MAKALAH
Peranan Pers dan Peranan Wanita dalam Pergerakan Nasional
Abstraksi
Kata kunci:Pers
Dalam sejarah perkembangannya pers
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi masyarakat kolonial pada waktu
itu. Munculnya pers di Indonesia bermula dari perkembangan sejarah pers Belanda
sampai akhir abad ke-19 di Hindia Belanda. Kemudian menginjak awal abad ke-20
adalah sebuah awal pencerahan bagi perkembangan pergerakan di Indonesia yang
ditandai dengan munculnya koran.
Ada beberapa tahapan dalam perkembangan sejarah pers di Indonesia. Pertama, di
sebut “Babak Putih” yakni dari tahun 1744 sampai tahun 1854 dimana surat kabar
mutlak dimiliki orang-orang Nederland yang dibuat menggunakan bahasa Belanda
dan dibaca oleh pembaca berbahasa Belanda. Kemudian babak kedua berlangsung
antara tahun 1854 sampai masa kebangkitan nasional. Pada tahun 1854 ini dikenla
sebagai kemenangan kaum liberal(politik etis) di Nederland yang memberikan
kelonggaran pada kegiatan pers di Hindia Belanda
Dalam masa pergerakan ini pula, kita kenal istilah Bacaan Liar sebagai
alternatif dari bacaan yang disediakan pemerintah jajahan Hindia Belanda yang
jelas-jelas menolak segala bacaan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan
kolonial. Karena itulah
Pemerintah Jajahan Hindia Belanda berusaha mengontrol bacaan rakyat dengan
menyediakan bacaan yang tidak memusuhi kebijakan kolonial.
Perkembangan
pers bumiputra atau yang berbahasa Melayu menimbulkan pemikiran dikalangan
pemerintah kolonial untuk menerbitkan sendiri surat kabar berbahasa melayu yang
cukup besardan dengan sumber-sumber berita yang baik.ciri-ciri pers berbahasa
Melayu ialah linkungan pembacanya yang dituju atau yang menjadi langganan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejak awal pergerakan melawan penjajahan di negeri ini, kaum pergerakan
sadar akan pentingnya peran bacaan dalam menaikkan derajat kesadaran rakyat anti
penjajahan sekaligus meluaskan organisasi perlawanannya. Di sinilah peranan
pers yang membela rakyat jajahan sekaligus menyatukannya dalam cita-cita
bersama melawan penjajahan menjadi penting. Kesadaran ini pun diambil Tirto
Adhi Soeryo dengan mendirikan koran Medan Prijaji (1910-1912) yang
bermotto: "Organ boeat bangsa jang terperenta tempat akan memboeka
swaranja anak-Hindia"
Tradisi ini terus berlanjut menghasilkan tokoh-tokoh pers alternatif yang
keluar-masuk penjara seperti Mas Marcokartodikromo atau mendapat hukuman buang
karena tulisan-tulisannya yang menyerang kebijakan pemerintah jajahan Hindia
Belanda. Sebut saja misalnya: Soewardi Soerjaningrat yang menulis
Seandainya Aku Seorang Belanda dalam majalah De Expres yang “menyerang” Pemerintah
Kolonial Belanda yang hendak merayakan pesta pora satu abad kemerdekaan
negerinya dari penjajahan Prancis dengan menggaruk kantong uang rakyat di
negeri jajahannya sebagai biaya pesta kemerdekaan tersebut. Akibat dari tulisan
itu pada Maret 1913, Douwes Dekker dibuang ke Timor (Kupang), Tjipto
Mangunkusumo ke Banda, dan Suwardi sendiri ke Bangka. Tak lama kemudian Tiga
Serangkai ini pun dibuang ke Belanda.
Dalam masa pergerakan ini pula, kita kenal istilah Bacaan Liar sebagai alternatif
dari bacaan yang disediakan pemerintah jajahan Hindia Belanda yang jelas-jelas
menolak segala bacaan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan kolonial.
Karena itulah Pemerintah Jajahan Hindia Belanda berusaha mengontrol bacaan
rakyat dengan menyediakan bacaan yang tidak memusuhi kebijakan kolonial dengan
mendirikan Balai Pustaka pada tahun 1917.
Menyikapi situasi penjajahan, sangat tepatlah bila berbagai organisasi gerakan
memperhatikan juga kerja-kerja penyediaan bacaan yang dapat mencerahkan dan
memberi inspirasi bagi rakyat dalam melawan penjajahan.Dengan demikian Pers
Indonesia pun dituntut untuk bekerja keras. Tak sekadar merayakan kebebasan
pers tapi juga menegakkan kemandirian nasional dan mencegah semakin
tergantungnya bangsa pada tangan-tangan asing.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana
awal mula berdirinya pers di Indonesia?
2.Bagaimana perkembangan pers di Indonesia?
3.Bagaimana peranan pers dalam pergerakan nasional?
C. Tujuan
Pembahasan
1.Mengetahui
awal mula berdirinya pers di Indonesia.
2.Mengetahui perkembangan pers di Indonesia pada masa
pergerakan nasional.
3.Mengetahui peranan pers dalam pergerakan nasional.
D. Manfaat
Pembahasan
Penulisan makalah ini di harapkan bermanfaat bagi pembaca supaya mengetahui
seberapa penting peranan pers dalam pergerakan nasional.
E. Batasan Masalah
Makalah ini berjudul peranan pers dalam pergerakan nasional,disini saya membatasi
cakupan pembahasan pada latar belakang awal mulanya berkembangnya pers di
Indonesia.,bagaimana perkembangan pers selanjutnya dan peranan pers dalam
pergerakan nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Awal Mula Berdirinya Pers di Indonesia
Dalam sejarah perkembangannya pers Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi
masyarakat kolonial pada waktu itu. Munculnya pers di Indonesia bermula dari
perkembangan sejarah pers Belanda sampai akhir abad ke-19 di Hindia Belanda.
Kemudian menginjak awal abad ke-20 adalah sebuah awal pencerahan bagi
perkembangan pergerakan di Indonesia yang ditandai dengan munculnya koran.
Ada beberapa tahapan dalam perkembangan sejarah pers di Indonesia. Pertama, di
sebut “Babak Putih” yakni dari tahun 1744 sampai tahun 1854 dimana surat kabar
mutlak dimiliki orang-orang Nederland yang dibuat menggunakan bahasa Belanda
dan dibaca oleh pembaca berbahasa Belanda. Kemudian babak kedua berlangsung
antara tahun 1854 sampai masa kebangkitan nasional. Pada tahun 1854 ini dikenla
sebagai kemenangan kaum liberal(politik etis) di Nederland yang memberikan
kelonggaran pada kegiatan pers di Hindia Belanda.
Di saat inilah media massa yang diterbitkan Tionghoa dan Bumiputera pertama
kali muncul. Untuk media Tionghoa ada Li Po yang pertama kali terbit di
Sukabumi pada tanggal 12 Januari 1901. Kemudian lahir juga Kabar Perniagaan,
Sin Po, dan Sin Tit Po Sin Tit Po yang kesemuanya itu dimiliki oleh
orang Tionghoa dan menggunakan bahasa Melayu-Franca. Walaupun semua penerbitan
rata-rata dimiliki orang Tionghoa, tetapi kondisi ini juga mendorong proses
kemajuan intelektualitas kaum bumiputera. Sedang untuk media massa bumiputera
pertama didirikan oleh RM Tirto Adhi Soerjo pada tahun 1902 dengan nama Soenda
Berita. Terbitan itu lahir atas kerja Tirto Adhi Soerjo dan bupati Cianjur
yang bernama RAA Prawiradiredja. Harian ini pertama kali terbit pada bulan
Pebruari 1903. Selain itu, Tirto juga memimpin terbitannya sendiri yang bernama
Medan Prijaji di tahun 1907 dan menyebut hariannya tersebut khusus
ditujukan pada “bangsa yang terperentah” alias bangsa yang terjajah. Medan Prijaji ini mencapai puncak kegemilangannya. RM
Tirto Adhi Soerjo inilah yang menjadi pelopor lahirnya pers nasional. Melalui
surat kabar ia mengkritisi semua kebijakan pemerintah Belanda yang sangat
menyengsarakan rakyat. Dialah sang pemula, sosok pembaharu dalam pergerakan di
Indonesia.
B.Perkembangan Pers di Indonesia
Dalam waktu yang singkat pers dapat meluas ke segala arah,kecepatan ini di
pengaruhi oleh pers Belanda dan Melayu-Tionghoa di Indonesia.Pers Belanda
itu sendiri telah pula mengalami perjuangan yang panjang untuk tercapainya
kebebasan pers.
Perkembangan pers bumiputra atau yang berbahasa Melayu menimbulkan pemikiran
dikalangan pemerintah kolonial untuk menerbitkan sendiri surat kabar berbahasa
melayu yang cukup besardan dengan sumber-sumber berita yang baik.ciri-ciri pers
berbahasa Melayu ialah linkungan pembacanya yang dituju atau yang menjadi
langganan.
Pertama,surat kabar yang berisi berita atau karangan yang jelas hanya golongan
keturunan cina,seperti yang terjadi dengan surat kabar yang terbit di
jakarta,surabaya beberapa yang terbit di semarang.
Kedua,surat kabar berbahasa Melayu,yang dibiayai dan yang dikerjakan oleh
orang-orang Cina,namun lingkungan pembacanya terutama ialah penduduk bumiputra.
Ketiga,surat kabar yang terutama dibaca oleh kedua golongan itu.
Menurut Douwes Dekker,secara kronologis surat kabar berbahasa melayu yang
tertua adalah Bintang Soerabaja (1861)isinya selalu menentang
pemerintahan dan berpengaruh di kalangan orang-orang Cinadari partai modern di
Jawa Timur.Lain surat kabar di Surabaya yang senada ialah Pewarta Soerabaja
(1902),pembacanya ialah golongan Cina.Pemimpin redaksi kedua surat kabar itu
masing-masing ialah Courant dan H.Hommer.
Dalam hal itu salah satu surat kabar terpenting ialah Kabar perniagaan,yang
didirikan oleh perusahaan Cina di Jakarta,redaksinya ialah seorang indonesia
dan seorang Cina,yaitu F.D.J.Pangemanan dan Gow Peng Liang.di Bogor juga juga
terbit mingguan oposisi Ho Po’ di bawah pimpinan Tan Tjien Kie.
Pelopor pers nasional ialah Medan Prijaji (waktu itu terbit sebagai
mingguan)yang sesuai dengan namanya merupakan suara golongan
priyayi.Pemimpin redaksinya ialah R.M.Tirtoadisuryo,terbit pada tahun 1907 dan
sejak tahun 1910 sebagai harian.
Suratkabar yang penting di Semarang ialah Warna Warta di bawah pimpinan
J.P.H.Pangemanan.Karena seringnya menyerang pemerintah,maka redakturnya
beberapa kali di adili karena tulisan-tulisannya.
Di Sumatra Barat surat-kabar-surat kabar yang terkemuka ialah Sinar Soematra
di bawah redaksi Lim Soen Hin,Tjahaja Soematra dengan redaksinya
R.Datoek Sotan Maharadja,Pemberita Aceh di bawah pimpinan Dja Moeda.
Di Jakarta menjelang abad 20 terbit Taman Sari 1898 dibawah
F.Winggers,pemberita Betawi 1874 dipimpin oleh J.Hendriks diBandung R.Ngabehi
Tjitro Adiwinoto sejak tahun 1894 pemimpin Pawarta India sedangkan di Semarang Bintang
Pagi 1907 dan Sinar Djawa 1899 masing-masing dipimpin oleh The Mo
Hoat dan Sie Hiang Ling.Bintang Pagi terutama populer dikalangan Cina modern
kiarena oposisinya sangat keras tehadap pemerintahan Manchu.
Sebuah penerbitan yang kusus ditujukan kepada kaum wanita ialah Poetri Hindia
1907 dipimpin oleh R.Tirtokoessoemo juga Soeloeh Keadilan dan Soeloeh Pengajar
tebit di Jakarta dengan pimpinan R.Sosro Danoekoisoemo.
Perkembangan suratkabar-suratkabar di Indonesia itu kecuali di pengaruhi oleh
pers Belanda juga adanya penerbit-penerbit dan percetakan-percetakan yang
dimiliki orang-orang Belanda dan Cina dikota-kota terpenting.Keadaan ini
merupakan indikator munculnya unsur-unsur perubahan masyarakat kota terutama di
jawa.Hal itu barang tentu bertalian pula dengan makin berkembangnya
ekonomi,terutama perdagangan yang memerlukan konsumen dan nasabah.
Mungkin sekali R.Mas Tirtohadisoeryo adalah pengusaha pertama Indonesia yang
bergerak di bidang penerbitan dan percetakan.Ia juga dianggap sebagai wartawan
Indonesia yang pertama-tama menggunakan surat kabar sebagai alat untuk
membentuk pendapat umum.Surat kabar yang terbit yang diterbitkan memberi kesan
menyegarkan pada jaman itu karena pemuatan karangan,warta
berita,pengumuman,iklan, disusun secara baru.
Tokoh Tirtohadisoeryo ternyata mendapat ynag banyak pula dalam laporan-laporan
pejabt-pejabat Hindia Belanda,terutama laporan Dr.Rinkes.Ini disebabkan,karena
kemudian Tirtohadisoeryo memegang peranan pula dalam pembentukan Sarekat
Daganng Islam di Surakarta bersama Haji Samanhudi,yang merupakan asal mula
Sarekat Islam yang kemudian berkembang memancar diseluruh Indonesia anggaran
dasar SI yang pertama mendapat persetujuan Tirtohadisoeryo sebagai ketua
Sarikat Islam di Bogor dan sebagai redaktur-redaktur surat kabar Medan
Prijaji di Bandung.
Hanya lima tahun Medan Prijaji dapat terbit dan dalam masa jayanya antara tahun
1910-1912 dapat mencapai oplaag hingga 2.000,suatu jumlah yang untuk suratkabar
Belanda sendiri tatkala itu sudah termasuk besar.Karena karangan-karangannya
yang tajam terhadap penguasa,maka Tirtohadisoeryo pernah di buang ke Lampung.Tetapi
dari tempat pembuangan itulah ia masih terus menulis karangan-karangan yang
bercorak membela nasib rakyat kecil serta melawan praktek yang buruk dari
pemerintahan setempat.
Tirtohadisoeryo melakukan perjuangan melalui surat kabar yang
dipimpinnya,Beliau adalah pioner pers pribumi. Melalui surat
kabar Medan Prijaji, pemikiran beliau menjadi cikal bakal nasionalisme dengan
memperkenalkan istilah Anak Hindia. Beliau juga menyadarkan masyarakat
Indonesia tentang hakekat penjajahan yang sangat merugikan bangsa dan berusaha
melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan yang dilakukan pemerintah kolonial.
C.PERANAN PERS DALAM PERGERAKAN NASIONAL
Perkembangan pers berbahasa daerah atau melayu,yang dinilai oleh Douwes dekker
dalam awal karangan ini menduduki tempat terpenting dari pers Eropa,dan
terutama setelah berdirinya organisasi seperti boedi Oetomo,Sarekat islam dan
Indische Partij menimbulkan pemikiran di kalangan pemerintah Hindia Belanda
untuk menetralisasi pengurus pers bumi putra itu.Jalan yang di tunjukkan
Dr.Rinkes ialah dengan mendirikan surat kabar berbahasa Melayu oleh pemerintah
sendiri serta memberikan bantuan kepada surat kabar yang di nilai lunak dalam
pemberitaannya.
Berdirinya Boedi Oetomo di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 dan
persiapan-persiapan kongresnya yang pertama yang akan diadakan pada awal
oktober tahun itu juga mendapat tempat dalam pers Belanda dan Melayu.Surat
edarannya pun dimuat dalam surat kabar De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad,demikian
juga dalam majalah Jong Indie.Memang sejak kelahirannya,organisasi pertama ini
memperhatikan pentingnya penerbit dan surat kabar sebagai penyambung suara
organisasi.Sesuai dengan sikap Boedi Oetomo pada awal pertumbuhannya sejak
golongan tua menjadi pemimpin-pemimpinnya,maka surat kabar pun bercorak
lunak,namun satu segi yang menarik ialah kesadaran redakturnya menulis dan
memberitakan yang penting bagi kemajuan dan kesejahteraan.Pentingnya surat
kabar berbahasa Melayu terbukti juga dari ikhtisar-ikhtisar yang muncul dalam
majalah dan surat kabar Belanda,seperti Tropisch Nederland,Kolonial Tijdschrift
dan Java Bode.
Semenjak berdirinya Sarekat Islam,nampak adanya pemberitaan baru surat kabar,di
antara ada yang menonjol dan ada pula yang kurang berarti.diantaranya ada yang
menonjoldan ada pula yang kurang berarti.juga beberapa terbit di luar pulau
Jawa.Mula-mula Darmo Kondo merupakan surat kabar yang utama di Jawa,tetapi
setelah berdirinya SI,di Surabaya terbit Oetoesan Hindia yang isinya lebih
hidup dan condong ke kiri.Darmo Kondo sendiri tetap tenang dan kurang
menunjukkan kepekaannya mengenai tanda-tanda zaman,meskipun lingkungan pembaca
cukup besar.Darmo Kondo sebelum tahun 1910 dimiliki dan dicetak oleh
seorang keturunan Cina,Tan Tjoe Kwan dan redaksi ada ditangan Tjnie Sianh
Ling,yang diketahui mahir di dalam soal sastra Juwa.sejak itu dibeli oleh Boedi
Oetomo cabang Surakarta dangen modal 50.000,- .
Oetoesan Hindia lahir setelah SI mengadakan kongresnya yang pertama disurabaya,
26 januari 1913 dibawah pimpipinan Dokroaminoto, Sosrobroto serta Tirtodanudjo.
Tirtodanudjo merupakan penulis yang tajam menarik perhatian umum, demikian juga
karangan seorang bernama Samsi dari Semarang. Kedua-duanya merupakan pemegang
rekor delik pers dan seringkali berurusan dengan pihak pengadilan.
Tjokroaminoto sendiri mengimbangi dengan tulisan-tulisan yang tinggi mutunya
dengan nada yang tenang, juga bila dia menulis untuk mengkis serangan-serangan
yang dutujukan kepadanya. Selama tigabelas tahun Oetoesan Hindia isinya
mencerminkan dunia pergerakan, politik, ekonomi dan perburuhan, khusus yang
dipimpin oleh Central Sarekat
Islam.
Karangan para pemimpin Indonesia muncul dan mengisi suratkabar itu serta
merupakan perjatian pembaca. Singkatan nama-nama mereka O.S.tj. (Oemar Said
Tjokroaminoto), A.M. (Abdul Muis). H.A.S. (Haji Agus Salim),T.Mk. (Tjipto
Mangunkusumo), A.P. (Alimin Prawirohardjo), A.H.W. (Wignjadisastra) dan
Surjopranoto ailih berganti mangisi suratkabar itu, yang pengaruhnya sering
nampak disuratkabar yang terbit dikepulauan lain.
Namun kelamahan syratkabar bumiputra iaalah kurangnya pemasang iklan, sehigga
dengan uang langganan saja tidak cukup untuk dapat bertahan. Ditambah lagi
banyak perkara SI mengurangi ketekunan pengurusnya untuk tetap memikirkan
kelangsungan suratkabarnya, dan setelah djokroaminoto terkena perkara politik
sehingga ia di jatuhi hukuman dan pemecahan di dalam tubuh SI sendiri tak
terhindarkan lagi, maka Oetoesan Hindia tutup usia pada triwulan pertama
tahun1923.
Suratkabar SI lainnya ialah Sinar Djawa di Semarang, Pantjaran Warta diketehui
dan Saroetomo di Surakarta yang terakhir itu adalah suratkabar asli Sarekat
Islam sejak kelahiran organisasi itu pada bulan Agustus 1912 mula-mula
Saroetomo merupakan suratkabar yang kurang berarti, tetapi berangsur-angsur
nampak pengaruh Oetoesan Hindia sehingga makin bermutu terutama dengan
muncul mas Marco Dikromo, seorang berasal dari Bodjonegoro, yang waktu itu
berumur 23 tahun, maka karangan-karangan mewakili gaya tulis tersendiri
terkenal dalam hubungan ini ialah komentar mas Marco mengenai cara kerja
Mindere Whevaarts Commissie (Komisi untuk meyelidiki sebab-sebab keminduran
rakyat Bumi Putra) sehingga menimbulkan heboh besar setelah tulisan-tulisannya
mendapat halangan dari Saroetomo, terutama karena campur tangan pemerintah,
maka ia mendirkan suratkabar sendiri bernama Doenia Bergerak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan:
1. Sejarah
perkembangannya pers Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi masyarakat
kolonial pada waktu itu. Munculnya pers di Indonesia bermula dari perkembangan
sejarah pers Belanda sampai akhir abad ke-19 di Hindia Belanda. Kemudian
menginjak awal abad ke-20 adalah sebuah awal pencerahan bagi perkembangan
pergerakan di Indonesia yang ditandai dengan munculnya koran.
2. Pers berbahasa
daerah atau Melayu,yang dinilai oleh Douwes dekker dalam awal karangan ini
menduduki tempat terpenting dari pers Eropa,dan terutama setelah berdirinya
organisasi seperti boedi Oetomo,Sarekat islam dan Indische Partij menimbulkan
pemikiran di kalangan pemerintah Hindia Belanda untuk menetralisasi pengurus
pers bumi putra itu.
B. Saran
Melalui makalah ini saran yang dapat disampaikan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan
merupakan komponen paling penting dalam perubahan dan
kemajuan bangsa
2. Setiap penjajah
selalu ingin mempertahkan daerah jajahannya dengan cara apapun
DAFTAR RUJUKAN
Marwati Djoned
Pusponegoro.1984.Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta:Balai
Pustaka
Sa’id,Tribuana,Sejarah
pers Nasional.1988.Jakarta:CV Haji Masagung.
Surjomihardjo,Abdulrshmsn.2002.Beberapa
Segi Perkembangan Pers di Indonesia,Jakarta Penerbit Buku Kompas.
T.Taufik,1977.Sejarah
Perkembangan Pers Indonesia,Jakarta,PT.Triyundo.
No comments:
Post a Comment