BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang luhur, karena di dalamnya mengandung misi kebajikan. Pendidikan bukan sekadar proses kegiatan belajar mengajar, melainkan suatu proses penyadaran menjanjikan manusia sebagai manusia. Dengan kata lain, pendidikan adalah usaha memanusiakan manusia. Pendidikan mempangaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupan individu, meliputi perkembangan fisik, mental/pikiran, watak, emosional, sosial dan etika anak atau peserta didik.
Pendidikan bukan semata-mata membari informasi dan membentuk keterampilan saja, melainkan mencakup usaha mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang menyenangkan. Pendidikan bukan semata-mata untuk kehidupan sekarang, melainkan sebagai sarana mempersiapkan kehidupan yang akan datang, sehingga secara proaktif bahkan antisipatif mampu menjawab tantangan zaman yang selalu mengalami perubahan.
Tugas pendidikan adalah tugas kemanusiaan. Manusia yang berpotensi itu dapat berkembang ke arah yang baik, tetapi dapat pula berkembang ke arah yang tidak baik. Karena itulah maka diperlukan berbagai usaha yang didasari sepenuhnya dan dirancang secara sistematis agar perkembangan itu menuju ke hal-hal yang baik. Dengan pendidikan harkat dan martabat manusia ditingkatkan sampai setinggi-tingginya.
Di dalam sejarah dunia pendidikan guru merupakan sosok figur teladan bagi siswa/i yang harus memiliki strategi dan teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya, dan guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan efektif secara optimal. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode mengajar.
Teknik
penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang
dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada siswa di dalam kelas agar
pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Di
dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan
guru untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa, berbeda
dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan serta sikap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalahnya adalah “Apa pentingnya strategi dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun bagi peserta didik itu sendiri dan pentingnya pengetahuan awal”.
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalahnya adalah “Apa pentingnya strategi dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun bagi peserta didik itu sendiri dan pentingnya pengetahuan awal”.
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah “untuk mengetahui pentingnya strategi dalam proses belajar mengajar dan pengetahuan awal.”
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah “untuk mengetahui pentingnya strategi dalam proses belajar mengajar dan pengetahuan awal.”
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1. Pengertian Startegi Belajar Mengajar
Dalam arti umum strategi adalah suatu penataan potensi dan sumber daya agar efisien dalam memperoleh hasil sesuai rancangan. Istilah yang dekat dengan ini adalah taktik atau siasat. Siasat merupakan pemanfaatan optimal situasi dan kondisi untuk menjangkau sasaran. Secara konsep strategi itu dalam belajar mengajar adalah sesuatu yang bersifat filosofi. Istilah strategi pada awalnya sering digunakan pada dunia militer yang berarti cara dan siasat penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Dalam kontak tersebut, strategi didefinisikan sebagai cara yang akan ditempuh dalam memperoleh keberhasilan atau mencapai tujuan secara optimal.
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan definisi ini maka ada dua hal yang penting :
1. Strategi pengajaran merupakan rencana tindakan termasuk pemanfaatan metode dan sumber daya yang ada.
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa penyususnan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar, semuanya diarahkan untuk pencapaian tujuan pembelajaran secara maksimal dan optimal. (maksimal: sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang; bersifat kuantitas. Optimal: sesuatu yang dikuasai siswa secara kualitas dan sifatnya sangat relatif) (pandangan David JR) Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan edukasi yang dilakukan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Strategi Pembelajaran Menurut Para Ahli
Strategi
pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk
didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan
dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model,
metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. Adapun beberapa pengertian
tentang strategi pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut:
·
Hamzah
B. Uno (2008:45)
Strategi
pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses
pembelajaran.
·
Dick
dan Carey (2005:7)
Strategi
pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas
sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur
pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.
·
Suparman
(1997:157)
Strategi
pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan
materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
·
Hilda
Taba
Strategi
pembelajaran adalah pola atau urutan tongkah laku guru untuk menampung semua
variabel-variabel pembelajaran secara sadar dan sistematis.
·
Gerlach
dan Ely (1990)
Strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
·
Kemp
(1995)
Stategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dick dan Carey menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa secara aktif dan partisipatif.
Strategi belajar mengajar berarti strategi belajar bagaimana cara mengajar, melainkan strategi mengajar dengan meletakkan kedua aktivitas subyek didik dan pendidik dalam suatu konteks yang di dalamnya lebih ditekankan pada aktivitas belajar subyek didik.
Selain itu, strategi juga berarti menata
potensi (subyek didik, pendidik) dan sumber daya (sarana, biaya, prasarana) agar
suatu program dapat mencapai tujuannya. Taktik atau siasat belajar mengajar
adalah suatu penataan atau pengelolaan kondisi dan situasi instruksional dan
non instruksional agar tujuan belajar mengajar tercapai secara efisien. Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) menuntut digunakannya strategi belajar mengajar yang
beragam. Sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai. Misalnya metode
ceramah lebih unggul untuk menyampaikan pengetahuan faktual, sedangkan diskusi
lebih unggul untuk memecahkan masalah, analisis, sintesis dan semacamnya.
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan Belajar adalah kegiatan Primer dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar, sedangkan Mengajar adalah kegiatan Skunder, maksudnya untuk terciptanya kegiatan belajar siswa yang optimal.
1. Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran Belajar
Memiliki lima atribut pokok ialah: Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan. Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun mengalami secara tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan. (lingkungan fisik dan lingkungan sosial). Supaya belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip antara lain:
a. Motivasi
Yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa didasarkan terhadap diri siswa itu sendiri dan atau terhadap situasi pembelajarannya.
b. Aktivitas
Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila fikiran dan perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar. Umpan balik di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera menge-tahui benar tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran tersebut.
c. Perbedaan individual
Yaitu individu tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain. Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka masing-masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat diperlukan. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi; dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan.
B. Orientasi Strategi Belajar Mengajar
Strategi belajar mengajar berorientasi langsung kepada siswa dan guru. Gagne dan Briggs menjelaskan orientasi strategi belajar mengajar menjadi 5 (lima) aspek:
a. Strategi pengaturan guru dan peserta didik.
Hubungan guru dan peserta didik adalah lansung baik secara individual maupun secara kelompok. Komunikasi belajar dapat juga dilakukan melalui tugas mandiri dan kelompok.
b. Struktur kegiatan pengajaran.
Struktur kegiatan pengajaran dapat bersifat intrivert dan ekstrovert.
• Introvert adalah struktur kegiatan pengajaran yang telah ditentukan secara ketat, baik proses yang dilalui oleh siswa maupun penilaiannya. Contoh, proses pembelajaran yang dilakukan dalam laboratorium.
• Ektrovert adalah kindisi pengajaran serta prosedur yang ditempuh di dalam proses belajar mengajar tidak ditentukan terlebih dahulu melainkan di dalam proses baru ditentukan prosedur tersebut (tidak ketat).
c. Peranan guru dan peserta didik dalam mengolah pesan.
Dalam belajar mengajar salah satu yang hendak dicapai adalah tujuan pembalajaran. Di dalam mencapai tujuan ini disampaikan melalui pesan yang dikomunikasikan melalui interaksi guru-murid. Semakin komunikatif dan interaktif. Proses belajar mengajar semakin memungkinkan optimal tercapai tujuan pembelajaran.
Biasanya kondisi ini dapat dicapai melalui dua strategi pembalajaran yaitu: Strategi ekspositorik (pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan siap) dan strategi heuristik (pengajaran yang mengharuskan pengolahan oleh peserta didik sendiri) yang biasanya dilalui dengan cara discovery dan inquiry.
d. Proses pengolahan pesan, dalam hal ini ada dua strategi yaitu:
• Melalui proses reduksi yaitu proses pengajaran yang beranjak dari hal yang umum menuju ke hal yang khusus.
• Melalui proses induksi yaitu proses pengajaran yang beranjak dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum.
e. Tujuan-tujuan belajar mengajar.
Pengklasifikasian kondisi belajar menjadi penting dalam mencapai tujuan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan belajar mensyaratkan strategi kondisi belajar tertentu yang aka dicapai.
Setiap guru membutuhkan kondisi balajar di dalam mencapai tujuan proses belajar mengajarnya. Hal ini membutuhkan 5 aspek kemampuan :
1. Keterampilan intelektual
2. Strategi kognitif (mengatur cara berpikir)
3. Informasi verbal
4. Keterampilan motorik (kemampuan gerak)
5. Sikap dan nilai
C. Jenis Strategi Belajar Mengajar
Berbagai jenis strategi Belajar Mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai pertimbangan, antara lain:
1. Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.
Strategi deduktif. Dengan strategi deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi. Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
2. Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan.
Strategi belajar mengajar ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati agar semua aspek dari komponen pembentukkan sistem intruksional mengarah pada penyampaian isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Dalam strategi ini tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsi dan konsep yang dipelajari. Semuanya telah disajikan guru secara jelas melalui aspek-aspek dari komponen yang langsung behubungan dengan para siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung. Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan.
3. Atas dasar pertimbangan pengaturan guru strategi seorang guru.
Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa. Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa. Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.
D. Strategi Belajar Siswa
Dalam bidang membelajaran, strategi dimaknai sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh siswa untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami sendiri secara langsung, lebih efektif, dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru (Oxford, 1992: 8). Tujuan utama pengenalan strategi belajar siswa adalah untuk menghasilkan pembelajar yang dapat mengendalikan diri sendiri, yang didefinisikan sebagai individu yang dapat: (1) secara teliti mendiaknosis suatu situasi pembelajaran tertentu, (2) memilih salah satu atau beberapa strategi belajar mengajar untuk memecahkan masalah/tugas belajar yang dihadapi, (3) memonitori keefektifan strategi yang telah dipilih dan digunakannya, (4) cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi pembelajaran sampai pembelajaran itu tuntas (Nur, 2000).
Dukungan teoritis untuk pengembangan strategi-strategi belajar terutama berasal dari teori belajar kognitif dan pemrosesan informasi. Teori-teori tersebut menekankan pentingnya pengetahuan awal dalam proses pembelajaran dan membagi pengetahuan ke dalam tiga kategori: pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu (misalnya fakta, konsep, dan generalisasi tentang pendapat umum), sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakuka sesuatu (misalnya berpidato, berdiskusi, menulis artikel, mengajar yang efektif). Pengetahuan kondisional adalah pengetahuan tentang kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural tertentu.
Dalam kaitannya dengan usaha mempermudah mengolahan informasi untuk diorganisasikan dan disimpan, digunakan berbagai strategi belajar. strategi-strategi itu dikelompokkan menjadi empat kategori, (a) strategi pengulangan, (b) strategi elaborasi, (c) strategi organisasi, (d) strategi metakognitif (Nur 2000).
Strategi pengulangan sederhana terdiri atas strategi pengulangan informasi secara verbal dan dapat tersimpan di dalam memori jangka pendek dalam waktu yang cukup lama. Strategi pengulangan kompleks terdiri atas penambahan sesuatu yang bermakna pada pengulangan verbal, dan masuk pada memori jangka panjang.
Strategi-strategi elaborasi membantu dalam proses pengembangan makna informasi baru dengan penambahan dengan rincian dan penemuan-penemuan hubungan. Strategi elaborasi yang paling sering digunakan adalah analogi, catatan matriks, dan membaca PQ4R.
Strategi organisasi berfungsi meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan pembelajaran baru dengan menerapkan struktur pengorganisasian baru pada ide-ide sederhana dan kompleks. Strategi organisasi yang sering digunakan adalah mnemonic, outlining, dan peta konsep.
Strategi metakognitif berhubungan dengan berpikir siswa dengan berpikirnya sendiri dan kemampuannya untuk memonitor proses-proses kognitif.
E. Peran Guru dalam Menerapkan Strategi Belajar Mengajar
Bagaimana seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar itu? Sebagai calon guru, penulis mencoba untuk mendiskripsikan bagaimana cara menerapkan strategi belajar mengajar yang baik untuk masa yang akan datang agar dunia pendidikan kita memiliki potensi sumber daya manusia yang ahli dan mampu bersaing dengan dunia luar dan mengangkat harkat dan martabat bangsa, agar dunia luar tidak hanya bisa mengatakan bahwa negara kita hanya kaya akan sumber daya alam saja. Sebab kemajuan sebuah negara itu adalah berdasarkan tingkat pendidikan yang dimilikinya, dan pendidikan setiap wilayah wawasan nusantara haruslah diperhatikan bagaimana sistem dan strategi pendidikan di daerah tersebut agar sejalan dan sesuai dengan daerah perkotaan yang telah maju.
Dalam hal ini peran guru untuk menjalankan tugas panggilannya sangat diperlukan. Guru harus memiliki peran-peran yang bisa membimbing dan mendukung pola pikir anak didik agar mampu menjadi anak didik yang diharapkan seperti, Guru yang konstruktif harus selalu inovatif untuk mengadopsi metode-metode baru untuk memotivasi belajar anak-anak didiknya. Ia harus menempatkan anak-anak didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya sejauh mana materi disampaikan bukan tergantung guru dan kurikulumnya tetapi tergantung kepada murid-muridnya.
Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan
inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua
kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas
terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki
jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena
ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang calon /guru adalah pemandu
spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik
kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar,
akan memberikan motivasi kuat kepada mereka.
Seorang guru harus menjadi motivasi bagi anak-anak didiknya, melalui kebiasaan membaca buku, budaya fisik dan mental ini bisa memberi contoh kepada anak-anak didik. Karena murid-murid selalu mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru dapat melakukan banyak hal melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun.
Ada Senyum di Dalam Kelas, Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batas-batas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta. Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar.
Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya tarik ‘senyum’. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan kemajuan anak-anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka mulai menyukai dan mencintai gurunya. Bagaimana murid mau mencitai pelajarannya jika ia tidak mencintai gurunya. Senyuman seorang guru, menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik kita tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam kelas.
Seorang guru dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anak-anak didiknya. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami seorang anak. Seorang anak didik akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya kepada guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai guru hanya memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anak-anak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak- anak didik kita mulai membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada pada dirinya kepada kita. Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan guru berada dalam masalah besar, ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anak-anak didik kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan masalahnya.
Sebenarnya ini bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan kita sebagai orang tua dan guru di sekolah, yang tidak memiliki seni ‘bagaimana untuk menjadi teman dari anak-anak didik kita.’ Karena strategi jitu dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas menentukan terciptanya keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi pendapat kami mengenai cara seoarang guru menerapkan strategi belajar mengajar di masa depan.
2.
PENTINGNYA PENGETAHUAN AWAL
Pengetahuan
awal merupakan struktur skemata kognitif pada diri siswa yang sudah ada
sebelum
siswa masuk ke dalam pembelajaran formal. Pengetahuan awal tersebut merupakan
gagasan-gagasan
yang berupa pengetahuan pribadi mereka dan terbentuk melalui belajar
informal
dalam proses memahami pengelaman-pengalaman sehari-hari. Dalam pembelajaran,
pengetahuan
awal memegang peranan yang sangat penting karena apa yang telah diketahui
oleh
individu sedikit banyak akan berpengaruh terhadap apa yang mereka pelajari.
Pengetahuan
awal sangat berperan dalam proses mengasimilasi dan mengakomodasi
pembelajaran
dapat membantu siswa membangun jembatan antara pengetahuan yang
telah mereka pelajari.
Tingkat pengetahuan awal siswa tergantung pada pengalaman mereka masing-masing, sehingga pengetahuan awal setiap siswa tidak akan sama persis. Karena pengetahuan awal memiliki peran yang cukup kuat dalam pembelajaran, tingkat pengetahuan awal dari masing-masing siswa, akan berpengaruh pula terhadap hasil belajar. Sehubungan dengan pengetahuan awal siswa dalam pembelajaran, siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi akan lebih mudah untuk mengaitkan informasi baru yang diterima dengan pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya sehingga akan mempermudah siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru.
Tingkat pengetahuan awal siswa tergantung pada pengalaman mereka masing-masing, sehingga pengetahuan awal setiap siswa tidak akan sama persis. Karena pengetahuan awal memiliki peran yang cukup kuat dalam pembelajaran, tingkat pengetahuan awal dari masing-masing siswa, akan berpengaruh pula terhadap hasil belajar. Sehubungan dengan pengetahuan awal siswa dalam pembelajaran, siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi akan lebih mudah untuk mengaitkan informasi baru yang diterima dengan pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya sehingga akan mempermudah siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru.
Sedangkan pada siswa yang memiliki
pengetahuan awal yang rendah akan lebih sulit untuk menerima pengetahuan yang
baru karena skemata kognitif untuk mengkaitkan informasi baru tersebut lebih
sedikit, dan dalam pembelajaran, biasanya mereka akan kurang aktif. Selain itu,
pada siswa dengan pengetahuan awal rendah akan mengalami kesulitan dalm
mengungkapkan gagasan awal mereka sehingga apa yang diungkapkan oleh guru akan
diterima begitu saja tanpa mengaitkan dengan apa yang mereka miliki.
Berdasarkan paparan tersebut, maka
cukup jelas bahwa siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi akan lebih mudah
mengakomodasi pengetahuan dari pada siswa yang tingkat pengetahuan awalnya
rendah. Dengan demikian hasil belajar yang dicapai antara siswa dengan
pengetahuan awal tinggi dan siswa dengan pengetahuan awal rendah akan berbeda.
Pengetahuan
Awal
Pengetahuan
awal antara masing- masing siswa mempunyai perbedaan, hal ini disesabkan setiap
siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda. Mulyadi (2004) menjelaskan
bahwa pengetahuan awal siswa mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar.
Pengetahuan awal siswa sebelum mulai belajar sesuatu banyak membawa pengaruh
terhadap hasil belajar yang akan dicapai. Dengan mengetahui pengetahuan awal
guru dapat menetapkan darimana harus memulai pelajaran. Pengetahuan awal
dimaksud adalah tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki, yang
lebih rendah dari apa yang akan dipelajari (Muhammad, 1996: 74)
Ali (1996)
menyatakan bahwa pengetahuan awal siswa sebelum mulai mempelajari sesuatu bahan
atau materi dikenal dengan istilah entry
behavior. Muhammad Ali menjelaskan bahwa
entry behavior pada dasarnya merupakan keadaan pengetahuan dan keterampilan
yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa sebelum mempelajari pengetahuan
atau keterampilan baru, pengetahuan awal yang didemonstrasikan siswa sebagai entry behavior adalah bersifat
individual.
Ausubel
(dalam Ali, 1996) menyatakan bahwa entry
behavior bisa diartikan dengan
readines (kesiapan). Readines tersebut adalah keadaan kapasitas siswa
secara memadai dalam hubungannya dengan tujuan pembelajaran.
Fajar (2002: 14) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar perlu penyediaan
pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa sambil
memperluas dan menunjukan keterbukaan pada cara pandang. Setiap siswa pasti
memiliki prakonsep/ konsep awal tentang segala sesuatu yang akan dipelajari.
Siswa berpeluang untuk mencapai kempetensi secara maksimal sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimiliki (Masnur, 2008: 74)
Sehubungan
dengan hal diatas, Piaget (dalam Paul, 1997: 33 ) mengatakan :
Dalam Pikiran seseorang ada struktur
pengetahuan awal (skemata). Setiap skemata berperan sebagai suatu
filter dan fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman yang baru. Skema
mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan prinsip-prinsip dasar melalui kontak
dengan pengalaman baru, skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan
proses asimilasi. Bila pengalaman baru itu masih berkesesuaian dengan skema
yang dipunyai seseorang, maka skema itu hanya dikembangkan melalui proses
asimilasi. Bila pengalaman baru sungguh berbeda dengan skema yang ada,
sehingga skema yang alam tidak cocok lagi untuk menghadapi pengalaman, skema
yang lama diubah sampai ada keseimbangan lagi.
Pengetahuan
awal siswa sebelum mulai mempelajari suatu bahan, banyak membawa pengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapai. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa,
guru dapat menetapkan dari mana harus memulai pelajaran. Pengetahuan awal
dimaksudkan adalah tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki,
yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari.
Pengetahuan
awal yang didemonstrasikan siswa sebagai entry behavior bersifat individual,
sehingga untuk mengenalnya guru dapat menetapkan darimana harus memulai
pelajaran. Ada tiga dimensi dari entry behavior yang perlu diketahui oleh guru
sebagaimana yang dinyatakan Djamarah (2004 : 13) yakni :
1.
Batas-batas
ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa
2.
Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kemampuan yang telah dimiliki
siswa
3.
Kesiapan dan kematangan fungsi psikofisik
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan awal adalah pengetahuan yang dimiliki siswa
sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa
ini diperoleh dari penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya yang relevan
dengan materi yang diajar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Makalah ini kelompok kami dapat memberi kesimpulan, bahwa
pentingnya Strategi dalam Proses Belajar Mengajar itu sangat penting untuk
membangun, mendidik dan menciptakan anak didik yang memiliki potensi dan pola
pikir yang baik dan positif. Sebab bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang
guru yang profesional dan menjalankan tugas pangilanya untuk memberikan apa
yang telah diketahui kepada siswa di kelas.
Tanggung jawab dalam melayani siswa adalah besar dan itu yang menentukan arah pendidikan suatu bangsa. Bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan melainkan harus pandai dalam menyampaikan kepada peserta didik dengan metode-metode, teknik-teknik dan strategi yang bijaksana agar proses belajar mengajar itu tidak monoton dan menyenakan bagi siswa serta mudah dicerna dan di pahami.
B. Saran
kami menyarankan agar di dalam melakukan tugas panggilan sebagai seorang pelayan siswa atau sering kita katakan guru haruslah cerdas dalam Intelektual, Emosional dan Spiritual agar proses belajar mengajar itu berjalan dengan lancar. Pandai dalam menggunakan waktu, dapat membedakan kepentingan pribadi dengan kepentingan pendidikan. Sebab kita sebagai calon/guru sebagai alat untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih baik dari pada kita saat sekarang ini, untuk mereka di masa yang akan datang.
Tanggung jawab dalam melayani siswa adalah besar dan itu yang menentukan arah pendidikan suatu bangsa. Bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan melainkan harus pandai dalam menyampaikan kepada peserta didik dengan metode-metode, teknik-teknik dan strategi yang bijaksana agar proses belajar mengajar itu tidak monoton dan menyenakan bagi siswa serta mudah dicerna dan di pahami.
B. Saran
kami menyarankan agar di dalam melakukan tugas panggilan sebagai seorang pelayan siswa atau sering kita katakan guru haruslah cerdas dalam Intelektual, Emosional dan Spiritual agar proses belajar mengajar itu berjalan dengan lancar. Pandai dalam menggunakan waktu, dapat membedakan kepentingan pribadi dengan kepentingan pendidikan. Sebab kita sebagai calon/guru sebagai alat untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih baik dari pada kita saat sekarang ini, untuk mereka di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Pengajaran, Ahmad Rohani
Sulistyono, T., 2003. Modul Umum Wawasan Pendidikan. Jakarta: PLP, Ditjen Didasmes, Depdiknas
Sulistyono, T., 2003. Modul Umum Wawasan Pendidikan. Jakarta: PLP, Ditjen Didasmes, Depdiknas
No comments:
Post a Comment