MAKALAH AIK IV
ETIKA
PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM
Disusun
Oleh:
KELOMPOK
4
IV-E
MATEMATIKA
ASBAR
SALIM 10536
4640 13
ERLIANI
10536 4633 13
Mata
Kuliah :
Al-Islam
Kemuhammadiyahan (AIK) IV
Dosen
:
Dr.
Tasmin Tanngareng, M.Ag.
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul i
Kata
Pengantar ii
Daftar
Isi iii
BAB
I PENDAHULUAN 1
- Latar Belakang 1
- Rumusan Masalah 2
- Tujuan 2
BAB
II PEMBAHASAN 3
- Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan
Nilai
dan ajaran agama
3
- Paradigma ilmu bebas nilai dan ilmu tidak bebas nilai 5
- Perlunya akhlak islami dalam IPTEKS 9
BAB
III PENUTUP 11
- Simpulan 11
- Saran/Implikasi 11
Daftar
Pustaka 17
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas”Etika
pengembangan dan dan penerapan IPTEKS dalam pandangan islam”,
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
Dr.H.
Tasmin Tangngareng. M.Ag yang telah memberikan kesempatan dan memberi
fasilitas sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Dan
terima kasih pula kami ucapkan kepada bapak dan ibu dirumah yang
telah memberikan bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan
makalah ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Makassar maret 2015
penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Peran Islam dalam perkembangan
ipteks
pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai
paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki
umat Islam. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib
dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber
segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala
ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah
Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan
dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan ipteks, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam.
Sebaliknya jika suatu aspek ipteks dan telah diharamkan oleh Syariah,
maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi
dan seni dunia
, yang kini
dipimpin oleh perdaban barat , mencengangkan banyak orang di berbagai
penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang
dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu
mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi
sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.
Padahal
pada dasarnya
kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
- RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan ajaran agama?
- Bagaimana paradigma ilmu tidak bebas nilai?
- Bagaimana paradigma ilmu bebas nilai?
- Bagaimana perlunya akhlak islami dalam dan penerapan ipteks?
- TUJUAN
- Mendeskripsikan sinergi ilmu dan peng integrasiannya dengan nilai dan ajaran agama
- Mendeskripsikan paradigma ilmu tidak bebas nilai
- Mendeskripsikan paradigma ilmu bebas nilai
- Mendeskripsikan akhlak islami dalam penerapan ipteks
- MANFAAT
Manfaat
penyusunan makalah ini yaitu agar dapat menambah dan memperluas
wawasan penyusun dan pembaca mengenai “Etika
pengembangan dan penerapan ipteks dalam pandangan islam”.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan ajaran agama
Agama
dan ilmu sangatlah saling terkait karena orang yang banyak ilmunya
apabila tanpa di topang oleh agama semua ilmu tidak akan membawa
kemaslahatan umat, sebagai contoh negara- negara maju yang sangat
gigih mendalami ilmu dan teknologi, tetapi sering menjadi sumber
pemicu terjadinya peperangan, begitupun juga orang yang sangat sibuk
dengan belajar agama ,tetapi tidak
mau menggali ilmu dan pengetahuan alam disekitar kita , maka akan mengalami kemunduran , sedangkan untuk mencapai kebahgiaaan akhirat haruslah banyak berbut/beribadah dalam hal untuk kemajuaan umat, apa jadinya apabila semua umat berkutik di ritualitas saja, ini adalah suatu pertanyaan gambaran yang menyedihkan.
mau menggali ilmu dan pengetahuan alam disekitar kita , maka akan mengalami kemunduran , sedangkan untuk mencapai kebahgiaaan akhirat haruslah banyak berbut/beribadah dalam hal untuk kemajuaan umat, apa jadinya apabila semua umat berkutik di ritualitas saja, ini adalah suatu pertanyaan gambaran yang menyedihkan.
Seperti halnya
dengan ilmu dan filsafat, agama tidak hanya untuk agama, melainkan
untuk diterapkan dalam kehidupan dengan segala aspeknya. Pengetahuan
dan kebenaran agama yang berisikan kepercayaan dan nilai- nilai dalam
kehidupan, dapat dijadikan sumber dalam menentukan tujuan dan
pandangan hidup manusia, dan sampai kepada prilaku manuisitu sendiri.
Dalam agama sekurang – kurangnya ada empat ciri yang dapat
kita kemukakan, yaitu : Adanya kepercayaan terhadap yang gaib, kudus,
dan maha agung, dan pencipta alam semesta (Tuhan)
.
Melakukam
hubungan dengan hal- hal diatas,dengan berbagai cara. Seperti dengan
mengadakan acara – acara ritual, pemujaan, pengabdian, dan,
doa.
Adanya Suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.
Menganut ajaran Islam, ajaran tersebut diturunkan oleh Tuhan rtidak langsung kepada seluruh umat manusia, melainkan kepada Nabi – nabi dan rasulnya. Maka menurut ajaran islam adanya rosul dan kitab suci merupakan ciri khas dari pada agama.Agama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi, walaupun kita dapat sepakat tidak ada definisi agama yang dapat diterima secara universal. Kemajuan spritual manusia dapat diukur dengan tinggi nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada objek yang ia sembah. Seorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.
Adanya Suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.
Menganut ajaran Islam, ajaran tersebut diturunkan oleh Tuhan rtidak langsung kepada seluruh umat manusia, melainkan kepada Nabi – nabi dan rasulnya. Maka menurut ajaran islam adanya rosul dan kitab suci merupakan ciri khas dari pada agama.Agama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi, walaupun kita dapat sepakat tidak ada definisi agama yang dapat diterima secara universal. Kemajuan spritual manusia dapat diukur dengan tinggi nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada objek yang ia sembah. Seorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.
Wilayah ilmu berbeda
dengan wilayah agama. Jangankan ilmu, akal saja tidak sanggup
mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski mereka meyakini
kebenaran yang dianut tetapi tetap tidak berani mengklaim kebenaran
yang dianutnya, oleh karena i-tu mereka selalu menutup pendapatnya
dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa hanya Allahlah yang
lebih tahu mana yang benar. Agama berhubungan dengan Tuhan, ilmu
berhubungan dengan alam, agama membersihkan hati, ilmu mencerdaskan
otak, agama diterima dengan iman, ilmu diterima dengan logika.Meski
demikian, dalam sejarah manusia, ilmu dan agama selalu tarik menarik
dan berinteraksi satu sama lain.
Sangat
menarik bahwa Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa, kemulian
seorang mukmin itu diukur dari agamanya, kehormatannya diukur dari
akalnya dan martabatnya diukur dari akhlaknya. Ketika nabi ditanya
tentang amal yang paling utama, hingga lima kali nabi tetap menjawab
husn al khuluq, yakni akhlak yang baik.
Agama maupun
filsafat berhubungan dengan realitas yang sama. Kedua-duanya terdiri
dari subjek-subjek yang serupa dan sama-sama melaporkan
prinsip-prinsip tertinggi wujud. Keduanya juga melaporkan tujuan
puncak yang diciptakan demi manusia yaitu kebahagiaan tertinggi.
Filsafat memberikan laporan berdasarkan persepsi intelektual.
Sedangkan agama memaparkan laporannya berdasarkan imajinasi. Dalam
setiap hal yang didemonstrasikan oleh
filsafat, agama memakai metode-metode persuasivfe untuk
menjelaskannya.
Agama
berusaha membawa tiruan-tiruan kebenaran filosofis sedekat mungkin
dengan esensi mereka. Filsafat dan agama merupakan pendekatan
mendasar menuju pada kebenaran. Filsafat dapat digambarkan sebagai
ilmu tentang realitas yang didasarkan atas metode demonstrasi yang
meyakinkan, suatu metode yang merupakan gabungan dari intuisi
intelektual dan putusan logis yang pasti. Berdasarkan alasan ini,
filsafat lantas disebut sebagai ilmu dari segala ilmu, induk dari
segala ilmu, kebijaksanaan dari segala kebijaksanaan, dan seni dari
segala seni.
- Paradigma ilmu bebas nilai dan ilmu tidak bebas nilai
- Pengertian ilmu
Rasionalisasi
limu pengetahuan terjadi sejak Rene Descartes dengan sikap
skeptic-metodisnya meragukan segala sesuatu, kecuali dirinya yang
sedang ragu-ragu. Sikap ini berlanjut pada Auf Klarung, suatu era
yang merupakan suatu usaha manusia untuk mencapai rasional tentang
dirinya dan alam.
Istilah ilmu dalam
pengertian klasik diartikan sebagai pengetahuan tentang sebab akibat
atau asal usul. Guston Buchelard menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
adalah suatu produk pemikiran manusia yang sekaligus menyesuaikan
antara hukum-hukum pemikiran dengan dunia luar.
Daoed Joesoef
menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yakni
produk-produk, proses dan masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai
produk, artinya pengetahuan yang telah diketahui serta diakui
kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Ilmu pengetahuan sebagai poses,
artinya kegiatan kemasyarakatan yang di lakukan demi penemuan dan
pemahaman dunia alami sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang
dikehendaki.
Ilmu pengetahuan
sebagai masyarakat, artinya dunia pergaulan yang tindak tanduknya,
perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan
yaitu: universalisme, komunalisme, tanpa pamrih dan skeptisisme yang
teratur.
Van
Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu, yaitu :
- Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren
- Ilmu pengetahuan tanpa pamrih karena erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
- Universalitas ilmu pengetahuan
- Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak di distorsi oleh prasangka-prasangka subjektif
- Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
- Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
- Kritis, tidak ada teori ilmiah yang difinitif.
- Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan antara teori dengan praktis.
- Pengertian nilai
Filsafat
sebagai “phylosophy of life” mempelajari nilai-nilai yang ada
dalam kehidupan dan berfungsi sebagai pengontrol terhadap keilmuan
manusia. Teori
nilai
berfungsi mirip dengan agama yang menjadi pedoman kehidupan manusia.
Dalam teori nilai terkandung tujuan bagaimana manusia mengalami
kehidupan dan memberi makna terhadap kehidupan ini.
Nilai,
bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang sungguh-sungguh berupa
kenyataan, bersembunyi dibalik kenyataan yang tampak, tidak
tergantung pada kenyataan- kenyataan lain, mutlak dan tidak pernah
mengalami perubahan (pembawa nilai bisa berubah).
- Paradigma ilmu
Ilmu terbagi
menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai (value free) dan ilmu
terikat nilai/ ilmu tak bebas nilai (value bound)
- Paradigma ilmu bebas nilai
Ilmu
bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value
free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu
secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai.
Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah
harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur
tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu
sendiri.
Josep
Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai
indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
a.
Ilmu
harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah
bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor
ideologis, religious, cultural, dan social.
b.
Diperlukan
adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di
sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c.
Penelitian
ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat
universal.
Dalam
pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat
dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri,
yang terkdang hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk
hal ini adalah teknologi air
condition,
yang ternyata berpengaruh pada pemansan global dan lubang ozon
semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini
semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa memperdulikan
dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada
problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai
menganggap nilai ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu.
Ilmu pengetahuan
tidak boleh terpengaruh oleh nilai – nilai yang letaknya di luar
ilmu pengetahuan, hal ini dapat juga di ungkapkan dengan rumusan
singkat bahwa ilmu pengetahuan itu seharusnya bebas. Maksud dari kata
kebebasan adalah kemungkinan untuk memilih dan kemampuan atau hak
subyek bersangkutan untuk memilih sendiri. Supaya terdapat kebebasan,
harus ada penentuan diri dan bukan penentuan dari luar. Jika dalam
suatu ilmu tertentu terdapat situasi bahwa ada berbagai hipotesa atau
teori yang semuanya tidak seluruhnya memadai, maka sudah jelas akan
di anggap suatu pelanggaran kebebasan ilmu pengetahuan, bila suatu
instansi dari luar memberi petunjuk teori mana harus di terima.
Menerima teori berarti menentukan diri berdasarkan satu – satunya
alasan yang penting dalam bidang ilmiah, yaitu wawasan akan benarnya
teori. Apa yang menjadi tujuan seluruh kegiatan ilmiah disini mecapai
pemenuhannya. Dengan demikian penentuan diri terwujud sunguh –
sungguh.Walaupun terlihat dipaksakan, namun penentuan diri ini
sungguh bebas, karena dilakukan bukan berdasarkan alasan – alasan
yang kurang dimengerti subyek sendiri melainkan berdasarkan wawasan
sepenuhnya tentang kebenaran.
Tokoh sosiologi,
Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai, tetapi
ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai yang relevan. Weber tidak yakin
ketika para ilmuwan sosial melakukan aktivitasnya seperti mengajar
dan menulis mengenai bidang ilmu sosial mereka tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan oleh
bagian-bagian praktis ilmu sosial jika praktik itu mengandung tujuan
atau rasional. Tanpa keinginan melayani kepentingan segelintir orang,
budaya, maka ilmuawan sosial tidak beralasan mengajarkan atau
menuliskan itu semua. Suatu sikap moral yang sedemikian itu tidak
mempunyai hubungan objektivitas ilmiah.
Dengan bebas nilai
kita maksudkan suatu tuntutan dengan mengajukan kepada setiap
kegiatan ilmiah atas dasar hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Orang yang mendukung bebas nilai ilmu pengetahuan akan melakukan
kegiatan ilmiah berdasarkan nilai yang khusus yang diwujudkan ilmu
pengetahuan. Karena kebenaran dijunjung tinggi sebagai nilai, maka
kebenaran itu dikejar secara murni dan semua nilai lain
dikesampingkan.
- Paradigma ilmu tidak bebas nilai
Ilmu
yang tidak bebas nilai (value
bond)
memandang bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus
dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai
tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan
nilai-nilai yang lainnya.
Menurut
salah satu filsof yang mengerti teori value
bond,
yaitu Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam
tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada
kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi 3 macam,
sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing;
a.
Pengetahuan
yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara
empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara
empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk
kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun
teori-teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan
terapan yang besifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan
teknologi sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.
b.
Pengetahuan
yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena tidak
menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan
memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial.
Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau
interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini
adalah pemahaman makna.
c.
Pengetahuan
yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan
mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat
dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah dominasi
kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau
emansipasi manusia.
Ilmu yang tidak
bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai
dan harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai.
Ilmu
jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai
kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan,
lingkungan dan sebagainya.
- Perlunya akhlak islami dalam penerapan ipteks
Kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di
berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material
(fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan ipteks modern membuat
orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat
tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang
diakibatkanya.
Padahal Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk dalam IPTEKS. Bagi Islam, IPTEKS adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya.
Padahal Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk dalam IPTEKS. Bagi Islam, IPTEKS adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya.
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian
dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan
di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101)
Peran
pertama yang dimainkan Islam dalam ipteks, yaitu aqidah Islam harus
dijadikan basis segala konsep dan aplikasi ipteks. Inilah paradigma
Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah Saw.
Paradigma
Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini.
Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak,
kini umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap membebek dan
mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya
hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma
sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem
pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi
kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi
paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep
pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim.
Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang
dengan Aqidah Islam.
Kekeliruan
paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan
fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma
sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang
bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya
dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.
Namun
di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam
dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus
bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep
iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur
al-Qur`an dan al-Hadits
Peran
kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam
harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam
pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam.
Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
diharamkan syariah Islam.
Keharusan
tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits
yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk
menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara
lain firman Allah:
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs. an-Nisaa` [4]:
65).
ikutilah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin
selain-Nya[528].
Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya). (Qs. al-Araaf [7]: 3).
[528]
Maksudnya: pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.
Sabda
Rasulullah Saw:
Barangsiapa
yang melakukan perbuatan yang tidak ada perintah kami atasnya, maka
perbuatan itu tertolak. [HR. Muslim].
BAB
III
PENUTUP
- KESIMPULAN
IPTEKS
yaitu Ilmu Teknologi dan Seni adalah suatu hal yang sangat
diperhatikan dalam Islam, martabat manusia disamping ditentukan oleh
peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya
mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu Islam mewajibkan
setiap umat muslim untuk menuntut ilmu, karena manusia adalah makhluk
yang telah dikaruniai potensi akal yang sepatutnya diperintahkan
untuk berfikir dan berilmu. Tetapi IPTEK dan Seni pada zaman sekarang
ini telah dikuasai oleh peradaban Barat yang mana banyak yang
melenceng dari syara’. Sejatinya, ilmu adalah amal jariyah maka
IPTEK dan Seni haruslah dijalankan sesuai dengan hukum dan syara dan
yang patut dipertimbangkah adalah mengenai halal-haramnya, bukan
manfaatnya saja.
- SARAN
Sebagai
makhluk yang diciptakannya, sudah sepatutnya kita berjalan di dunia
ini sesuai dengan aturan pencipta kita, Allah Azza wa Jalla, karena
akan telah dikaruniai kepada kita, maka kewajiban menuntut ilmu harus
segera kita jalankan. Tentunya, sesuai dengan aturan Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Muhammad
abdorin.2012.ilmu
bebas nilai
http://muhammad-abdorin.blogspot.in/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html
diakses 9 maret 2015 pukul 21:13 WITA
Marlina lina
lukman.2014.iptek
dan seni dalam islam
Mitaunair.2012.iptek
dan seni menurut pandangan islam
http://mitaunair-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-69627.html
diakses 9 maret pukul 21:42 WITA
Sri
oktaviani.2013.Peran
akhlakul karima dalam perkembangan ipteks
http://man1stabatcr34t4.blogspotin/2013/05/peran-akhlakul-karimah-dalam_728.html
diakses pukul 21:17
WITA
No comments:
Post a Comment