15 Feb 2015

LAPORAN MAGANG 1


LAPORAN MAGANG I


Oleh :
ASBAR SALIM
SMA NEGERI 1 MAMUJU

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014



Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENILAIAN
BAB I PENDAHULUAN
A.      Visi Misi Sekolah
B.      Profil Sekolah
BAB II PROSEDUR PELAKSANAAN
A.   Jumlah Siswa, tempat dan waktu pelaksanaan Magang 1
B.   Langkah-langkah melakukan pengamatan


BAB III HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Pelaksanaan
A.1. Deskripsi Hasil Pengamatan langsung kultur sekola
A.2. Deskripsi Hasil Pengamatan untuk Membangun Kompotensi  
  dasar Pedagogik, Kepribadian, dan Sosial
A.3. Deskripsi hasil Pengamatan untuk memperkuat pemahaman   
  peserta didik
A.4. Deskripsi hasil pengamatan langsung proses pembelajaran di
       kelas
A.5. Refleksi hasil pengamatan proses pembelajaran
B.   Pembahasan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A.      Simpulan
B.        Saran
.
Daftar Pustaka





BAB I PENDAHULUAN
A.      Visi Misi Sekolah
Visi dan Misi SMAN 1 Mamuju
Visi :
Unggul dalam prestasi, berdisiplin, beriman dan bertaqwa serta memiliki jiwa kepemimpinan menuju terciptanya lingkungan belajar dan SDM yang berkualitas yang di jiwai oleh nilai-nilai budaya dan karakter bangsa serta berwawasan internaional
Misi :
1.             Mengembangkan sikap dan perilaku religius di dalam dan diluar sekolah
2.             Menciptakan  suasana pembelajaran yang menentang, menyenagkan, komunakatif dan demokratis
3.             Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi, bekerja sama, saling menghargai, disiplin jujur, kerja kerass, kreatif dan mandiri.
4.             Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, rapi, bersih dan nyaman
5.             Melaksanakan bimbigan secara efektif untuk menumbuhkan semangat kompetitif kepada siswa untuk bersaing pada seleksi nassional mau perguruan tingi negeri (SNMPTN)
6.             Mendorong dan membantu siwa dalam mengembangkan potensi bakat dan minat secara optimal sehingga berprestassi  di bidang olahraga dan seni melalui kegiatan ekstrakulikuler
Tujuan :
1.             Terjadinya peningkatan rata-rata nilai UN dari tahun sebelumnya
2.             Peningkatan presentase kelulusan siswa pada perguruan tinggi negeri
3.             Berprestasi dalam bidang akkademik maupun non akademik
4.             Mampu mengimplementsikan kurikulum sesuai dengan perkembngan Zaman
5.             Meningkatkan aktivitas dan peran warga sekolah  pada kegiatan kelompok keagamaan baik didalam maupun diluar sekolah
6.             Peran aktif dan partisipasi sluruh warga sekolah dalam kegiatan ekstrakulikuler

C.      Profil Sekolah
NPSN               : 40600227
NSS                  :
Nama              : SMAN 1 MAMUJU
Akreditasi        : A ( 4 Tahun )
Alamat                        : Jl. Kumbang Lollo No. 1
Kodepos           : 91511
Nomer Telpon : (0426) 21223
Email               : smansa.mamuju@yahoo.co.id
Jenjang            : SMA
Status              : Negeri
Bangunan
Sekolah            : Milik Sendiri
Tahun Berdiri  : 1964
Situs                 :
Lintang                        : -2.6801238736104493
Bujur               : 118.87773898240084
Kegiatan Belajar
Mengajar        : Pagi
Kabupaten       : Kab.Mamuju
Provinsi           : Sulawesi Barat
Kecamatan      : Mamuju
Kelurahan        : Binanga


Data Personalia Dan Pembagian Tugas Guru
SMA Negeri 1 Mamuju
2014
No.
NAMA KEPSEK/GURU/STAF
L
STATUS
GOL/
IJAZAH TERTINGGI


NIP / KARPEG
P
KEPEG
RUANG
TUGAS
1
Drs. Muhammad Asrul,M.M.Pd
L
PNS
IV/a
S2
Kepsek
19670816 199303 1 011/ G.103587
2
Sius Pawa ,S.Pd
L
PNS
IV/a
S1
Sejarah
19560408 198303 1 020
3
Andi Jauhar, S.Pd
P
PNS
IV/a
S1
Pend.Seni
19640712 198512 2 004 / E 136018
4
Hj. Rugayyah,S.Pd
P
PNS
IV/a
S1
Fisika
19690517 199301 2 001 / G 190134
5
Dra. Nurlina, A
P
PNS
IV/a
S1
BP/BK
19601231 198603 2 063
6
Dra. Hj. Sukmawati
P
PNS
IV/a
S1
BP/BK

19611111 198703 2 001
7
Dra. Fatrisia Tappi Sariang
P
PNS
IV/a
S1
Kimia








19610223 199803 2 002 / E 914551
8
Syafaruddin Makku, S.Pd
L
PNS
IV/a
S.1
BP/BK

19620805 198803 1 014 / E 624758
9
Drs. Arifin
L
PNS
IV/a
S1
Geografi

Nip.19610215 198903 1 013

10

Hamzah, S.Pd

P

PNS

IV/a

S1

B.Inggris








19661231 198903 1 209
11
Dra. Sipi
P
PNS
IV/a
S1
Fisika

19650316 199001 2 001 / F 225181
12
Yusuf, S. S.Pd
L
PNS
IV/a
S1
Fisika

19661231 199001 1 031

13
Hj. M u n a s i p a, S.Pd,M.M.Pd
P
PNS
IV/a
S2
Matematika

19680923 199203 2 011 / F. 404477
14
Drs. Inyoman Pindah
L
PNS
IV/a
S1
A.Hin

19961231 199303 1 193 / G 103600
15
Maryam, S.Pd.M.Pd
P
PNS
IV/a
S2
Biologi

19700817 199403 2 008 / G 188345
Mulok Pertanian
16
Muhammad Aminuddin,S.Pd.M.Pd
L
PNS
IV/b
S2
B. Jerman
19690817 199403 1 020
17
Dra. Asriani
P
PNS
IV/a
S1
Agama
19690710 199412 2 002 / G 374770
Islam
18
Dra. Damaris Yuli
P
PNS
IV/a
S1
Agama
NIP.  132128573 / G 427329
Kristen
19
Hj. Wahida, S.Pd.,M.Pd
P
PNS
IV/a
S2
Biologi

NIP. 132160252 / G 439851
Mulok Pertanian
20
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd.
P
PNS
IV/a
S2
Matematika

19700616 199702 2 003 / G 425711
21
Drs. Amidin
L
PNS
IV/a
S1
Ekonomi

Nip. 19660626 199703 1 006







22
Masdiani,S.Pd
P
PNS
IV/a
S1
Bhs Indonesia

 19690305 199802 2 006






23
Syamsurijal, S.Pd

PNS
IV/a
S1
Penjaskes

19690613 199802 1 007 / H 046799
L
24
Dra. Sriyanti
P
PNS
IV/a
S1

19650903 199802 2 001
25
Muh. Yamin S.Pd.
L
PNS
IV/a
S1
PPKN

19720125 199802 1 006 / H 046829
26
Dra. S u r i a n i
P
PNS
IV/a
S1
Agama

19680505 199903 2 009 / J. 132304
Islam
27
Supriadi, S.Pd
L
PNS
VI/a
S1
Sejarah

19731019 199903 1 003 / J 082094
P
28
Singara, S.Pd
PNS
VI/a
S1
Sosiologi

19720817 200012 2 007 / K 013509
29
Makmur, S.E.
L
PNS
III/d
S1
Ekonomi

19730504 200212 1 003
30
Misrawati, S.Pd
P
PNS
III/c
S1
Biologi

19731231 200212 2 012 / L 139879
Mulok Pertanian
31
Dra. Hj.Normiati
P
PNS
III/c
S1
Biologi

19711215 200312 2 005 / L 137335
Mulok Pertanian
32
St. Hasnawati, S.Pd
P
PNS
III/d
S1
Seni

19770523 200312 2 009 / L 177517
33

Yanti, S.Pd
P
PNS
III/d
S1
PPKN
19780310  200501 2 011 / M 126176
34
Sulaiha, S.Pd
P
PNS
III/c
S1
B.Inggris








19820829 200501 2 010 / M 126134
35
Amran, S.Pd
L
PNS
III/c
S1
Sejarah

19730504 200212 1 003 / M 126177
36
Nursidar, R. S.Pd
P
PNS
III/b
S1
BP/BK

19780619 200604 2 013
37
Suherman.S.Pd
L
PNS
III/b
S1
TIK

19800807 200604 1 015







38
Annisah,S.Si
P
PNS
III/b
S1
Kimia

19770127 200801 2 010
39
Musdalipa, S.Pd
P
PNS
III/b
S1
Bahasa
Indonesia

19801217 200801 2 011
40
Fatmayanti, S.Si
P
PNS
III/b
S1
Matematika

19820129 200801 2 010 /
41
P a j r i a,  S.Pd
P
PNS
III/b
S1
CPNS

19840407 200901 2 014
GR.DPB
42
Lalu Tuhiryadi,S.Pd
L
PNS
III/b
S1

19820317 200901 1 006
43
Nurjannah,S.Pd
P
PNS
III/b
S.1
Bahasa

19820104 200903 2 011
44
Syarif, S.Pd
L
PNS
III/b
S.1
Olahrago







197811052009011004
Indonesia
45

Ardimansyah,S.Pd
L
PNS
III/a
S1
19730601 201001 1 006
GR.DPB
46
Petrus Bunga, S.Sos
L
PNS
III/a
S1
47
I s r a n a, S.Pd I
P
GTT
-
S.1
Bahasa  Arab

NN
48
M. Anhar,S.Pd
L
-
-
Bahasa
Arab

NN
S.1
49
Rendra Kusuma Wijaya,S.Pd
L
-
S.1
Bahasa
Inggris

NN





50
Edisam,S.Pd
L
-
S.1
Bahasa
51
Maemunah
P
PNS
III/b
SLTA
Tata Usaha

19581213 198203 2 202
52
Mariam S.Pongkapadang
P
PNS
III/a
SMA
Tata Usaha

19710606 199303 2 007
53
Supriadi
L
PNS
II/a
SMA
Tata Usaha

19840306 201212 1 002
54
Rosalina, S.Pd
PNS
II/a
S1
Tata Usaha

19810415 201212 2 003
55
Perawati,S.Si.S.S.Pd.
PNS
II/a
Tata Usaha

19821020 2012 2 004
56
Indaryani,S.Pd
P
Honor
-
S1
Tata Usaha


57
Ferawati,SE
P
Honor
-
S1
Tata Usaha






58
Nahlawati
P
Honor
-
SMA
Tata Usaha


59
Endang Setianingsih
P
Honor
-
SMA
Tata Usaha


60
Nurnanengsih
P
Honor
-
Paket C
Tata Usaha


61
Nurmayanti
P
Honor
-
SMA
Tata Usaha


-
62
Muh. Said
L
Sukarela
-
SMK
Tata Usaha


63
Rusli
L
Honor
-
SMA
Tata Usaha


64
Sulfikar
L
Honor
-
Paket C
Tata Usaha


65
Kasman
L
Honor
-
SD
Caraka/Bujang


Srvis
66
F i r d a u s
L
Honor
-
SMA
Caraka/Bujang


Srvis

Keterangan :
jumlah guru kualifikasi SMA / SMK    : 0
jumlah guru kualifikasi D1                  : 0
Jumlah guru kualifikasi D2                 : 0
Jumlah guru kualifikasi D3                 : 0
Jumlah guru kualifikasi S1                  : 44 Orang
Jumlah guru kualifikasi S2                  : 6 Orang
Total guru pengajar PNS                     : 45 Orang
Total guru pengajar Honor                 : 3 Orang
Jumlah pegawai Tata usaha               : 14 Orang
Total pegawai Tata usaha PNS           : 3 Orang
Total pegawai tata usaha Honor        : 11 orang
Jumlah Sukarela                                  : 1 Orang
Bujang                                                 : 2 Orang

Sarana/prasarana SMA Negeri 1 Mamuju

No
Sarana/Prasarana
Jumlah
1.
Ruang
Ruang Kelas
27
B.    Ruang Guru
2
C.    Ruang Kepala Sekolah
1

R    Ruang Wakasek Kurikulum
1

      Ruang Wakasek Humas
1

      Ruang Wakasek Sarana Prasarana
1

R    Ruang Wakasek Kesiswaaan
1

Rs  Ruang Tata Usaha
1

Ruang BK

D.   Ruang Perpustakaan
1

Ruang Osis
1

Ruang Aula
1
E.     Gudang
4
F.     Rumah Penjaga Sekolah
1
G.    Ruang Uks
1

Ruang Dapur
1
H.    Wc Guru
3
I.       Wc Siswa
6
2
Laboratorium


Lab. Fisika
1

Lab. Kimia
1

Lab. Biolagi
1

Lab. Komputer
1

Lab. Agama
1

Lab. Multimedia
1

Lab. Bengkel Seni
1
3
Lain-Lain

Meja Kepala Sekolah
1
Kursi Kepala Sekolah
1
Kursi dan Meja Tamu KS.
3
kursi Guru dan Karyawan
60
Meja Guru dan Karyawan
80
Meja Siswa
1024
Kursi Siswa
1058
Almari
13
Mesin Ketik
2
Mesin Stensil
4
TV
2
Tape Recorder
2
Dispenser
4
Brankas
6
Mesin Hitung
5
Meja Kursi Tamu
2
Komputer
60
Printer
9
LCD Projector
8
Lap Top
2
Handy Camera
2
Genset
2
Kamera Manual
2
Kamera Digital
4
Peralatan Band
1
OHP Projector
3

Unit Kegiatan Siswa
Ø  OSIS
Ø  PRAMUKA
Ø  PMR
Ø  Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA)
Ø  Lingkungan Sekolah Bebas Narkoba (LSBN)
Ø  Remaja Pecinta Mushollah (RPM)
Ø  Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)
Ø  Vocal Group
Ø  BASKET
Ø  PENCAK SILAT
Ø  BHAYANGKARYA
Ø  SAKA WANABAKTI


BAB II PROSEDUR PELAKSANAAN
C.        Jumlah Siswa, tempat dan waktu pelaksanaan Magang 1
1.         Jumlah siswa SMAN 1 Mamuju
No.
Kelas
Jumlah siswa
Jumlah
Perempuan
Laki – laki
1
XII IPA 1
21
10
31
2
XII IPA 2
19
14
33
3
XII IPA 3
23
10
33
4
XII IPA 4
23
12
35
5
XIIIPA 5
29
6
35
6
XII IPS 1
16
16
32
7
XII IPS 2
19
8
27
8
XII IPS 3
15
14
29
9
XII IPS 4
21
8
29
10
XI MIA 1
23
14
37
11
XI MIA 2
25
15
40
12
XI MIA 3
27
10
37
13
XI MIA 4
24
14
38
14
XI MIA 5
26
13
38
15
XI IIS 1
24
6
30
16
XI IIS 2
23
4
27
17
XI IIS 3
16
15
31
18
XI IIS 4
15
15
30
19
X MIA 1
27
11
38
20
X MIA 2
26
11
37
21
X MIA 3
21
16
37
22
X MIA 4
23
15
38
23
X MIA 5
26
11
37
24
X MIA 6
30
8
38
25
X MIA 7
24
14
38
26
X IIS 1
15
23
38
27
X IIS 2
19
30
49
Jumlah
600
342
942

2.             Tempat dan waktu pelaksanaan Magang 1
Kegiatan ini berlangsung di SMA Negeri 1 Mamuju sebagai tempat pelaksanaan Magang 1 yang berlangsung selama kurang lebih 4 minggu yang dilaksanakan mulai pada tanggal 4 Agustus 2014 hingga 30 Agustus 2014
D.            Langkah-langkah melakukan pengamatan
1.      Berkenalan dengan kepala sekolah, guru-guru dan staf sekolah lainnnya
2.      Mengenali lokasi sekolah, gedung sekolah, fasilitas-fasilitas dan ruangan-ruangan (ruangan kelas, ruangan tata usaha, dan ruangan pendukung lain) dan fasilita lainnya
3.      Mengamatai dan mengobservasi kegiatan belajar mengajar guru dan siswa
4.      Mengamati aktivitas di lingkungan sekolah
5.      Mewawancarai kepala sekolah, komite sekolah, Tata usaha, guru, penjaga sekolah dan siswa
6.      Menyampaikan hasil observasi kepada  dosen pengampuh untuk di tanda tangani dan di berikan nilai.


BAB III HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

C.             Hasil Pelaksanaan
A.1. Deskripsi Hasil Pengamatan langsung kultur sekolah
Ø  Program kerja SMAN 1 Mamuju
Program kerja SMAN 1 Mamuju meliputi :
1.      Penyaluran beasiswa tahun 2014 / 2015
2.      Pembangunan Laboratorium kimia
3.      Pengadaan buku sekolah elektronik (BSE) kurikulum 2013
4.      Perekrutan tenaga kerja kontrak
5.      Pengadaan alat-alat laboratorium
6.      Persiapan lomba tingkat kabupaten dan provinsi

Ø   Sistem Pengelolaan Keuangan
Sumber-Sumber Keuangan Sekolah
1. Dana dari Pemerintah
Dana dari pemerintah disediakan melalui jalur Anggaran Rutin dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) yang dialokasikan kepada semua sekolah untuk setiap tahun ajaran besarnya DIK ditentukan berdasarkan jumlah siswa kelas X, XI, dan XII
2. Dana dari Orang Tua Siswa
Dana dari orang tua siswa di kenal dengan istilah iuran komite. Besarnya sumbangan untuk setiap siswa adalah minimal Rp.100.000 per orang hanya satu kali banyar selama menjadi siswa SMAN 1 Mamuju dan pembanyaran dapat diangsur.


3. Dana dari Masyrakat
Dana ini merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari anggota-anggota masyarakat sekolah yang menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di SMAN 1 Mamuju yaitu sumbangan berupa uang, alat komputer, buku pelajaran, fasilitas sekolah dan lain-lain.
4.  Dana dari Kegaitan Wirausaha Sekolah
Dana yang didapatkan adalah dengan iuran Rp. 15.000/hari untuk setiap kantin yang ada di SMAN 1 Mamuju diberikan iuran tersebut karena memakai fasilitas sekolah berupa gedung, listrik dan sebagainya. Total kanting yang ada di SMAN 1 Mamuju berjumlah 5 buah kantin.

1.      Kedisiplinan Warga Sekolah
v   Kepala sekolah
Berdasarkan hasil pengamatan selama 19 hari, bahwa kepala sekolah SMAN 1 Mamuju telah menjalankan tugasnya secara maksimal sesuai dengan jabatan sebagai kepala sekolah yaitu bertanggung jawab, disiplin waktu, berpakaian  rapi sert selalu memberikan bimbingan kepada siswa, dan pada saat jam masuk sekolah sebelum pukul 07.15 kepala sekolah beserta guru piket lainnya sdh ada di depan pintu gerbang untuk menunggu siswa yang datang sambil berjabak tangan dengan siswa tersebut sesuai dengan kurikulum 2013 yang di canamkan oleh pemerintah.
v   Guru
Berdasarkan pengamatan saya, guru yang piket biasanya hadir sebelum pukul 07.15 bersama kepala sekolah dalam rangka mengkordinir siswa sambil memeriksa seragam dan  apakah ada pelanggaran yang dilakukan ole siswa sebelum masuk. Guru yang merupakan sekaligus wali kelas pada setiap kelas mengkordinir  anak walinya untuk ikut mebersihkan halam kelas sebelum jam pertama dimulai
v   Karyawan
Karyawan datang lebih awal biasanya yang datang adalah cleaning service dan satpam. Mereka langsung melaksanakan tugasnya masing - masing
v   Siswa
Siswa yangpiket biasanya datang sebelum pukul 07.15 dan langsung membersihkan ruangan dan halaman kelas. Tetapi ada pula siswa yang piket terlambat, bagi siswa yang terlambat sebelum pukul 07.15 saat dimulai pelajaran pertama tidak di zinkan masuk ke dalam sekolah, nanti  mata pelajaran ke 2 bisa mengikuti pelajaran seperti biasa, bagi siswa yang selalu terlambat tanpa ada penjelasan khusus akan ditegur setelah itu jika terlambat lagi akan dibuatkan surat pemanggilan orang tua ke Kantor sekolah atau di ruangan bimbingan konseling (BK).

2.             Mengamati hubungan Sosial antar Warga Sekolah
v   Kepala Sekolah dengan Guru dan Karyawan serta Peserta Didik
Hubungankepala Sekolah dengan Guru-guru sangan baik, seperti yang saya amati ketika guru-guru datang langsung bersalaman dengan kepala sekolah dan begitupun juga pada saat pulang guru berpamitan dan bersalaman kepada kepala sekolah. Ketika siswa mengikuti suatu lomba baik tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional jika tidak berhalangan guru dan kepala sekolah selalu mendampingi siswa tersebut.


Karyawan selalu membantu kepala sekolah ketika ada hal yang harus dikeerjakan. Ketika bertemu dengan kepala sekolah siswa langsung bersalaman, dan begitu pula kepala sekolah akan mendampingi siswanya ketika ada perlombaan.
Ketika ada permasalahan yang dihadapi oleh sekolah selalu dipecahkan bersama oleh kepala sekolah dan guru, kepala sekolah menjunjung tinggi nilai sikap saling menghargai, terhadap guru, karyawan dan siswa.
v  Hubungan Sosial antara Guru, Karyawan dan Siswa
Karyawan selalu membantu Guru-guru, misalnya Tata Usaha, membantu mengetik soal-soal ujian, pengelola UKS membantu ketika ada yang sakit. Ketika datang siswa selalu bersalaman dengan Guru-guru dan jika ada siswa yang bertengkar maupun berbuat pelanggaran guru menasehati dan membimbing mereka.
Hubungan sosial antara guru, karyawan dan siswa SMAN 1 Mamuju terjalin akrab, harmonis dan memiliki solidaritas tinggi, sehingga memiliki hubungan kekeluargaan yang erat. Tanpa memandang sutu perbedaan baik jabatan maupun latar belakang.
v  Hubungan Sosial antara guru dengan guru
Hubungan Guru dengan guru sangat baik, tidak ada perselisihan, mereka saling memberikan masukan, saling mengisi kekurangan. Ketika pagi Guru-guru saling bersalaman. Jika istirahat Guru-guru kumpul di Ruang Guru, mereka saling berinteraksi.
v  Hubungan sosial antara siswa dengan siswa
Hubungan siswa dengan siswa yang lain sangat bersahabat, meskipun ada perselisihan atau pertengkaran tetapi setelah akan akrab kembali. Namun ada pula teman yang suka menggangu temannya baik pada saat istirahat maupun pada saat berlangsung pembelajaran di kelas.


v   Hubungan Warga Sekolah dengan komite sekolah
Hubungan antara Warga Sekolah dengan Komite Sekolah sangat baik, Komite Sekolah berperan aktif ketika mengadakan rapat dengan orangtua murid. Semua kegiatan sekolah dilaporkan ke Komite Sekolah baik yang berkaitan dengan siswa maupun tentang keuangan.
v   Hubungan antara Warga Sekolah dengan Masyarakat dan Orang Tua Murid
Untuk penghijauan lingkungan sekolah masyarakat menyumbang bibit tanaman untuk ditanam di sekitar lingkungan sekolah. Ketika ada orang yang meninggal di sekitar lingkungan sekolah, warga sekolah ikut menjenguk danb mempersiapkan segala alat yang dibutuhkan, dan lain-lain. Dan sebagai Kepala Sekolah juga memberikan contoh yang baik dengan warga sekolah dan lingkungan sekitar.
Orangtua murid menginginkan anaknya untuk mengikuti les. Ketika ada siswa yang mengikuti perlombaan orangtuanya mendukung serta bersedia mendampingi anaknya. Siswa yang tinggalnya jauh dari sekolah orangtuanya mengantar dan menjemput. Ketika ada siswa yang sakit orangtuanya langsung memberitahukan kepada guru wali kelasnya sekolah.

3.             Sikap Siswa Terhadap
v  Kepala Sekolah
            Siswa di SMAN 1 Mamuju menghargai dan menghormati kepala sekolah sebagai pemimpin. Mereka selalu patuh terhdap kepala sekolah dan peraturan-peraturan sekolah. Cara berkomunikasi antara siswa dengan kepala sekolah sangat baik, santun dan efektif
v  Guru
Sikap siswa SMAN 1 Mamuju terhadap guru, menghargai, menghormati  dan patuh. Tetapi, masih ada sebagian siswa yang masih mengabaikan perintah guru. Misalnya: apabila guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan kepada siswa. Sebagian siswa mengerjakan, namun sebagiannya mengabaikan.
Komunikasi siswa terhadap gurusangat baik, sopan dan efektif. Siswa selalu berani bertanya, apabila menemukan masalah atau kesulitan dalam belajar, tapi kadang juga siswa sangat sulit memberikan tanggapannya terhadap guru apabila dalam proses pembelajaran tidak di pahami.
v  Karyawan
Siawa SMAN 1 Mamuju selalu menunjukan sikap yang baik  dan ramah. Saling menghormati dan saling menghargai. Cara berkomunikasinya santun dan wajar.
v  Para Tamu (orang luar yang berkunjung)
Siswa selalu menunjukan sikap yang baik, ramah, serta saling menghargai dan menghormati apabila ada tamu atau orang luar yang datang berkunjung di SDN 71 Kota Bengkulu, Cara berkomunikasinya pun satun dan wajar  sehingga orang luar atau tamu yang datang tidak segan untuk bertanya dan cepat akrab.

4.                  Pelaksanaan Kegiatan
v  Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler siswa SMAN 1 Mamuju dilakukan pada hari jumat  yaitu Skegiatan Senam pagi, Pramuka, PMR, karya tulis Ilmiah (KIR) , silat serta hari jumat dijadikan sebagai hari berbahasa inggris tanpa bahasa Indonesia.
v  Non-kurikuler
Kegiatan ini biasa dilakukan diluar jam sekolah. Seperti bimbel dan les, bagi kelas XII dan XI IPA 1 dilaksanakan pukul 15.30

A.2. Deskripsi Hasil Pengamatan untuk Membangun Kompotensi   dasar Pedagogik, Kepribadian, dan Sosial
1). Kompetensi Pedagogik
Kegiatan Pembelajaran yang mendidik di Kelas, di Laboratorium dan di lapangan.
v   Kelas
Guru menjelaskan materi pelajaran secara terpadu, terperinci, jelas dan cepat, sehingga peserta didik dapat  mencapai hasil belajar yang optimal salah satu yang efektif dalam proses pembelajaran di kelas yang dilakukan guru yang ada di SMAN 1 Mamuju adalah konsep pembelajara kooperatif dimana siswa guru saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran yang terpadu tersebut siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran  menjadi bermakna bagi siswa.

v   Laboratorium
Sebelum siswa memasuki laboratorium baik laboratorium fisika, kimia dan biolagi, guru menjelaskan terlebih dahulu apa saja yang alat  atau barang yang boleh dibawah dilarang masuk serta siswa wajib mengenakan pakaian khusus laboratorium untuk menjaga keselamatan saat memulai praktek dan mengikuti tata tertib yang lain yang telah terpampan dalam lab tersebut.
Setelah itu guru memberikan materi, guru membagi kelaompok serta mengarahkan dan membimbing siswa dalam hal melakukan sehingga apa yang menjadi tujuan siswa untuk mendapatkan pengalaman dalam laboratorium bisa tercapai. Setelah itu siswa wajib membuat laporan sebagai hasil dari praktikum dan mempresentsekan hasilnya di depan siswa lain.


v   Lapangan
Kegiatan olahraga guru  mengarahkan dan membimbing siswa, bagaimana cara berbaris yang benar dan rapi serta menjelaskan materi yang berkaitan dengan kegiatan olahraga dengan menggunakan alat peraga, seoerti cara bermain bola kaki, bermain bola voli, dan lain sebagainya sehingga siswa dapat memahami mudah kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
v   Kegiatan Pembelajaran yang Mendorong Peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal
Pembelajaran yang mendorong peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal yaitu dalam proses belajar mengajar guru mengelompokkan siswa beberapa kelompok namun dalam kelompok tersebut harus berpasanagan atau terdapat antara orang yang pandai dengan orang yang kurang sehingga akan terjadi interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain akan saling melengakapi. Guru dapat memberikan bimbingan khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Dalam hal ini, guru menanyakan kesulitan apa yang dialami siswa sehingga siswa tidak putus asa. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik agar dapat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga mampu mencapai criteria yang baik. Guru juga memberikanhadiah atau pujian kepada peserta didik baik berupa mataeri maupun non materi, sehingga siswa dapat termotivasiuntuk belajar.
v   Mengamati Berbagai Kegiatan Pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya, yang dilakukan guru.
Untuk mengaktualisasikan potensis siswa termasuk kreativitasnya yang dilakukan oleh guru adalah pada saat pembelajaran tidak lagi menerapkan pembelajaran konvesional tetapi guru lebih mengedepankan metode yang lebih inovatif seperti metode diskusi maupun metode kooperatif. Contohnya dalam hal pelajaran matematika guru menjelaskan secara terperinci tentang pembeahasan yang dilakukan setelah itu diberikan sebuah soal pada setiap kelompok untuk didiskusikan bersama temannya cara menyelesaikan persoalan tersebut sehingga akan terjadi interaktif siswa yang satu dengan siswa yang lain dan tidak terpaku pada hanya satu siswa. Setelah selesai masing masing kelompok mempresentasekan hasil jawabannya dan kelompok lain bisa menanggapi apakah sesuai dngan jawabannya atau ada kesalahan, sehingga dengan demikian semua siswa dapat mengetahui.

v   Mengamati kegitan guru melakukan Refleksi terhadap Pembelajaran yang telah dilaksanakan
Untuk melakukan refleksi pembelajaran oleh guru adalah dengan cara sebelum memulai pelajaran selanjutnya guru memberikan soal yang berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya dengan tujuan apakah siswa telah memahami dan mengikuti serius kegiatan pembelajaran. Setelah itu guru menganalisis jawaban yang dikerjakan oleh siswa dengan cara guru menyimpulkan materi pelajaran dengan cara dituliskan dipapan tulid secara singkat dan menjelaskan secra terperinci supaya siswa lebih mengerti sebelum memulai pelajaran selanjutnya. Egiatan yang lain yang diberikan guru adalah memberikan latihan soal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan dengan cara mengoreksi jawaban satu persatu.

          2)       Kompotensi Kepribadian
v   Mengamati perilaku saling menghargai antar warga sekolah tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal dan gender
Perilaku warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun siswa saling menghargai, menghormati, bekerjasama dan adanya rasa toleransi antar sesama untuk menciptakan suasana harmonis serta kekeluargaan.     
v   Mengamati sikap dan perilaku warga sekolah, terhadap norma-norma yang dianut (agama, hukum, dan sosial) yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional indonesia yang beragam.
Dalam norma agama disekolah guru membiasakan siswa berdoa sebelum memulai pelajaran dan duisaat sholat dzhuhur siswa dan guru beramai – ramai pergi ke masjid untuk yang terdapat disamping sekolah untuk melaksanakan kewajiban penganut umat muslim dan khusus bagi beragama non muslim kebanyakan pada saat jam sholat sebagian pergi keperpustakaaan dan sebagian lagi pergi ke kantin.
Untuk norma hukum, sekolah telah mempunyai aturan-aturan atau tata tertib yang harus dipatuhi, ditaati dan dilaksanakan oleh warga sekolah. Misalnya pada hari senin warga sekolah harus datang sebelum upacara bendera dimulai dan harus mengikutinya. Siapa yang telat datang berdiri diluar gerbang sampai upacara bendera selesai. Setelah itu semua warga sekolah tidak diperkenankan pulang sebelum jam efektif belajar selesai.
Untuk norma sosial, dalam bergaul siswa tidak pernah membedakan kaya atau miskin. Mereka bergaul bersama tanpa adanya rasa perbedaan masing-masing individu. Ketika ada guru yang sakit semua warga sekolah menjenguk. Jika ada siswa yang mempunyai masalah, misalnya nakal, malas mengerjakan tugas, suka bolos dan sering terlambat. Maka anak itu dipanggil dengan orangtuanya untuk menghadap guru BK. Serta anak tersebut dibina dan dibimbing agar dia bisa merubah tingkahlaku atau sikapnya.
v   Mengamati berbagai strategi  berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, baik secara lisan maupun tulisan di Lingkungan Sekolah.
Dalam berkomunikasi secara lisan warga sekolah sering memakai bahasa khas (bahasa daerah) mau itu disaat mengajar dalam kelas dan diluar kelas. Jika secara tulisan guru atau siswa menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan warga sekolah selalu memakai bahasa yang santun dan mudah dipahami.
v   Mengamati komunikasi para guru, staf, dan kepala sekolah dari sudut komunikasi yang efektif, empatik, dan santun pada peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara klasikal mulai dari:
ü   Penyiapan kondisi psikologi peserta didik
Sebelum memulai pelajaran terlebih dahulu guru selalu mengingatkan dan mengajarkan siswa untuk berdoa sebelum pelajaran dimulai.
ü   Memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespon
Dalam memberikan pertanyaan atau tugas guru memberi pertanyaan kepada siswa secara bergiliran agar semua siswa dapat berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
ü   Respon peserta didik
Saat siswa menerima pertanyaan yang diberikan guru ada yang berpikirnya cepat dan ada juga yang berpikirnya lambat. Tetapi siswa aktif dalam menjawab  pertanyaan atau memberikan pertanyaan kepada guru jika ada yang belum mereka pahami.

v   Reaksi guru terhadap respon peserta didik
Ketika ada siswa yang berani untuk menjawab pertanyaan, guru selalu memberikan hadiah atau pujian agar siswa termotivasi untuk selalu aktif dalam pembelajaran.

3). Kompotensi Sosial
v   Mengamati sikap inklusif dan obyektif guru terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melakukan pembelajaran
Jika ada siswa mengalami kesulitan atau masalah melalui guru BK memanggil orangtuanya untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh siswa tersebut.
Guru terhadap teman sejawat, jika seorang guru mempunyai kesulitan maka guru yang lainnya selalu memberikan masukan atau memberikan pikiran untuk mencari solusi dari masalah tersebut.
Guru sama-sama saling mengisi kekurangan yang ada pada diri mereka masing-masing. Misalnya seorang guru mempunyai kesulitan dalam pembelajaran dikelas, maka guru yang lain saling mengisi dan memberikan masukan agar guru tersebut dapat menjalani pembelajaran yang lebih baik lagi pada siswanya.
v    Mengamati komunikasi para guru dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya apakah dilakukan secara santun, empatik, dan efektif.
Dalam berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah tentunya guru menggunakan bahasa yang santun dan bahasa yang mudah di mengerti.
v   Mengamati komunikasi warga sekolah dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam menginformasikan program pembelajaran dan dalam mengatasi kemajuan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik apakah dilakukan secara santun, empatik, dan efektif.
Untuk memajukan pendidikan guru mengadakan rapat yang dihadiri oleh orangtua murid. Bagaimana partisipasi dan peran orangtua murid terhadap pendidikan anaknya. Jika ada siswa yang mengalami masalah, guru melalui Guru BK memanggil orangtuanya untu bisa mencari solusi terhadap masalah atau kesulitan siswa.
v   Mengamati keikutsertaan orangtua peserta didik dan masyarakat dalam mendukung program sekolah, pelaksanaan program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
Orang tua tentunya sangat mendukung anaknya menjadi orang yang sukses. Jika seoarang siswa ada yang sakit dan tidak bisa masuk sekolah maka orangtuanya memberitahukan atau mengirim surat buat wali kelasnya. Orangtua selalu mendampingi anaknya yang mengikuti lomba. Kemudian orangtua juga selalu mendukung anaknya untuk mengikuti les atau bimbel.

A.3. Deskripsi hasil Pengamatan untuk memperkuat pemahaman peserta didik
1).    Mengamati karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek   fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.
Dalam aspek fisik, fisik siswa dalam suatu kelas bervariasi ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang tinggi, ada yang pendek. Dalam aspek intelektual juga berbeda-beda ada  yang daya serapnya cepat, ada yang sedang dan ada juga yang daya serapnya lambat. Sosial-emosional, dalam hubungan dengan teman-teman yang lain ada siswa yang cepat marah, egonya masih ada, ada yang sabar, rasa ingin memiliki sesuatu sangat tinggi.
Moral, tingkah laku peserta didik ada yang disiplin tepat waktu, disiplin dalam berpakaian, disiplin dalam kebersihan lingkungan dan ada juga yang tidak. Sikap saling menghargai dan saling tolong menolong antar sesama.
Spritual, dalam keagamaan siswa sering melakukan doa bersama sebelum dan sesudah pelajaran. Untuk lebih mengembangkan rasa spritual siswa, maka setiap hari jum’at bukan hanya siswa saja semua warga sekolah ikut melaksanakan Tafakur dan sholat Dhu’ha bersama-sama.
Latar belakang Sosial-budaya, latar belakang sosial siswa berbeda-beda ada yang orangtuanya Nelayan, PNS, Polri, Buruh, dan ada juga Pedagang. Tetapi hubungan pergaulan mereka tidak ada rasa perbedaan dengan latar belakang sosial-budaya.

2).    Mengidentifikasi potensi peserta didik
Siswa mempunyai kemampuan dan potensi yang berbeda-beda dalam proses pembagian jurusan IPA dan IPS setiap siswa memilih jaurusan yang diminatinya apakah jurusan IPA atau IPS tergantung dengan potensi yang dimilikinya. Baik dalam jurusan IPA maupun IPS ada yang pandai dalam pelajaran tertentu misalkan matematika, biologi, kimia, geografi, ekonomi maupun bahasa Indonesia dan tidak semua siswa pandai dalam pelajaran tersebut ada juga yang mengalami beberapa kesulitan dalam mata pelajaran tersebut.
3). Mengindentifikasi kemampuan awal peserta didik dalam pelajaran matematika
Dalam jurusan IPA maupun IPS terkhusus dalam pelajaran matematika ada siswa  yang lebih dahulu mengetahui materi yang diberikan sebelum guru menjelakan ada juga yang belum mengetahui.
4).   Mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam pelajaran matematika
Kesulitan yang terjadi pada siswa dalam pelajaran matematika adalah kesulitan siswa dalam perhitungan yaitu perkalian dan pembagian  juga kesulitan menjabarkan rumus matematika yang dianggapnya terlalu sulit dan panjang. Dan ada juga siswa yang mengalami kesulitan tetapi tidak ingin bertanya dan hanya diam saja. Dengan cara melihat, mengecek atau menyuruh mengerjakan dipapan tulis akhirnya siswa baru mengatakan bahwa dia tidak mengerti dengan materi yang diajarkan.
Guru memberikan tugas atau ulangan, maka dari ulangan maupun tugs yang diberikan, guru mengetahui siswa mana yang memiliki kesulitan dalam materi yang diberikan.
A.4. Deskripsi hasil pengamatan langsung proses pembelajaran di kelas
Guru menjelaskan materi pelajaran secara terpadu, terperinci, jelas dan cepat, sehingga peserta didik dapat  mencapai hasil belajar yang optimal salah satu yang efektif dalam proses pembelajaran di kelas yang dilakukan guru yang ada di SMAN 1 Mamuju adalah konsep pembelajara kooperatif dimana siswa guru saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya pembelajaran yang terpadu tersebut siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran  menjadi bermakna bagi siswa.
Selain metode diatas guru juga memberikan Metode pemberian tugas. cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif.

A.5. Refleksi hasil pengamatan proses pembelajaran
Untuk melakukan refleksi pembelajaran oleh guru adalah dengan cara sebelum memulai pelajaran selanjutnya guru memberikan soal yang berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya dengan tujuan apakah siswa telah memahami dan mengikuti serius kegiatan pembelajaran. Setelah itu guru menganalisis jawaban yang dikerjakan oleh siswa dengan cara guru menyimpulkan materi pelajaran dengan cara dituliskan dipapan tulis secara singkat dan menjelaskan secra terperinci supaya siswa lebih mengerti sebelum memulai pelajaran selanjutnya. Kegiatan yang lain yang diberikan guru adalah memberikan latihan soal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan dengan cara mengoreksi jawaban satu persatu.
D.            Pembahasan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1)      Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.[3]
Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah  (MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua  warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Lebih lanjut istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.
Dalam hal ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal. Pengertian manajemen menurut Hasibuan merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi manajemen tersebut menjelaskan pada kita bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri,  tetapi membutuhkan orang lain untuk bekerja sama dengan baik.
Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), mengarahkan (directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan mengevaluasi (evaluation).
Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sitemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.[4]
2)      Tujuan MBS                                                 
  1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam megelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;
  2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
  3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
  4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut:
  1. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru.
  2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
  3. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.
  4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.
3)      Manfaat MBS
MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya
  1. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya;
  2. Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah;
  3. Guru didorong untuk berinovasi;
  4. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.
B.     Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan “baru” dalam manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis sekolah (school based management) atau disingkat MBS. Di Amerika Serikat, pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988 American Association of School Administrators, National Association of Elementary School Principals, and National Association of Secondary School Principals, menerbitkan dokumen berjudul school based management, a strategy for better learning. Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola pendidikan pada level operasional atas keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya dipandang bahwa para kepala sekolah merasa tak berdaya karena terperangkap dalam ketergantungan berlebihan terhadap konteks pendidikan. Akibatnya, peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi.
Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatan ini muncul belakangan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam pengoperasian sekolah. Selama ini, sekolah hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah pusat untuk menyelenggarakan urusan politik pendidikan. Para pengelola sekolah sama sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk mengoperasikan sekolahnya secara mandiri. Semua kebijakan tentang penyelenggaran pendidikan di sekolah umumnya diadakan di tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi vertikal dan sekolah hanya menerima apa adanya.
Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru harus melaksanakannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya. Anggaran pendidikan mengalir dari pusat ke daerah menelusuri saluran birokrasi dengan begitu banyak simpul yang masing-masing menginginkan bagian. Tidak heran jika nilai akhir yang diterima di tingkat paling operasional telah menyusut lebih dari separuhnya.
Kita khawatir, jangan-jangan selama ini lebih dari separuh dana pendidikan sebenarnya dipakai untuk hal-hal yang sama sekali tidak atau kurang berurusan dengan proses pembelajaran di level yang paling operasional, sekolah.
MBS adalah upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isu kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil. Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS, manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.

Manajemen berbasis sekolah dapat bermakna adalah desentralisasi yang sistematis pada otoritas dan tanggung jawab tingkat sekolah untuk membuat keputusan atas masalah signifikan terkait penyelenggaraan sekolah dalam kerangka kerja yang ditetapkan oleh pusat terkait tujuan, kebijakan, kurikulum, standar, dan akuntabilitas. Tampaknya pemerintah dari setiap negara ingin melihat adanya transformasi sekolah. Transformasi diperoleh ketika perubahan yang signifikan, sistematik, dan berlanjut terjadi, mengakibatkan hasil belajar siswa yang meningkat di segala keadaan (setting), dengan demikian memberikan kontribusi pada kesejahteraan ekonomi dan sosial suatu negara. Manajemen berbasis sekolah selalu diusulkan sebagai satu strategi untuk mencapai transformasi sekolah.
Manajemen berbasis sekolah telah dilembagakan di tempat-tempat seperti Inggris, dimana lebih dari 25.000 sekolah telah mempraktikkannya lebih dari satu dekade. Atau seperti Selandia Baru atau Victoria, Australia atau di beberapa sistem sekolah yang besar) di Kanada dan Amerika Serikat, dimana terdapat pengalaman sejenis selama lebih dari satu dekade. Praktik manajemen berbasis sekolah di tempat-tempat ini tampaknya tidak dapat dilacak mundur. Satu indikasi skala dan lingkup minat terhadap manajemen berbasis sekolah diagendakan pada Pertemuan Menteri-menteri Pendidikan dari Negara APEC di Chili pada April 2004. APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) merupakan satu jejaring 21 negara yang mengandung sepertiga dari populasi dunia. Tema dari pertemuan adalah “mutu dalam pendidikan” dan tata kelola merupakan satu dari empat sub tema. Perhatian khusus diarahkan pada desentralisasi. Para menteri sangat menyarankan (endorse) manajemen berbasis sekolah sebagai satu strategi dalam reformasi pendidikan, tatapi juga menyetujui aspek-aspek sentralisasi, seperti kerangka kerja bagi akuntabilitas. Mereka mengakui bahwa pengaturannya akan bervariasi di masing-masing negara, yang merefleksikan keunikan tiap-tiap setting.
Manajemen berbasis sekolah memiliki banyak bayangan makna. Ia telah diimplementasikan dengan cara yang berbeda dan untuk tujuan berbeda dan pada laju yang berbeda di tempat yang berbeda. Bahkan konsep yang lebih mendasar dari “sekolah” dan “manajemen” adalah berbeda, seperti berbedanya budaya dan nilai yang melandasi upaya-upaya pembuat kebijakan dan praktisi. Akan tetapi, alasan yang sama di seluruh tempat dimana manajemen berbasis sekolah diimplementasikan adalah bahwa adanya peningkatan otoritas dan tanggung jawab di tingkat sekolah, tetapi masih dalam kerangka kerja yang ditetapkan di pusat untuk memastikan bahwa satu makna sistem terpelihara. Satu implikasi penting adalah bahwa para pemimpin sekolah harus memiliki kapasitas membuat keputusan terhadap hal-hal signifikan terkait operasi sekolah dan mengakui dan mengambil unsur-unsur yang ditetapkan dalam kerangka kerja pusat yang berlaku di seluruh sekolah.
Sejak awal, pemerintah (pusat dan daerah) haruslah suportif atas gagasan MBS. Mereka harus mempercayai kepala sekolah dan dewan sekolah untuk menentukan cara mencapai sasaran pendidikan di masing-masing sekolah. Penting artinya memiliki kesepakatan tertulis yang memuat secara rinci peran dan tanggung jawab dewan pendidikan daerah, dinas pendidikan daerah, kepala sekolah, dan dewan sekolah. Kesepakatan itu harus dengan jelas menyatakan standar yang akan dipakai sebagai dasar penilaian akuntabilitas sekolah. Setiap sekolah perlu menyusun laporan kinerja tahunan yang mencakup “seberapa baik kinerja sekolah dalam upayanya mencapai tujuan dan sasaran, bagaimana sekolah menggunakan sumber dayanya, dan apa rencana selanjutnya.”
Perlu diadakan pelatihan dalam bidang-bidang seperti dinamika kelompok, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, penanganan konflik, teknik presentasi, manajemen stress, serta komunikasi antarpribadi dalam kelompok. Pelatihan ini ditujukan bagi semua pihak yang terlibat di sekolah dan anggota masyarakat, khususnya pada tahap awal penerapan MBS. Untuk memenuhi tantangan pekerjaan, kepala sekolah kemungkinan besar memerlukan tambahan pelatihan kepemimpinan. Dengan kata lain, penerapan MBS mensyaratkan yang berikut :
  1. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.
  2. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap.
  3. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.
  4. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.
  5. Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang tua murid.
Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut :
  1. Tidak Berminat Untuk Terlibat
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu.
  1. Tidak Efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu.
  1. Pikiran Kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.
  1. Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.

  1. Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan.
  1. Kesulitan Koordinasi
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi.
Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah memfokuskan harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik.
C.    Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan MBS
Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Strategi apa yang diharapkan agar penerapan MBS dapat benar-benar meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni :
  1. Peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS. ”An essential point is that schools and teachers will need capacity building if school-based management is to work”. Demikian De grouwe menegaskan.
  2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam      media tersebut.
  3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.
  4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS.
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
  1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
  2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
  3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
  4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah.
  5. Bekerja dengan tim manajemen
  6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingtkat MPM, terkandung upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf administrasi, orang tua, siswa dan pakar.
2. Prinsip-Prinsip Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah
Berdasarkan pengertian di atas dapat difahami bahwa Manajemen Peningkatan Mutu memiliki prinsip, diantaranya:
  1. Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah.
  2. Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
  3. Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif
  4. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah
  5. Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat. (Hand out, pelatihan calon Kepala sekolah: 2000)
3.  Penyusunan Program Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah
     Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik : a) school review, b) benchmarking, c) quality assurance, dan d) quality control. Berdasarkan Panduan   Manajemen Sekolah (2000:200-202) dijelaskan sebagai berikut:
a.   School Review
      Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah serta mutu lulusan.
      School review dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :
  • Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tua siswa dan siswa sendiri?
  • Bagaimana prestasi siswa ?
  • Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu ?
  • Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah ?
School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.
b. Benchmarking
Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga. Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarking adalah:
1)       Seberapa baik kondisi kita?
2)       Harus menjadi seberapa baik?
3)       Bagaimana untuk mencapai yang baik tersebut?
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1)      Tentukan fokus
2)      Tentukan aspek/variabel atau indikator
3)      Tentukan standar
4)      Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi.
5)      Bandingkan standar dengan kita
6)      Rencanakan target untuk mencapai standar
7)      Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target.
c.   Quality Assurance
Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan dan melembaga menjadi sub sistem sekolah.
d.  Quality Control
   Suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas out mput yang tidak sesuai dengan standar Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan dan pasti sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.
2.2. Perencanaan Strategi Mutu
   Strategi adalah rencana yang menyangkut hal-hal yang pervasive, vital, dan atau secara terus menerus penting dalam organisasi (Sharplin dalam Sonhadji, 2003). Perencanaan ini biasanya bersifat luas dan jangka panjang. Perencanaan strategi disebut juga formulasi strategi. Perencanaan strategi dalam hal ini terdapat 5 langkah pokok, yaitu: (1) perumusan misi (mission determination), (2) asesmen lingkungan eksternal (environmental external assessment), (3) asesmen organisasi (organizational assessment), (4) perumusan tujuan khusus (objective setting), dan (5) penentuan strategi (strategy setting).

Macam – Macam Strategi Pembelajaran
            Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik, karena proses pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu guna menyampaikan materi kepada siswa sesuai tujuan, efesien, dan efektif.
            Berikut macam – macam strategi pembelajaran :
a.      Strategi Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a.       Metode ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Jadi ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari Strategi Ekspositori tersebut, dimana strategi ini merupakan strategi ceramah atau satu arah.
b.      Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada siswanya.
c.       Metode sosiodrama
Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Jadi dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku untuk memberikan contoh kepada siswa.

b.      Strategi Inquiry
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.
Ada beberapa hal yang menjadi utama strategi pembelajaran inquiry:
a)      Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai objek belajar.
b)      Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
c)      Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
d)     Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki kemauan dan kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
e)      Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan  oleh guru.
f)       Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.
Strategi ini menggunakan beberapa metode yang relevan, diantaranya :
a.       Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Disini siswa melakukan diskusi tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru, sehingga siswa menjadi aktif.
b.      Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada siswa untuk diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif.
c.       Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Jadi metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
d.      Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.

c.       Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.


Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a.       Metode eksperimen
Siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.
b.      Metode tugas atau resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
c.       Metode latihan
Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.
d.      Metode karya wisata
Teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Siswa diajak untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.

d.      Contextual Teaching Learning
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Karakteristik pembelajaran kontekstual:
1)      Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik
2)      Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
          mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3)       Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman  
          bermakna kepada siswa (learning by doing).
4)       Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi antar teman (learning in a group).
5)      Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
6)      Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
7)      Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning ask an enjoy activity).
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini,
diantaranya :
a.       Metode demonstrasi
Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada siswa dengan menyangkutkan kegiatan sehari-hari, sehingga siswa lebih memahami.
b.      Metode sosiodrama
Dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku yang berhubungan dengan masalah sosial disekitar siswa untuk memberikan contoh kepada siswa, sehingga siswa lebih paham
e.             Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a.       Metode problem solving
Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
b.      Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
f.               Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a.       Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
b.      Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.
c.       Metode eksperimen
Metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
g.             Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a.       Metode diskusi
Disini siswa dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi dengan cara berdiskusi.
b.      Metode karya wisata
Siswa membentuk suatu kelompok guna untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjungi.
c.       Metode eksperimen
Dengan berkelompok siswa melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu hal guna melatih kemampuan dan pemahaman mereka.
d.      Metode tugas atau resitasi
Siswa disuruh membuat suatu kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna menggali kemampuan, kekompakan, dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
h.             Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a.       Metode tugas atau resitasi
Siswa diberi tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
b.      Metode latihan
Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut




BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
B.             Simpulan
Setelah melaksanakan  Magang 1 di SMAN. 1 Mamuju, saya dapat menarik kesimpulan bahwa bertatap muka dan melihat langsung pada SMAN 1 Mamuju atau objek yang dituju akan lebih baik dan memberikan pengetahuan yang lebih dari pada hanya mendengar atau melalui buku – buku. Dengan adanya Magang 1 ini kami dapat mengetahui situasi dan kondisi sekolah yang dapat menjadi bekal saya untuk menjadi seorang guru serta hal – hal yang baik yang saya lihat pada sekolah bersangkutan bisa saya terapkan dan sebaliknya hal yang buruk bisa saya perbaiki untuk kedepannya.

C.   Saran
Saran yang dapat saya berikan antara lain :
1.             Sebagai calon guru yang profesional mahasiswa magang 1 harus
melakukan observasi dengan bersunguhh-sungguh dan bertanggung jawab agar memperoleh data dan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada pada sekolah yang di observasi bukan hanya rekayasa semata untuk mempercepat pembuatan laporan.
2.             Mahasiswa Magang 1 sebaiknya ikut terlibat dalam membangun
sekolah seperti ikut berpartisipasi membantu guru dalam menjalankan tugasnya di dalam kelas.








Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Peraturan Pemerintah RI. No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

















LAMPIRAN
DAFTAR HADIR KEGIATAN MAGANG 1

Nama Mahasiswa       : Asbar Salim
NIM                             : 10536 4640 13
Nama Sekolah             : SMA Negeri 1 Mamuju
Alamat Sekolah           : Jalan Kumbang Lollo No.1 Telp (0426) 21223 Mamuju

No.
Hari Dan Tanggal
Nama
Jabatan
Tanda Tangan
1
Senin, 4 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum


2
Kamis, 7 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum


3
Sabtu, 9 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd

Wakasek Kurikulum

4
Senin, 11 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd

Wakasek Kurikulum

5
Selasa, 12 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd

Wakasek Kurikulum

6
Rabu, 13 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

7
Kamis, 14 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

8
Sabtu, 16 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

9
Senin, 18 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum


10

Selasa, 19 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

11

Rabu, 20 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

12

Kamis, 21 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

13

Sabtu, 23 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

14

Senin, 25 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

15

Selasa, 26 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

16

Rabu, 27 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

17

Kamis, 28 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

18

Jumat, 29 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

19

Sabtu, 30 Agustus 2014
Hj. Yeni Sina Toraja, S.Pd
Wakasek Kurikulum

20





21





22







              Mamuju,   Agustus 2014      
              Mengetahui,
              Kepala Sekolah


              Drs. Muhammad Asrul, M.M.Pd
              Nip. 19670816 199303 1 011



Gambar : Upacara Bendera SMAN 1 Mamuju









Gambar : Gedung tempat proses pembelajaran




Gambar : aktivitas Olahraga
 \

Gambar : persiapan sebelum pembelajaran dimulai

Gambar : aktivitas pembelajaran di kelas





                                         












No comments:

Translate