupan umat manusia, yang jika
Berjaya ilmu pengetahuan maka sejahteralah kehidupan pada saat itu,
apabila ilmu pengetahuan tidak berkembang maka kehidupan akan menjadi
tertutup, primitif dan tidak berkembang pula.
Islam pernah
mengalami kejayaan di dalam ilmu pengetahuan di masa lalu,
Tokoh-tokoh Islam pada masa itu sangat membawa agama Islam pada masa
kejayaan yang sangat tinggi. Latar belakang penulis dalam menulis
makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang agama Islam
sebagai pelopor dalam ilmu pengetahuan pada masa itu. Pada peradaban
kejayaannya Islam masuk ke Eropa, dan bangsa-bangsa Eropa yang pada
waktu itu sangat primitif, kemudian tertolong dengan kedatangan
tokoh-tokoh Islam tersebut. Itulah bukti kekuatan ilmu pengetahuan
terhadap kesejahteraan umat. Pada masa Napoleon Bonaparte ke Mesir
agama Islam mulai jatuh, dan ilmu pengetahuan-pengetahuan yang
sebelumnya ditemukan oleh tokoh-tokoh Islam dilanjutkan oleh
bangsa-bangsa Eropa, sehingga yang terkenal sebagai para penemu
adalah bangsa Eropa. Dan hal ini menandai kemunduran pengembangan
ilmu pengetahuan dalam umat islam.
- Rumusan Masalah
Dari latar belakang
di atas, rumusan masalah yang diambil adalah :
- Kapan zaman kejayaan Islam di bidang IPTEKS terjadi?
- Apa sebab-sebab kemajuan Islam di bidang IPTEKS?
- Apa sebab-sebab kemunduran Islam di bidang IPTEKS?
- Bagaimana upaya-upaya kebangkitan kembali umat islam dalam bidang IPTEKS?
- Tujuan
Adapun tujuannya
adalah sebagai berikut :
- Mengetahui zaman kejayaan Islam di bidang IPTEKS terjadi.
- Mengetahui sebab-sebab kemajuan Islam di bidang IPTEKS.
- Mengetahui sebab-sebab kemunduran Islam di bidang IPTEKS.
- Mengetahui upaya-upaya kebangkitan kembali umat islam dalam bidang IPTEKS.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Zaman Kejayaan dan Sebab-sebab Kemajuan Umat Islam dalam Pengembangan IPTEK
Kaum muslimin,
pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi
trendsenter sebuah
peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat
manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah
mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di
Madinah. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat.
Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa
tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam
tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika,
dan ajaran agama.
Andalusia, yang
menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah
melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk
belajar dari kemajuan iptek yang dibangun kaum muslimin. Terjemahan
buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi
satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan
tinggi Eropa selama lima atau enam abad.
Fakta sejarah
menjelaskan antara lain, bahwa Islam pada waktu pertama kalinya
memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki tokoh-tokoh
seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun di
bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah datang ke
Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu
ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak
cabang ilmu yang lain lagi.
Kekhilafahan
Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M/132-923
H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan
diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan
rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini
mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan
pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam.
Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai
penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-Khawarizmi
(780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam
cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). Ada Ibnu Sina
(980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara.
Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam
legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi
referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. Tak ketinggalan
al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman
sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18
daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9.
Pada abad ke-8 dan 9
M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan
petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari
sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio
hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai
10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Ini
membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan pengembangannya berdampak
cukup besar bagi peradaban dan kesejahteraan umat pada masa itu.
Kecanggihan
teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan
sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di
Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh
khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun
di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang
dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Masa kejayaan
Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahun dan teknologi, terjadi
pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti
Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786. Banyak lahir tokoh dunia yang
kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya
adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat
dengan nama Avicenna.
Sebelum Islam
datang, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang ilmu
yang maju, bahkan lebih percaya tahayul. Dalam bidang kedoteran,
misalnya. Saat itu di Barat, jika ada orang gila, mereka akan
menangkapnya kemudian menyayat kepalanya dengan salib. Di atas luka
tersebut mereka akan menaburinya dengan garam. Jika orang tersebut
berteriak kesakitan, orang Barat percaya bahwa itu adalah momen
pertempuran orang gila itu dengan jin. Orang Barat percaya bahwa
orang itu menjadi gila karena kerasukan setan.
- Kejayaan Islam Masa Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah
adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (negara)
Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat Islamiah
ketika berada di bawah kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan
Daulat Abbasiyah. Daulat Abbasiyah adalah daulat (negara) yang
melanjutkan kekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti Abbasiyah
karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas
(Bani Abbas), paman Nabi Muhammad saw. Pendiri dinasti ini adalah Abu
Abbas as-Saffah, nama lengkapnya yaitu Abdullah as-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas.
Selama dinasti ini
berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial , dan budaya.
Berdasarkan
perubahan pola pemerintahan dan pola politik itu, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
- Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia Pertama.
- Periode Kedua (232 H/847 M – 234 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki Pertama.
- Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M, masa kekuasaan Dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia Kedua.
- Periode Keempat (447 H/1055 M/ - 590 H/1194 M), masa kekuasaan Dinasti Saljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki Kedua.
- Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa Khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Dalam zaman Daulah
Abbasiyah, masa meranumlah kesusasteraan dan ilmu pengetahuan,
disalin ke dalam bahasa Arab, ilmu-ilmu purbakala. Lahirlah pada masa
itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli
hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan
dan sebagainya.
Zaman ini adalah
zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya
tentang Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin
telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun
kekuasaan. Dalam zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam, dan
berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Masa
Daulah Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam mengembangkan ilmu
pengetahuan, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah
ada dalam sejarah. Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan
merefleksikan terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada
alam pemikiran Islam pada abad ke-8 M. yaitu gerakan penerjemahan
buku peninggalan kebudayaan Yunani dan Persia.
Permulaan yang
disebut serius dari penerjemahan tersebut adalah sejak abad ke-8 M,
pada masa pemerintahan Al-Makmun (813 –833 M) yang membangun sebuah
lembaga khusus untuk tujuan itu, “The House of Wisdom / Bay
al-Hikmah”. Dr. Mx Meyerhof yang dikutip oleh Oemar Amin Hoesin
mengungkapkan tentang kejayaan Islam ini sebagai berikut: “Kedokteran
Islam dan ilmu pengetahuan umumnya, menyinari matahari Hellenisme
hingga pudar cahayanya. Kemudian ilmu Islam menjadi bulan di malam
gelap gulita Eropa, mengantarkan Eropa ke jalan renaissance. Karena
itulah Islam menjadi biang gerak besar, yang dipunyai Eropa sekarang.
Dengan demikian, pantas kita menyatakan, Islam harus tetap bersama
kita.” (Oemar Amin Hoesin).
Adapun kebijaksanaan
para penguasa Daulah Abbasiyah periode 1 dalam menjalankan tugasnya
lebih mengutamakan kepada pembangunan wilayah seperti: Khalifah tetap
keturunan Arab, sedangkan menteri, gubernur, dan panglima perang
diangkat dari keturunan bangsa Persia. Kota Bagdad sebagai ibukota,
dijadikan kota internasional untuk segala kegiatan ekonomi dan sosial
serta politik segala bangsa yang menganut berbagai keyakinan
diizinkan bermukim di dalamnya, ada bangsa Arab, Turki, Persia,
Romawi, Hindi dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan
dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para
khalifah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya
untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya
khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana
dan memuliakan pujangga.
Kebebasan berpikir
sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan
pikiran dibebaskan benar-benar dari belenggu taklid, hal mana
menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala
bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.
Para menteri
keturunan Persia diberi hak penuh untuk menjalankan pemerintahan,
sehingga mereka memegang peranan penting dalam membina
tamadun/peradaban Islam. Mereka sangat mencintai ilmu dan
mengorbankan kekayaannya untuk memajukan kecerdasan rakyat dan
meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga karena banyaknya keturunan
Malawy yang memberikan tenaga dan jasanya untuk kemajuan Islam.
- Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS
Saat ini,
perkembangan teknologi terus maju dengan pesat. Perkembangan
teknologi sudah masuk ke era digital. Segala hal bisa menjadi lebih
mudah dengan digitalisasi. Seperti yang tertulis pada Wikipedia,
digitalisasi (bahasa Inggris : digitizing), merupakan sebuah
terminology untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk tercetak,
audio, maupun video menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan
untuk membuat arsip dokumen bentuk digital, untuk fungsi fotokopi,
dan untuk memuat koleksi perpusatakan digital. Digitalisasi
memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber
dan software pendukung.
Penemu-penemu
peralatan pendukung digitalisasi ini, bukanlah orang-orang muslim.
Sebut saja, penemu komputer adalah seorang laki-laki Eropa, bernama
Charles Babbage. Ia adalah seorang matematikawan dari Inggris yang
pertama kali mengemukakan gagasan tentang komputer yang dapat
diporgram (charlesbabbage.net). Selain itu, bentuk praktis dari
komputer, yakni komputer jinjing atau laptop, juga ditemukan oleh
warga Inggris. Adam Osborne, penemu laptop, adalah keturunan Inggris
yang lahir di Thailand.
Berdasarkan dua
contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa penemu alat pendukung era
digital, bukanlah orang-orang muslim. Orang-orang muslim tak lagi
menjadi pelopor dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
dunia, tidak seperti pada zaman sebelumnya. Pada zaman kejayaan
Muslim, banyak orang Muslim yang menjadi ilmuwan dan menemukan suatu
perkembangan keilmuwan. Sebagai contoh adalah Al Khawarizmi, ia
adalah seorang muslim penemu konsep matekmatika, aljabar. Hal ini
terekam dalam bukunya yang berjudul “Al-Jabr
wa-al Muqabilah”.
Selain aljabar, ia juga pertama kali memperkenalkan konsep angka
menjadi bilangan dari 0-9.
Matematika,
merupakan dasar dari teknologi komputer. Namun, penemu komputer
bukanlah orang muslim. Hal ini merupakan salah satu contoh kalahnya
orang-orang muslim dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
saat ini. Orang muslim tak lagi berjaya seperti zaman dahulu, kalah
oleh mereka yang nonmuslim.
Adanya ketimpangan
kemampuan umat muslim di era terdahulu dengan sekarang dalam hal
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Syakin Arsalan, adalah
seorang pemikir asal Libanon (1869-1946). Arsalan, dalam bukunya
Kenapa
Islam Terbelakang?
Menjelaskan mengenai apa saja penyebab kemunduran dunia Islam.
Menurut Arsalan terdapat dua penyebab, yakni yang pertama
bangsa-bangsa non-Muslim maju karena mereka tetap berpegang pada
tradisi keagamaan mereka sendiri. Arsalan menyebut dua contoh: Jepang
dan Eropa, simbol kemajuan dunia pada awal abad ke-20. Dua dunia itu
maju tanpa harus mengabaikan tradisi keagamaan mereka. Penjelasan
kedua, bangsa-bangsa itu maju karena kerja keras untuk meraih
kemajuan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan.
Selain itu, dalam
pandangan Arsalan, kemajuan bangsa-bangsa Islam hanya bisa dicapai
melalui jalan yang sama yang ditempuh oleh bangsa-bangsa non-Islam,
yakni berpegang pada tradisi, serta kerja keras. Hukum kemajuan
berlaku secara “konsisten” bagi bangsa Islam dan non-Islam. Ada
tiga penyakit mental yang dianggap oleh Arsalan sebagai “biang
kerok” kemunduran dunia Islam: pesimisme (tasya’um), rendah diri
(al-istikhdza’) dan cepat putus asa (inqitha’ al-amal). Pada
penutup bukunya, Arsalan mengutip ayat yang dalam pandangannya
merupakan kunci kebangkitan dunia Islam, yakni Al-Ankabut (29):69.
Bunyi ayat itu: wa
‘l-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulana
– mereka yang berjuang (jihad) di jalanKu, Aku akan menunjukkan
mereka jalan-jalan menuju Aku.“Jihad” adalah kata kunci yang
disebut oleh Arsalan. Tetapi, ini bukanlah jihad dalam pengertian
“perang suci” sebagaimana kita jumpai pada kelompok Islam garis
keras. Baginya, jihad adalah kerja keras dan kesediaan untuk
melakukan pengorbanan (al-tadlkhiyah).
Gagasan dari Arsalan
ini, telah disampaikan di awal abad 20. Namun menurut saya masih
relevan dengan kondisi Umat Islam saat ini. Sebenarnya, selain
penyebab-penyebab yang telah disebutkan oleh Arsalan, terdapat satu
lagi penyebab kemunduran umat Islam dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yakni umat Islam saat ini telah jauh dari
Kitab Al-quran dan As-sunah.
Umat muslimin saat
ini, pada umumnya jauh dari dua sumber utama kemuliaan mereka, yakni
Kitabullah Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Padahal Nabi
Muhammad secara gambalang mewasiatkan agar kita senantiasa berpegang
teguh kepada kedua warisan suci tersebut. Hanya dengan bersikap
demikianlah kita tidak bakal menjadi tersesat dari jalan lurus yang
Allah telah berikan bagi orang-orang beriman.
تَرَكْتُ
فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا
تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ
وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Rasulullah bersabda, "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua
perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh
dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR.
Malik 1395)
Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama kaum muslimin,
baik dalam urusan kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun
bermasyarakat. Kedua perkara ini merupakan sumber kemuliaan dan
kebanggaan kaum muslimin. Jika mereka akrab dengannya, niscaya mereka
menjadi mulia. Jika mereka jauh dari keduanya, niscaya mereka akan
dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa ini.
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ
أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ
وَالأرْضُوَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ
أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ
عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ
“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti
binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.
Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka
tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS.
Al-Mukminun [23] : 71)
Realitasnya, dewasa ini hubungan kaum muslimin umumnya jauh dari
kedua sumber utama ajaran Islam tersebut. Kalaupun ada hubungan
biasanya hanya hubungan parsial. Ada yang hubungannya dengan
Al-Qur’an hanya sebatas tilawah (membacanya). Atau
kalaupun ada yang lebih daripada itu ialah hubungan
tahfizh (menghafalkannya). Ini bukan berarti kita tidak
menganggap penting aktifitas tilawah dan tahfizh Al-Qur’an. Tetapi
masalahnya ini tidaklah cukup. Allah tidak menurunkan Al-Qur’an
dengan maksud sebatas itu. Allah menurunkan Al-Qur’an agar menjadi
petunjuk, pedoman hidup bagi ummat Islam, bahkan segenap umat
manusia. Allah menghendaki agar dengan berpedoman kepada Al-Qur’an
ummat manusia keluar dari kegelapan jahiliyah menuju terangnya
hidayah cahaya Islam. Maka sepatutnya kaum muslimin
juga tadabbur (memahami) dan tathbiq (mengamalkan)
Al-Qur’anul Karim.
Tetapi hal di atas tidak terjadi. Malah banyak muslim yang lebih
bangga hidup berpedoman kepada berbagai sumber kebanggaan selain
daripada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Mereka bangga dengan berbagai
kitab karya manusia. Ada yang lebih bangga dengan kitab warisan nenek
moyangnya yang bukan Islam. Ada yang membanggakan kitab produk kaum
kuffar Eropa. Ada yang membanggakan kitab lokal-tradisional suku atau
bangsanya yang bukan berpedoman kepada Kitabullah. Dan banyak lagi
lainnya. Padahal Allah sudah memperingatkan apa yang bakal terjadi
jika mereka meninggalkan sumber kebanggaan yang berasal dari Allah
dan Sunnah Nabi Muhammad.
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي
مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا
تَتَّبِعُواالسُّبُلَفَتَفَرَّقَ بِكُمْ
عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ
بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“…dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang
lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al-An’aam [6] : 153)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab
kemunduran kaum muslin saat ini terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, ada empat hal, yakni rasa pesimis, rendah
diri, cepat putus asa, dan jauh dari kitab suci Al-quran dan
As-sunah. Keempat hal ini alangkah baiknya untuk kita hindari
bersama, agar umat muslim dapat kembali meraih masa kejayaannya,
dalam hal ini kejayaan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dalam buku karya
Wisnu Arya W. yang berjudul Melacak
Teori Einstein dalam Al Qur'an,
disebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) Islam mengalami kemunduran. Faktor - faktor
tersebut, antara lain adalah :
- Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat ingin mengambil alih kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari umat islam, karena pada abad ke 9 - abad ke 13 M umat islam dengan menguasai iptek bisa lebih baik kesejahteraannya dari pada oranga barat, sehingga mereka berusaha untuk merebut kemajuan iptek dari umat islam.
- Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang iptek sejajar dengan umat islam. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam bidang iptek, mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka menjadi sekuler. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan iptek. Mereka mungkin menganggap bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru menjadi penghalang bagi kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak penemuan-penemuan badu dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak sesuai dengan ayat-ayat dalam Kitab Injil. Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini, seperti yang tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada. Peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari, bertentangan dengan teori yang ada dalam Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei mengumumkan teori tentang peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari ditentang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan Bibel. Begitu pula dengan Nicolas Copernicus mengumumkan teori tentang “heliocentris”, yaitu bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat peredaran, juga ditentang oleh gereja. Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh gereja. Alhamdulillah, hal ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al Qur’an selalu sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ! bahkan Al Qur’an bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al Qur’an diciptakan oleh yang menciptakan alam semesta ini? jadi selalu akan sesuai !
- Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru, sehinggga mereka berusaha berlayar denan route yang tidak lazim, seperti yang dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika. Vasco de Gama pada tahun 1407 berlayar ke Tanjung Pengaharapan. James Cook pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan New Zealand serta kepulauan Pasifik. Penemuan-penemuan benua baru tersebut ikut mempengaruhi route perdagangan yang berdampak terhadap negara-negara Islam pada waktu itu. Route perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak.
- Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh Beg (Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun dari orang barat dalam hal pengerahuan tentang astronomi.
- Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani) dari Turki dan Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport barang-barang dari Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengan adanya revolusi industri di Inggris dan di negara-negara Eropa lainnya, produk barang jadi dari Eropa makin membanjiri negara-negara islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi negara-negara islam lainnya.
- Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal mula pemerintahan kolonialisme barat terhadap negara-negara islam. Akibat kolonialisme barat, maka negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko sampai ke Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-negara kecil berdasarkan feodalisme, kesultanan , kerajaan dan keemiratan yang antara satu dengan lainnya saling bersaing, bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah belah, devide et impera, telah melumpuhkan kejayaan islam pada masa lalu.
- Akibat kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit banyak telah menjauhkan mereka dari Al Qur’an, padahal Al Qur’an adalah juga sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperpapah lagi dengan munculnya kapitalisme barat.
Faktor-faktor diatas
menjadi penyebab utama islam mulai tertinggal dari orang-orang barat
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, ada
gejala umat islam mulai mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru
sebenarnya banyak tersurat dan tersirat di dalam Al Qur’an melalui
ayat-ayat Kauniyyah. Padahal orang-orang barat mulai bersemangat
mempelajari dan meneliti ilmu kealaman yang mendasari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, dengan paparan di
atas diharapkan dapat menggugah semangat para intelektual muda islam
untuk bisa bangkit untu merebut kembali ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dulu pernah menjadi kebanggan umat Islam. Insya’Allah
bisa !!!
- Upaya-Upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEKS
KH Akhmad Kholil
Ridwan menyatakan optimismenya bahwa Islam akan kembali berjaya di
muka bumi. Ridwan menyebut saat ini merupakan momen kebangkitan Islam
kembali. ”Seperti janji Allah, 700 tahun pertama Islam berjaya, 700
tahun berikutnya Islam jatuh dan sekarang tengah mengalami periode
700 tahun ketiga menuju kembalinya kebangkitan Islam,” ujarnya.
Meskipun saat ini
umat Islam banyak ditekan, ujar Ridwan, semua upaya ini justru
semakin memperkuat eksistensi Islam. Ini sesuai janji Allah yang
menyatakan bahwa meskipun begitu hebatnya musuh menindas Islam namun
hal ini bukannya akan melemahkan umat Islam. ”Ibaratnya paku,
semakin ditekan, Islam akan semakin menancap dengan kuat,”ujarnya.
Sementara itu,
Luthfi menyatakan sistem khilafah Islamiyah masih relevan diterapkan
pada zaman sekarang ini asal dimodifikasi. Ia mencontohkan konsep
pemerintahan yang dianut Iran yang menjadi modifikasi antara teokrasi
(kekuasaan yang berpusat pada Tuhan) dan demokrasi (yang berpusat
pada masyarakat).
Di Iran, kekuasaan
tertinggi tidak dipegang parlemen atau presiden, melainkan oleh
Ayatullah atau Imam, yang juga memiliki Dewan Ahli dan Dewan
Pengawas. Sistem pemerintahan Iran ini, menurut Luthfi, merupakan
tandingan sistem pemerintahan Barat. ”Tak heran kalau Amerika
Serikat sangat takut dengan Iran karena mereka bisa menjadi tonggak
peradaban baru Islam.”
Konsep khilafah
Islamiyah, kata Luthfi, mengharuskan hanya ada satu pemerintahan
Islami di dunia dan tidak terpecah-belah berdasarkan negara atau
etnis. ”Untuk mewujudkannya lagi saat ini, sangat sulit,” kata
dia.
Sementara Kholil
Ridwan menjelaskan ada tiga upaya konkret yang bisa dilakukan umat
untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lampau. Yang pertama
adalah merapatkan barisan. Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat
103 yang isinya “Dan berpeganglah kalian semuanya dengan tali
(agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai.”
Upaya lainnya adalah
kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama Islam. Dalam Islam,
jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu
kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ‘ain adalah Al-Quran,
hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan cabang-cabangnya.
Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran,
matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya.
Sementara upaya
ketiga adalah dengan mewujudkan sistem yang berdasarkan syariah
Islam.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kaum muslimin,
pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi
trendsenter sebuah
peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat
manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah
mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di
Madinah. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat.
Pada masa
pemerintahan dinasti Usmaniyah — di Barat disebut Ottoman — yang
kekuatan militernya berhasil memperluas kekuasaan hingga ke Eropa,
yaitu Wina hingga ke selatan Spanyol dan Perancis. Kekuatan militer
laut Usmaniyah sangat ditakuti Barat saat itu, apalagi mereka
menguasai Laut Tengah.
Kejatuhan Islam ke
tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Umat Islam mulai merasa
tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi setelah
masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir. Saat itu Napoleon masuk dengan
membawa mesin-mesin dan peralatan cetak, ditambah tenaga ahli.
Dinasti Abbasiyah
jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya
diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi
lain, tradisi keilmuan itu kurang berkembang pada kekhalifahan
Usmaniyah. Tanggal 3 Maret 1924, khilafah Islamiyah resmi dihapus
dari konstitusi Turki. Sejak saat itu tidak ada lagi negara yang
secara konsisten menganut khilafah Islamiyah. Terjadi gerakan
sekularisasi yang dipelopori oleh Kemal At-Taturk, seorang Zionis
Turki.
- Implikasi
Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu
pengetahuan. Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut
ilmu. Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah
pengajar (‘Allamahu al-Bayan) bagi umat Islam. Dalam agama-agama
lain selain Islam kita tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang
diturunkan adalah perintah untuk belajar. Kita tahu bahwa ayat
pertama yang diturunkan adalah Surat Al-‘Alaq yang memerintahan
kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita dengan qalam –
yang sering kita artikan dengan pena. Akan tetapi sebenarnya kata
qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat
dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam
tidak diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap
zaman kata qalam dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada
zaman sekarang, komputer dan segala perangkatnya termasuk internet
bisa diartikan sebagai penafsiran kata qalam. Dalam surat Al-‘Alaq,
Allah swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu. Setelah itu
kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi
berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita
ambil dari firman Allah swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan
mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan
penelitian yang dalam ayat tersebut digunakan kata qalam yang dapat
kita artikan sebagai alat untuk mencatat dan meneliti yang nantinya
akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya.
Dalam ajaran Islam – baik dalam ayat Quran maupun hadits, bahwa
ilmu pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan
sifat Allah swt adalah Dia memiliki ilmu yang Maha Mengetahui.
Seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa
berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan
fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang
yang tinggi di hadapan Allah swt adalah mereka yang berilmu.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad saw menganjurkan kita untuk
menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu
besar perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu
sedetail nabi Muhammad saw. Maka bukan hal yang asing jika waktu itu
kita mendengar bahwa Islam memegang peradaban penting dalam ilmu
pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itu didominasi oleh
Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu yang
berawal dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara
lainnya. Itulah zaman yang kita kenal dengan zaman keemasan Islam,
walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran. Di zaman itu, di
mana negara-negara di Eropa belum ada yang membangun perguruan
tinggi, negara-negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi
pengetahun. Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa kejayaan
Islam seperti dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di
negara-negara Islam.
Beginilah kita sekarang sobat. Tapi jangan bersedih, sebab kita akan
kembali mengagungkan kejayaan Islam itu. Yakinlah, kita masih bisa
merebutnya, meski dengan nyawa sebagai tebusannya. Kita lahir ke
dunia ini dengan berlumur darah, maka kenapa musti takut mati dengan
berlumur darah. Syahid di medan tempur.
Daftar
Pustaka iv
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni, A. 1996.
Al
Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi.
Yogyakarta :
PT Dana Bhakti Prima Yasa.
Farhana.2000.
Peradaban
Islam Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan.
Jakarta :
Media ilmu.
No comments:
Post a Comment