MAKALAH
TEORI BILANGAN
“Sistem Angka”
Oleh :
Kelompok 1
Arfiani :10536 4622 13
Sangkala :10536 4624 13
Riska
Andriana :10536 4630 13
A.Munawara :10536 4641 13
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014/2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
tak henti-hentinya penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
yang masih memberikan limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis bisa
menyelesaikan Makalah Sistem Angka ini dengan baik dan tepat waktu. Terima kasih
yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyusun makalah ini. Dalam menyusun makalah ini tidak
sedikit hambatan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan dan dukungan dari
teman-teman mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini yang
tidak sempat penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan perbaikan dalam
penyusunan laporan kedepannya, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Makassar , 09 November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa pendidikan matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan
manusia dan merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan masyarakat. Dalam
pergaulan hidup sehari-hari, mereka membutuhkan matematika untuk perhitungan
sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukan angka-angka. Keperluan angka
mula-mula sederhana tetapi makin lama makin meningkat, sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem numerasi (siistem angka). Sistem numerasi atau sistem
angka pun berkembang selama berabad-abad
dari masa ke masa hingga saat ini.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita akan selalu bertemu yang namanya angka karena angka
selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi, ataupun dalam dunia
musik, filosofi, dan hiburan serta aspek kehidupan lainnya. Adanya angka
membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan, mulai dari perhitungan
sederhana tentang keperluan belanja di dapur, untuk keperluan mengendalikan
banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi, penghitungan hasil pertanian
dan peternakan sampai perhitungan yang rumit tentang cara menilai kegiatan
perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak dan keperluan peluncuran pesawat
ruang angkasa dll yang mana masing-masing bangsa memiliki cara tersendiri untuk
menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol.
Dalam sistem komputer, teknologi yang sering
digunakan manusia pada saat ini terdapat beberapa sistem penulisan bilangan.
Seperti sistem Bilangan Biner, Sistem Bilangan desimal dan sistem bilangan
hexadesimal. Dalam sistem bilngan biner terdapat 2 macam simbol, dalam system bilangan
desimal terdapat 10 macam simbol dan pada bilangan hexadesimal terdapat 16
macam simbol.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa
yang dimaksud dengan sistem angka ?
2. Bagaimana
perkembangan sistem angka yang digunakan sejak zaman primitif sampai sistem
angka yang digunakan pada saat ini ?
3. apa
saja sistem penulisan bilangan yang digunukan dalam sistem komputer ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem angka.
2. Untuk
menjelaskan perkembangan sistem angka sejak zaman primitif sampai sekang.
3. Untuk
menjelaskan system penulisan bilangan yang terdapat dalam sistem komputer.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sistem Angka
Sistem
berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa
Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri
dari komponen
atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan angka adalah suatu tanda atau lambang
yang digunakan untuk melambangkan bilangan.
Angka ialah suatu simbol atau kelompok simbol. Contohnya,
bilangan lima dapat dilambangkan menggunakan angka
Hindu-Arab "5". Jadi sistem angka (atau sistem pengangkaan) ialah sejenis
rangka kerja yang mana satu set nomor dilambangkan melalui angka secara
konsisten. Menurut Muhammad Arif Tiro (2008:63) suatu sistem angka adalah
himpunan lambang dasar dan beberapa aturan untuk membuat lambang lan dengan
tujuan melakukan identifikasi bilangan.
Kadang-kala,
sistem angka juga dipanggil sistem nomor, tetapi itu tidak tepat kerana istilah
sistem nomor menyentuh pelbagai sistem nomor, seperti sistem nomor nyata, sistem nomor kompleks, sistem nomor p-adik, dan
sebagainya. Sistem-sistem sedemikian bukanlah topik yang dibincangkan dalam
rencana ini.
Angka
dan Bilangan
Angka disebut juga digit. Angka tidak sama dengan
bilangan, tetapi bilangan terdiri dari angka-angka. Misal: “456” adalah lambang
bilangan untuk empat ratus lima puluh enam yang terdiri dari dua angka. Arti
suatu angka dalam suatu lambang bilangan ditentukan oleh nilai tempatnya dalam lambang bilangan itu.
Berikut contoh nilai tempat yang membedakan nilai
angka dalam bilangan basis 10. Bilangan 123 mengandung: angka 1 yang mengandung
arti 100, angka 2 yang mengandung arti 20, angka 3 yang mengandung arti 3. Jadi
123 dapat ditulis dalam bentuk panjang dengan lambang yang lain adalah sebagai
berikut: 100+20+3.
Bilangan adalah suatu idea. Sifatnya abstrak.
Bilangan bukan simbol atau lambang. Bilangan memberikan keterangan mengenai
banyaknya anggota suatu himpunan. Contoh: Anggota himpunan jari, terdiri dari
ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Jumlah
anggota himpunan jari itu dinyatakan dengan bilangan. Bilangan tersebut dinamakan
“lima”.
Untuk membedakan bilangan yang satu dari yang lain,
diperlukan nama. Misalnya nama bilangan dari himpunan jari di atas adalah
“lima”. Nama bilangan untuk himpunan kosong adalah “nol”. Nama yang diberikan
kepada bilangan tidak sama, tergantung pada bahasa yang dipergunakan, misalnya:
one (English),
satu (Indonesia), siji (Jawa), Hiji (Sunda). Nama adalah penyebutan terhadap
lambang yang mewakili suatu nilai bilangan.
Sebuah bilangan bisa hanya diwakili oleh satu
lambang seperti ketika kita menyebut bilangan yang sudah kita kenal: nol
diwakili oleh lambang 0, satu diwakili oleh lambang 1, dan seterusnya. Namun,
ada kalanya suatu bilangan dapat diwakili oleh beberapa lambang. Untuk bilangan
bulat, ketika kita ingin mendefinisikan bilangan 6 maka beberapa kemungkinan
lambang di bawah ini bisa dipergunakan. “6” (angka arab atau system angka
berbasis 10), “110” (system angka berbasis 2), “VI” (angka romawi) “4+2”,
“18:3”, “3X2”.
Untuk
bilangan pecahan, berikut beberapa nama yang diwakili oleh kumpulan lambang
yang berbeda untuk mewakili bilangan seperempat.
Nama
biasa : “¼” atau “20/100”
Nama
decimal : “0,25”
Nama
persen : 25%
Jadi, suatu bilangan selalu dinyatakan dengan
lambang bilangan. Lambang bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam
lambang. Sedangkan penyebutan nama lambang-lambang itu bisa berbeda-beda untuk
komunitas atau bahasa yang berbeda.
Nama atau lambang yang berbeda bisa menunjuk kepada
nilai bilangan yang sama.Sementara itu, nomor biasanya
menunjuk pada satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah bilangan bulat
dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yang berurutan. Misalnya kata
‘nomor 3′ menunjuk salah satu posisi urutan dalam barisan bilangan-bilangan 1,
2, 3, 4, …, dst. Kata “nomor” sangat erat terkait dengan pengertian urutan.
Sejarah
Angka
Dalam
berbagai literatur yang ada, tak disebutkan siapa orang yang pertama kali menemukan
angka-angka atau bilangan. Yang pasti, menurut Abah Salma Alif Sampayya, dalam
bukunya Keseimbangan Matematika dalam Alquran , catatan angka pertama kali
ditemukan pada selembar tanah liat yang dibuat suku Sumeria yang tinggal di
daerah Mesopotamia sekitar tahun 3.000 SM.
Awal
munculnya sejarah angka, dimulai sejak adanya manusia purba. Manusia purba yang
peradabannya masih sangat primitif ( juga beberapa suku bangsa sampai saat ini
) tidak mengenal bilangan karena tidak mempunyai kebutuhan untuk menghitung
sesuatu. Tetapi setelah manusia hidup menetap dalam kelompok dan masing-masing
mempunyai harta benda pribadi yang dihimpunnya, seperti: kambing piaraan, maka
agar mengetahui kambing-kambing yang menjadi haknya timbullah kebutuhan untuk
menghitung ternak itu.
sejarah
perkembangan sistem bilangan berawal dari zaman Paleolitikum atau zaman batu
tua sekitar 30.000 tahun yang lalu. Tanda yang digunakan untuk mewakili suatu
angka pada zaman tersebut yakni irisan-irisan atau ukiran yang digoreskan pada dinding
gua atau pada tulang, kayu, atau batu. Satu irisan menandakan satu benda, oleh
karena itu sepuluh rusa kutub ditandai oleh sepuluh ukiran. Banyaknya tanda
berkorespondensi satu-satu dengan banyaknya benda yang dihitung.
Karena
sistem yang digunakan sangat tidak praktis untuk mewakili suatu angka, di
Persia, pada abad kelima sebelum masehi, terjadi suatu perkembangan sistem
bilangan yakni dengan digunakannya simpul-simpul yang disusun pada tali. Pada
abad ketiga belas, suku Inca menggunakan sistem yang sama dengan mengembangkan
quipu, suatu tali yang disusun secara horizontal dimana dari tali tersebut
digantung berbagai macam benang. Jenis simpul yang digunakan, panjang dari
tali, dan warna serta posisi benang menandakan tingkatan kuantitas: satuan, puluhan,
dan ratusan.
Beberapa peradaban juga menggunakan sistem
bilangan untuk merepresentasikan banyaknya obyek yang berbeda-beda yakni dengan
menggunakan berbagai macam bebatuan, seperti bangsa Sumeria yang menggunakan
batu tanah liat yang disebut calculi . Tanah liat bangsa
Sumeria tersebut digunakan pada abad keempat sebelum masehi. Batu tanah liat
kecil yang berbentuk kerucut mewakili banyaknya satu obyek, yang berbentuk bola
mewakili banyaknya sepuluh, dan batu tanah liat besar yang berbentuk kerucut
mewakili enam puluh.
Kemungkinan
terbesar manusia mulai menghitung adalah setelah bahasa berkembang. Saat itu jari-jari tangan merupakan alat hitung
yang paling alami. Itulah sebabnya mengapa sistem perhitungan yang kita
gunakan saat ini menggunakan bilangan berbasis 10. Untuk mencari
bukti sejarah, ukiran pada batu atau kayu adalah solusi yang paling alami. Dari
bukti sejarah, sistem hitung yang
paling awal terdiri dari simbol berulang yang masing-masing terdiri dari
sepuluh, yang diikuti oleh pengulangan simbol untuk satu. Untuk contoh
pada angka-angka yang digunakan saat ini seperti 1 sampai 10,
kemudian 11 (simbol bilangan satu diulang pada simbol bilangan sebelas sebagai
penanda 11 adalah 10 + 1). Atau pada bilangan romawi, bilangan dua puluh satu
dilambangkan menjadi XXI (simbol angka sepuluh diulang kemudian dimulai lagi
dari satu sebagai penanda 20 adalah 10 + 10 +1)
B.
Perkembangan
Sistem Angka
Konsep bilangan dan pengembangannya menjadi sistem
angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga evolusi dari
sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata. Petunjuk mengenai awal manusia
mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom pada tahun 1930 dalam
sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada
potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam
kelompok-kelompok yang terdiri atas lima, seperti lllll lllll lllll. Sehingga tidak
diragukan lagi bahwa orang-orang primitif sudah memiliki pengertian tentang
bilangan dan mengerjakannya dengan metode ijir (tallies), menurut suatu cara
korespondensi satu-satu. Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat
tegak.
Beberapa
sistem angka akan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Sistem Mesir Kuno ( 3000 SM)
Angka Mesir
menggunakan bilangan dasar desimal atau berbasis 10. Untuk bilangan 1
diwujudkan dalam bentuk tongkat l sampai dengan angka 9 tetap menggunakan 9
batang/tongkat. Tetapi, angka 10 mempunyai lambang khusus (tulang tumit).
Angka 100 mempunyai bentuk lambang (spiral). Angka 100 hingga 900 tetap
menggunakan lambang yang sama(spiral) sebanyak 9 buah. Bilangan 1000
menggunakan lambang (bunga teratai). Bilangan 10000 dinyatakan dengan
(jari telunjuk), sedangkan 100000 dinyatakan dengan lambang
(burung). Angka 1000000 dinyatakan oleh (orang keheranan),
sedangkan 10000000 dinyatakan oleh lambang (matahari terbit).
Berikut adalah lambing angka
Mesir Kuno
2.
Sistem Babilonia ( 3000-2000 SM)
Sistem Babilonia diperkenalkan oleh Glenn, John and Litter,
Graham dalam buku yang sama A Dictionary of Mathematics, 1984 yang
tertulis di halaman 13. Penggunaan sistem ini kira-kira pada 3000-2000 SM untuk
menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet yang terbuat dari tanah
liat (clay tablets). Ini adalah salah satu sistem penomoran tertua.
Orang-orang Babel memiliki sistem nomor sangat maju bahkan untuk standar saat
ini. Itu adalah
sistem angka berbasis 60
(sexigesimal).
Ciri-ciri sistem Babilonia :
Tidak mengenal sistem 0 (nol).
Menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh
sebuah jarak).
Simbol-simbol yang digunakan adalah symbol baji () dan <.
Menggunakan bilangan dasar (basis) 60.
Berikut beberapa simbol yang digunakan dalam sistem
Babilonia meliputi:
3.
Sistem Yunani kuno ( 600 SM)
Bangsa
Yunani memiliki banyak cara untuk menulis angka, namun tidak ada yang efisien,
dan tiap negara kota Yunani menggunakan sistem yang berbeda pula. Sejumlah
orang Yunani menggunakan sistem berupa menuliskan huruf pertama dari kata bagi
nomor tersebut. Jika ingin mengatakan sepuluh ('Δέκα, Deka), maka mereka
menulis Δ, yang artinya sepuluh. Dengan sistem ini, 1 ditulis dengan sebuah
garis lurus, mirip dengan angka 1 pada penulisan modern. Mereka menggunakan Π
untuk Πέντα (Penta, lima), Δ untuk (Δέκα, Sepuluh), H untuk Hεκατόγ
(Hekaton, seratus), X untuk Xιλιλοι (Xhililoi, seribu), dan M untuk Mυριοι
(Murioir, sepuluh ribu). Jadi mereka akan menuliskan angka 6247 sebagai
XXXXXXHHΔΔΔΔΙΙΙΙΙΙΙ. Ini tidak mudah untuk
dibaca.
Untuk
menjadikannya lebih mudah, mereka menggabungkan simbol-simbol ini untuk
menghasilkan simbol khusus yang melambangkan angka 50, 500, 5000, dan 50,000.
Orang Yunani juga menggunakan sistem lainnya yang mana huruf dalam alfabet
Yunani dijadikan simbol untuk angka, jadi angka I adalah alpha (Α), 2 adalah
beta (B), 3 adalah gamma (Γ), dan seterusnya.
Mereka
menerapkan aturan ini untuk sepuluh huruf pertama, dan kemudian huruf kesebelas
melambangkan angka 20, huruf kedua belas melambangkan angka 30, huruf ketiga
belas angka 40. Setelah angka 100, huruf berikutnya melambangkan angka 200, dan
seterusnya. Sistem ini jauh lebih efisien. Namun kedua sistem tersebut masih
tidak cukup baik dalam penjumlahan atau pengalian deretan angka panjang.
4.
Sistem Mayan ( 300 SM)
Sistem numerasi mareka sangat tinggi, dimana mereka
mengubah lambang gambar dengan “titik (dot)” dan “garis mendatar (horizontal
lines)” serta simbol kerang-kerangan untuk mewakilkan nol yang sudah cukup
untuk menyatakan angka apa saja. Teori semacam ini dipergunakan dalam “sistem
biner”-nya kalkulator sekarang ini. Dan diperkirakan sebagai bangsa pertama
yang menggunakan sistem nilai tempat dan angka nol.
Sistem ini mempunyai basis 20 (vigesimal) menggunakan
sistem nilai tempat dan ditulis secara tegak. Basis 20 ini digunakan karena
dianggap mewakili jumlah jari pada tangan dan kaki manusia. Pada sistem angka
Mayan, titik melambangkan satu dan garis mendatar melambangkan lima.
Yang menarik dalam sistem angka Mayan, kelompok
bilangan yang kedua adalah 18(20) = 360 bukan (20)2 = 400. Kelompok
yang lebih tinggi mempunyai bentuk 18(20)n. Perbedaan ini
dipengaruhi fakta bahwa tahun resmi Mayan berjumlah 360 hari.
Sistem maya menggunakan basis 20
Bilangan pertama : (20)
Bilangan kedua : (18) (20) sebagai
ganti (20)2
Bilangan ketiga : (18) (20)2 sebagai
ganti (20)3
Bilangan keempat : (18) (20)3 sebagai
ganti (20)4 Dan seterusnya (18) (20)n .
Berikut adalah lambang untuk
bilangan Mayan
Nombor selepas 19 ditulis secara menegak dalam gandaan
dua puluh. Sebagai contoh, tiga puluh dua akan ditulis sebagai satu titik di
atas dua titik, yang diletakkan di atas dua baris. Titik pertama merupakan
"satu dua puluh" atau "1 × 201", yang akan
ditambah dengan dua titik dan dua baris, atau dua belas. Oleh itu, (1 × 201)
+ 12 = 32. Setelah mencapai 202 atau 400, baris lain akan ditambah.
Jadi, nombor 429 akan ditulis sebagai satu titik di atas satu titik di atas
empat titik dan satu baris, atau (1 × 202) + (1 × 201) +
9 = 429. Asas dua puluh bagi angka -angka Maya, adalah
sepertimana asas sepuluh yang digunakan dalam sistem angka Hindu- Arab.
Contoh
penulisan angka di atas 19
400
|
|||
20
|
|||
1
|
|||
32
|
429
|
5125
|
Proses penambahan dan penolakan nombor di bawah 20
menggunakan angka Maya adalah sangat ringkas.
Penambahan dilakukan
dengan menggabungkan simbol angka pada setiap paras:
Jika terdapat lima atau lebih titik dalam hasil penambahan, lima titik akan dibuang dan digantikan dengan 1 baris. Jika empat atau lebih baris pula yang terhasil , empat baris akan dibuang dan digantikan dengan satu titik pada paras seterusnya (bernilai 201) Untuk penolakan,proses sebaliknya akan dilakukan dengan membuang elemen simbol petolak dari nombor yang ditolak:
Jika terdapat lima atau lebih titik dalam hasil penambahan, lima titik akan dibuang dan digantikan dengan 1 baris. Jika empat atau lebih baris pula yang terhasil , empat baris akan dibuang dan digantikan dengan satu titik pada paras seterusnya (bernilai 201) Untuk penolakan,proses sebaliknya akan dilakukan dengan membuang elemen simbol petolak dari nombor yang ditolak:
Jika jumlah titik tidak mencukupi pada nombor yang ditolak, satu baris akan digantikan dengan lima titik. Jika jumlah baris tidak mencukupi, satu titik pada paras yang lebih atas akan dibuang dan digantikan dengan empat baris di bawahnya.
5. Sistem
Jepang Cina ( 200 SM)
Sistem angka Jepang
Cina adalah sistem nama nomor yang digunakan dalam bahasa Jepang. Angka-angka
Jepang dalam menulis seluruhnya didasarkan pada angka Cina dan pengelompokan
sejumlah besar mengikuti tradisi Cina pengelompokan oleh 10.000. Dua set
pengucapan untuk angka ada di Jepang: satu adalah berdasarkan Sino-Jepang
(on’yomi) pembacaan karakter Cina dan yang lainnya didasarkan pada kotoba
Yamato Jepang (kata asli, kun’yomi bacaan).
Pembacaan dari karakter Cina dan yang lainnya didasarkan pada
Jepang kotoba Yamato (kata asli, kun'yomi bacaan). Ada dua
cara penulisan angka dalam bahasa Jepang, di angka Arab (1, 2, 3)
atau di angka Cina(一,二,三). Angka
Arab lebih sering digunakan dalam menulis horisontal , dan
angka Cina lebih umum dalam menulis vertikal .
Lambang-lambang untuk bilangan
Cina-Jepang yaitu:
6. Sistem
Romawi ( 500 SM 1600)
Sistem Romawi
merupakan sistem penjumlahan dan perkalian. Nilai angka dijumlahkan apabila
simbol-simbol sebuah angka mempunyai nilai yang menurun dari kiri ke kanan.
Sebaliknya nilai angka kan dikurangkan apabila simbol-simbol sebuah angka
mempunyai nilai yang naik dari kiri ke kanan. Namun dalam hal pengurangan,
sebuah angka tidak pernah ditulis lebih dari 2 simbol.
Beberapa simbol-simbol romawi
I =1, V =5, X =10, X, L =50, C =100,
D = 500, M =1000
7. Sistem
Arab-Hindu (mulai dipakai tahun 1000)
Sistem
angka Hindu Arab adalah sitem angka yang digunakan sekarang yang mempunyai
sepuluh lambing dasar yang disebut dengan angka. Menurut sejarahnya sistem ini
bermula dari India sekitar tahun300 SM.
Sistem angka Hindu-Arab adalah sebuah sistem angka posisi
desimal dikembangkan abad ke 5 oleh matematikawan India, diadopsi oleh Persia
(sekitar Al-Khwarizmi 825 buku Pada Perhitungan dengan Angka Hindu) dan
matematikawan Arab (Al-Kindi sekitar tahun 830 yang volume di Penggunaan Agka India), dan
menyebar ke dunia barat pada abad pertengahan.
Sistem ini didasarkan pada sepuluh (awalnya sembilan)
mesin terbang yang berbeda. Simbol (mesin terbang) digunakan untuk mewakili
sistem yang pada prinsipnya independen dari sistem itu sendiri. Mesin terbang
digunakan sebenarnya merupakan keturunan dari
angka India Brahmi, dan kemudian
telah dibagi
menjadi berbagai varian tipografis sejak Abad pertengahan.
Angka merupakan lambang bilangan
Hindu-Arab
Ciri-ciri sistem arab-hindu
Menggunakan 10 angka / digit yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Menggunakan basis
Menggunakan aturan tempat.
Contohnya: 3534 = 3(10)3
+ 5(10)2 + 3(10) + 4.
Berikut lambang dari angka Hindu
Arab :
Arab Barat
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Hindu-Arab
|
٠
|
١
|
٢
|
٣
|
٤
|
٥
|
٦
|
٧
|
٨
|
٩
|
Arab Timur
(Parsi dan Urdu) |
۰
|
۱
|
۲
|
۳
|
۴
|
۵
|
۶
|
۷
|
۸
|
۹
|
Devanagari
(Hindi) |
०
|
१
|
२
|
३
|
४
|
५
|
६
|
७
|
८
|
९
|
Tamil
|
|
௧
|
௨
|
௩
|
௪
|
௫
|
௬
|
௭
|
௮
|
௯
|
Beberapa pengembangan bilangan yang
menggunakan sistem angka Hindu-Arab dikemukakan sebagai berikut :
1. Sitem
Angka Desimal
Sistem angka Hindu-Arab menggunakan 10 lambang dasar. Karena sistem ini
berdasarkan pada sistem basis 10, sehingga dikenal dengan sistem desimal
(decimal system). Kata “desimal” berasal dari kata Latin “decem” yang artinya
sepuluh. Lambang dasar yang digunakan dalam sistem ini adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9. Dalam sistem ini, penempatan suatu angka dalam suatu deretan angka
menentukan nilainya.
Bilangan yang lebih besar dari 1 dipisahkan dari bilangan yang lebih
kecil dari 1 (pecahan)olah tanda desimal yaitu koma (,). Di sebelah kiri koma,
angka pertama bernilai sebesar angka itu sendiri, angka berikutnya bernilai
sepuluh kalinya, angka berikutnya bernilai seratus kalinya, dan seterusnya. Di
sebelah kanan koma desimal, angka pertama bernilai sepersepuluh angka itu
sendiri, angka berikutnya seperseratusnya, dan seterusnya.
Dalam penulisan 103, bilangan 3 adalah “pangkat” dan merupakan
cara lain untuk mengemukakan 10 10 10 atau 1000. Demikian pula pangkat negative
digunakan untuk menuliskan pecahan desimal, yakni 10-3 berarti (1/103)
atau 1/1000 atau 0,001.
Dalam sistem pangkat muncul pertanyaan tentang arti 100
(sepuluh berpangkat nol). Dari deretan bilangan, tampak bahwa 100
ada di antara 101 dan 10-1 atau di antara 10 dan 1/10,
dan ditetapkan sama dengan satu. Akhirnya, setiap bilangan, kecuali nol,
ditetapkan sama dengan satu.
2.
Sistem angka non-desimal
Kenyataan bahwa sistem perhitungan kita sekarang yaitu sistem angka
desimal mungkin disebabkan karena banyaknya jari kira sepuluh. Seandainya
manusia dilengkapi dengan dua belas jari tangan, kemungkinan sistem angka
dengan dasar dua belaslah yang digunakan. Tetapi tidaklah sulit untuk membuat
sistem angka Hindu-Arab untuk suatu bilangan cacah lebih dari satu. Sebagai
contoh, pada suatu sistem septimal, dengan dasar tujuh yang digunakan,
angka 432,516 mempunyai arti yang sama dengan sistem desimal, kecuali bahwa
pangkat dari tujuh yang digunakan, bukan pangkat dari sepuluh. Angka nondesimal
dapat diidentifikasikan dengan memperhatikan indeksnya (subscrip). Sebagai
contoh, 3457 adalah suatu angka septimal (basis tujuh).
C.
Jenis Jenis
Penulisan Sistem Bilangan
Dalam sistem komputer terdapat beberapa sistem penulisan bilangan.
Seperti sistem Bilangan Biner, Sistem Bilangan desimal dan sistem bilangan
hexadesimal.Dalam sistem bilngan biner terdapat 2 macam simbol,dalam sistembilangan
desimal terdapat 10 macam simbol dan pada bilangan hexadesimal terdapat 16
macam simbol.
1.
Sistem
bilangan biner
Sistem Biner ( lat. Dual ) atau “duo” yang berarti 2, banyak dipakai
untuk sinyal elektronik dan pemrosesan data. Kekhususan sistem biner untuk
elektronik yaitu bahwa sistem biner hanya mempunyai 2 simbol yang berbeda,
sehingga pada sistem ini hanya dikenal angka “ 0 “ dan angka “1“. Contoh
10101
Dari
ngambaran di atas seperti halnya pada sitem desimal, cara penulisannya dapat dinyatakan
secara langsung sebagai berikut :
10101 = 1.24
+ 0.23 +1.22 + 0.21 +1.20.
Dual =16 + 0
+ 4 + 0 + 1 = 21
2. Sistem
Oktal
Aturan pada sistem oktal ( lat. okto = 8 ) sama dengan aturan yang
dipergunakan pada sistem bilangan desimal atau pada sistem bilangan biner. Pada
bilangan oktal hanya menggunakan 8 simbol yaitu angka 0, 1, 2, 3,4, 5, 6 dan 7
dan setiap nilai tempat mempunyai kelipatan 81, 82, 83,
84, 85, 86, 87 dst. Contoh:
3 1 7 4
3174(8)
= 3 . 83 + 1 . 82 + 7 . 81 + 4 . 80
3174(8)
= 1536 + 64 + 56 + 4 = 1660(10)
Contoh:
Konversi Bilangan Desimal Z(10)= 1059 ke bilangan Oktal Z(8)
.
1059 : 8 =
132 sisa 3
132 : 8 = 16
sisa 4
16 : 8 = 2
sisa 0
2
: 8 = 0 sisa 2
1059(10) = 2
0 4 3(8)
3. Sistem
Heksadesimal
Sistem Heksadesimal yang juga disebut Sedezimalsystem, banyak dipakai
pada teknik komputer. Sistem ini berbasis 16 sehingga mempunyai 16 simbol yang
terdiri dari 10 angka yang dipakai pada sistem desimal yaitu angka 0 ... 9 dan
6 huruf A, B, C, D, E dan F. Keenam huruf tersebut mempunyai harga desimal sbb
: A = 10; B = 11; C = 12; D =13; E = 14 dan F = 15. Dengan demikian untuk
sistem heksadesimal penulisanya dapat menggunakan angka dan huruf. Contoh:
2 A F 3
2AF3 = 2 . 163
+ 10 . 162 + 15 . 161 + 3 . 160
2AF3 = 8192 +
2560 + 240 + 3 = 10995 (desimal)
Contoh:
Konversi Bilangan
Desimal Z(10) = 10846 ke bilangan
Heksadesimal
Z(16)
10846 : 16 = 677
sisa 14
677 : 16 = 42 sisa
5
42 : 16 = 2 sisa 10
2 : 16 = 0 sisa 2
10846(10) = 2 A 5 E(16)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Sistem angka (atau sistem pengangkaan) ialah sejenis
rangka kerja yang mana satu set nomor dilambangkan melalui angka secara
konsisten. Menurut Muhammad Arif Tiro (2008:63) suatu sistem angka adalah
himpunan lambang dasar dan beberapa aturan untuk membuat lambang lan dengan tujuan
melakukan identifikasi bilangan.
2.
Konsep bilangan dan pengembangannya
menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga
evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata.
Sistem numerasi yang
pertama-tama digunakan adalah sistem ijir (tallies) yang didasarkan pada
penghitungan korespondensi satu-satu. Kemudian seiring dengan perkembangan
peradaban manusia, kebutuhan akan bilangan dan angka yang semakin kompleks
menyebabkan manusia mengembangkan berbagai sistem numerasi yang berlaku di
beerbagai belahan dunia, seperti Mesir, Babilonia (sekarang Timur Tengah),
Mayan (Amerika Tengah), Yunani, Cina-Jepang, dan Romawi.
Sistem numerasi yang
digunakan sekarang ini merupakan sistem numerasi yang merupakan perpaduan
antara numerasi Hindu dan Arab. Sistem ini tetap bertahan karena dianggap masih
mampu memenuhi kebutuhan angka manusia modern.
3. Dalam
sistem komputer, terdapat beberapa sistem penulisan bilangan. Seperti sistem
Bilangan Biner, Sistem Bilangan desimal dan sistem bilangan hexadesimal. Dalam
sistem bilngan biner terdapat 2 macam simbol, dalam system bilangan desimal
terdapat 10 macam simbol dan pada bilangan hexadesimal terdapat 16 macam
simbol.
B. SARAN
Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk
keakuratan data sejarah yang diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki
sumber literatur lain yang lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet –
yang belum dapat divalidasi seluruhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://walgi.blogdetik.com/2013/05/02/sistem-numerasi-konsep-dasar-matematika-1/
(Diakses tanggal 09 november 2014 )
http://ninamath.wordpress.com/2013/03/14/sejarah-sistem-numerasi/
(Diakses tanggal 09 november 2014 )
restupraharaputra.blogspot.com/2014/09/elektronika-digital-biner.html
(Diakses tanggal 09 november 2014 )
http://dellyon.wordpress.com/2011/11/15/sistem-bilangan-desimalbineroktal-dan-heksadesimal-dalam-kehidupan-sehari-hari-bilangan-yang-kita-pergunakan-untuk-menghitung-adalah-bilangan-yang-berbasis-10-atau-disebut-sistem-desimal-setiap-te/
(Diakses tanggal 09 november 2014 )
http://clickmaths.wordpress.com/2011/10/03/beda-angka-dan-bilangan/
(Diakses tanggal 09 november 2014 )
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI................................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...........................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Penertan Sstem Angka................................................................................ 4
B.
Perkembangan Sistem Angka.................................................................... 10
C.
Jenis Jeniis Penulisan Sistem Bilangan...................................................... 23
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................... 27
B. Saran......................................................................................................... 28
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................... 29
No comments:
Post a Comment