10 Apr 2015

Peranan Pers dan Peranan Wanita dalam Pergerakan Nasional



MAKALAH

Peranan Pers dan Peranan Wanita dalam Pergerakan Nasional




Abstraksi
Kata kunci:Pers

            Dalam sejarah perkembangannya pers Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi masyarakat kolonial pada waktu itu. Munculnya pers di Indonesia bermula dari perkembangan sejarah pers Belanda sampai akhir abad ke-19 di Hindia Belanda. Kemudian menginjak awal abad ke-20 adalah sebuah awal pencerahan bagi perkembangan pergerakan di Indonesia yang ditandai dengan munculnya koran.
            Ada beberapa tahapan dalam perkembangan sejarah pers di Indonesia. Pertama, di sebut “Babak Putih” yakni dari tahun 1744 sampai tahun 1854 dimana surat kabar mutlak dimiliki orang-orang Nederland yang dibuat menggunakan bahasa Belanda dan dibaca oleh pembaca berbahasa Belanda. Kemudian babak kedua berlangsung antara tahun 1854 sampai masa kebangkitan nasional. Pada tahun 1854 ini dikenla sebagai kemenangan kaum liberal(politik etis) di Nederland yang memberikan kelonggaran pada kegiatan pers di Hindia Belanda
            Dalam masa pergerakan ini pula, kita kenal istilah Bacaan Liar sebagai alternatif dari bacaan yang disediakan pemerintah jajahan Hindia Belanda yang jelas-jelas menolak segala bacaan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan kolonial. Karena itulah Pemerintah Jajahan Hindia Belanda berusaha mengontrol bacaan rakyat dengan menyediakan bacaan yang tidak memusuhi kebijakan kolonial.
            Perkembangan pers bumiputra atau yang berbahasa Melayu menimbulkan pemikiran dikalangan pemerintah kolonial untuk menerbitkan sendiri surat kabar berbahasa melayu yang cukup besardan dengan sumber-sumber berita yang baik.ciri-ciri pers berbahasa Melayu ialah linkungan pembacanya yang dituju atau yang menjadi langganan.

           











BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
            Sejak awal pergerakan melawan penjajahan di negeri ini, kaum pergerakan sadar akan pentingnya peran bacaan dalam menaikkan derajat kesadaran rakyat anti penjajahan sekaligus meluaskan organisasi perlawanannya. Di sinilah peranan pers yang membela rakyat jajahan sekaligus menyatukannya dalam cita-cita bersama melawan penjajahan menjadi penting. Kesadaran ini pun diambil Tirto Adhi Soeryo dengan mendirikan koran Medan Prijaji (1910-1912) yang bermotto: "Organ boeat bangsa jang terperenta tempat akan memboeka swaranja anak-Hindia"
            Tradisi ini terus berlanjut menghasilkan tokoh-tokoh pers alternatif yang keluar-masuk penjara seperti Mas Marcokartodikromo atau mendapat hukuman buang karena tulisan-tulisannya yang menyerang kebijakan pemerintah jajahan Hindia Belanda. Sebut saja misalnya:  Soewardi Soerjaningrat yang menulis Seandainya Aku Seorang Belanda dalam majalah De Expres yang “menyerang” Pemerintah Kolonial Belanda yang hendak merayakan pesta pora satu abad kemerdekaan negerinya dari penjajahan Prancis dengan menggaruk kantong uang rakyat di negeri jajahannya sebagai biaya pesta kemerdekaan tersebut. Akibat dari tulisan itu pada Maret 1913, Douwes Dekker dibuang ke Timor (Kupang), Tjipto Mangunkusumo ke Banda, dan Suwardi sendiri ke Bangka. Tak lama kemudian Tiga Serangkai ini pun dibuang ke Belanda.
            Dalam masa pergerakan ini pula, kita kenal istilah Bacaan Liar sebagai alternatif dari bacaan yang disediakan pemerintah jajahan Hindia Belanda yang jelas-jelas menolak segala bacaan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan kolonial. Karena itulah Pemerintah Jajahan Hindia Belanda berusaha mengontrol bacaan rakyat dengan menyediakan bacaan yang tidak memusuhi kebijakan kolonial dengan mendirikan Balai Pustaka pada  tahun 1917.
            Menyikapi situasi penjajahan, sangat tepatlah bila berbagai organisasi gerakan memperhatikan juga kerja-kerja penyediaan bacaan yang dapat mencerahkan dan memberi inspirasi bagi rakyat dalam melawan penjajahan.Dengan demikian Pers Indonesia pun dituntut untuk bekerja keras. Tak sekadar merayakan kebebasan pers tapi juga menegakkan kemandirian nasional  dan mencegah semakin tergantungnya bangsa pada tangan-tangan asing.
B.     Rumusan Masalah
1.Bagaimana awal mula berdirinya pers di Indonesia?
2.Bagaimana perkembangan pers di Indonesia?
3.Bagaimana peranan pers dalam pergerakan nasional?

C.     Tujuan Pembahasan
1.Mengetahui awal mula berdirinya pers di Indonesia.
2.Mengetahui perkembangan pers di Indonesia pada masa pergerakan nasional.
3.Mengetahui peranan pers dalam pergerakan nasional.


D.    Manfaat Pembahasan
            Penulisan makalah ini di harapkan bermanfaat bagi pembaca supaya mengetahui seberapa penting peranan pers dalam pergerakan nasional.

E.     Batasan Masalah
            Makalah ini berjudul peranan pers dalam pergerakan nasional,disini saya  membatasi cakupan pembahasan pada latar belakang  awal mulanya berkembangnya pers di Indonesia.,bagaimana perkembangan pers selanjutnya dan peranan pers dalam pergerakan nasional.




BAB II
PEMBAHASAN

A.Awal Mula  Berdirinya Pers di Indonesia
            Dalam sejarah perkembangannya pers Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi masyarakat kolonial pada waktu itu. Munculnya pers di Indonesia bermula dari perkembangan sejarah pers Belanda sampai akhir abad ke-19 di Hindia Belanda. Kemudian menginjak awal abad ke-20 adalah sebuah awal pencerahan bagi perkembangan pergerakan di Indonesia yang ditandai dengan munculnya koran.
            Ada beberapa tahapan dalam perkembangan sejarah pers di Indonesia. Pertama, di sebut “Babak Putih” yakni dari tahun 1744 sampai tahun 1854 dimana surat kabar mutlak dimiliki orang-orang Nederland yang dibuat menggunakan bahasa Belanda dan dibaca oleh pembaca berbahasa Belanda. Kemudian babak kedua berlangsung antara tahun 1854 sampai masa kebangkitan nasional. Pada tahun 1854 ini dikenla sebagai kemenangan kaum liberal(politik etis) di Nederland yang memberikan kelonggaran pada kegiatan pers di Hindia Belanda.
            Di saat inilah media massa yang diterbitkan Tionghoa dan Bumiputera pertama kali muncul. Untuk media Tionghoa ada Li Po yang pertama kali terbit di Sukabumi pada tanggal 12 Januari 1901. Kemudian lahir juga Kabar Perniagaan, Sin Po, dan Sin Tit Po Sin Tit Po yang kesemuanya itu dimiliki oleh orang Tionghoa dan menggunakan bahasa Melayu-Franca. Walaupun semua penerbitan rata-rata dimiliki orang Tionghoa, tetapi kondisi ini juga mendorong proses kemajuan intelektualitas kaum bumiputera. Sedang untuk media massa bumiputera pertama didirikan oleh RM Tirto Adhi Soerjo pada tahun 1902 dengan nama Soenda Berita. Terbitan itu lahir atas kerja Tirto Adhi Soerjo dan bupati Cianjur yang bernama RAA Prawiradiredja. Harian ini pertama kali terbit pada bulan Pebruari 1903. Selain itu, Tirto juga memimpin terbitannya sendiri yang bernama Medan Prijaji di tahun 1907 dan menyebut hariannya tersebut khusus ditujukan pada “bangsa yang terperentah” alias bangsa yang terjajah. Medan Prijaji ini mencapai puncak kegemilangannya. RM Tirto Adhi Soerjo inilah yang menjadi pelopor lahirnya pers nasional. Melalui surat kabar ia mengkritisi semua kebijakan pemerintah Belanda yang sangat menyengsarakan rakyat. Dialah sang pemula, sosok pembaharu dalam pergerakan di Indonesia.
B.Perkembangan Pers di Indonesia
            Dalam waktu yang singkat pers dapat meluas ke segala arah,kecepatan ini di pengaruhi oleh pers Belanda  dan Melayu-Tionghoa di Indonesia.Pers Belanda itu sendiri telah pula mengalami perjuangan yang panjang untuk tercapainya kebebasan pers.
            Perkembangan pers bumiputra atau yang berbahasa Melayu menimbulkan pemikiran dikalangan pemerintah kolonial untuk menerbitkan sendiri surat kabar berbahasa melayu yang cukup besardan dengan sumber-sumber berita yang baik.ciri-ciri pers berbahasa Melayu ialah linkungan pembacanya yang dituju atau yang menjadi langganan.
            Pertama,surat kabar yang berisi berita atau karangan yang jelas hanya golongan keturunan cina,seperti yang terjadi dengan surat kabar yang terbit di jakarta,surabaya beberapa yang terbit di semarang.
            Kedua,surat kabar berbahasa Melayu,yang dibiayai dan yang dikerjakan oleh orang-orang Cina,namun lingkungan pembacanya terutama ialah penduduk bumiputra.
            Ketiga,surat kabar yang terutama dibaca oleh kedua golongan itu.
            Menurut Douwes Dekker,secara kronologis surat kabar berbahasa melayu yang tertua adalah Bintang Soerabaja (1861)isinya selalu menentang pemerintahan dan berpengaruh di kalangan orang-orang Cinadari partai modern di Jawa Timur.Lain surat kabar di Surabaya yang senada ialah Pewarta Soerabaja (1902),pembacanya ialah golongan Cina.Pemimpin redaksi kedua surat kabar itu masing-masing ialah Courant dan H.Hommer.
            Dalam hal itu salah satu surat kabar terpenting ialah Kabar perniagaan,yang didirikan oleh perusahaan Cina di Jakarta,redaksinya ialah seorang indonesia dan seorang Cina,yaitu F.D.J.Pangemanan dan Gow Peng Liang.di Bogor juga juga terbit mingguan oposisi Ho Po’ di bawah pimpinan Tan Tjien Kie.
            Pelopor pers nasional ialah Medan Prijaji (waktu itu terbit sebagai mingguan)yang sesuai dengan  namanya merupakan suara golongan priyayi.Pemimpin redaksinya ialah R.M.Tirtoadisuryo,terbit pada tahun 1907 dan sejak tahun 1910 sebagai harian.
            Suratkabar yang penting di Semarang ialah Warna Warta di bawah pimpinan J.P.H.Pangemanan.Karena seringnya menyerang pemerintah,maka redakturnya beberapa kali di adili karena tulisan-tulisannya.
            Di Sumatra Barat surat-kabar-surat kabar yang terkemuka ialah Sinar Soematra di bawah redaksi Lim Soen Hin,Tjahaja Soematra dengan redaksinya R.Datoek Sotan Maharadja,Pemberita Aceh di bawah pimpinan Dja Moeda.
            Di Jakarta menjelang abad 20 terbit Taman Sari 1898 dibawah F.Winggers,pemberita Betawi 1874 dipimpin oleh J.Hendriks diBandung R.Ngabehi Tjitro Adiwinoto sejak tahun 1894 pemimpin Pawarta India sedangkan di Semarang Bintang Pagi 1907 dan Sinar Djawa 1899 masing-masing dipimpin oleh The Mo Hoat dan Sie Hiang Ling.Bintang Pagi terutama populer dikalangan Cina modern kiarena oposisinya sangat keras tehadap pemerintahan Manchu.
            Sebuah penerbitan yang kusus ditujukan kepada kaum wanita ialah Poetri Hindia 1907 dipimpin oleh R.Tirtokoessoemo juga Soeloeh Keadilan dan Soeloeh Pengajar tebit di Jakarta dengan pimpinan R.Sosro Danoekoisoemo.   
            Perkembangan suratkabar-suratkabar di Indonesia itu kecuali di pengaruhi oleh pers Belanda juga adanya penerbit-penerbit dan percetakan-percetakan yang dimiliki  orang-orang Belanda dan Cina dikota-kota terpenting.Keadaan ini merupakan indikator munculnya unsur-unsur perubahan masyarakat kota terutama di jawa.Hal itu barang tentu bertalian pula dengan makin berkembangnya ekonomi,terutama perdagangan yang memerlukan konsumen dan nasabah.
            Mungkin sekali R.Mas Tirtohadisoeryo adalah pengusaha pertama Indonesia yang bergerak di bidang penerbitan dan percetakan.Ia juga dianggap sebagai wartawan Indonesia yang pertama-tama menggunakan surat kabar sebagai alat untuk membentuk pendapat umum.Surat kabar yang terbit yang diterbitkan memberi kesan menyegarkan pada jaman itu karena pemuatan karangan,warta berita,pengumuman,iklan, disusun secara baru.
            Tokoh Tirtohadisoeryo ternyata mendapat ynag banyak pula dalam laporan-laporan pejabt-pejabat Hindia Belanda,terutama laporan Dr.Rinkes.Ini disebabkan,karena kemudian Tirtohadisoeryo memegang peranan pula dalam pembentukan Sarekat Daganng Islam di Surakarta bersama Haji Samanhudi,yang merupakan asal mula Sarekat Islam yang kemudian berkembang memancar diseluruh Indonesia anggaran dasar SI yang pertama mendapat persetujuan Tirtohadisoeryo sebagai ketua Sarikat Islam  di Bogor dan sebagai redaktur-redaktur surat kabar Medan Prijaji di Bandung.
            Hanya lima tahun Medan Prijaji dapat terbit dan dalam masa jayanya antara tahun 1910-1912 dapat mencapai oplaag hingga 2.000,suatu jumlah yang untuk suratkabar Belanda sendiri tatkala itu sudah termasuk besar.Karena karangan-karangannya yang tajam terhadap penguasa,maka Tirtohadisoeryo pernah di buang ke Lampung.Tetapi dari tempat pembuangan itulah ia masih terus menulis karangan-karangan yang bercorak membela nasib rakyat kecil serta melawan praktek yang buruk dari pemerintahan setempat.
            Tirtohadisoeryo melakukan perjuangan melalui surat kabar yang dipimpinnya,Beliau adalah pioner pers pribumi. Melalui surat kabar Medan Prijaji, pemikiran beliau menjadi cikal bakal nasionalisme dengan memperkenalkan istilah Anak Hindia. Beliau juga menyadarkan masyarakat Indonesia tentang hakekat penjajahan yang sangat merugikan bangsa dan berusaha melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan yang dilakukan pemerintah kolonial.
C.PERANAN PERS DALAM PERGERAKAN NASIONAL
            Perkembangan pers berbahasa daerah atau melayu,yang dinilai oleh Douwes dekker dalam awal karangan ini menduduki tempat terpenting dari pers Eropa,dan terutama setelah berdirinya organisasi seperti boedi Oetomo,Sarekat islam dan Indische Partij menimbulkan pemikiran di kalangan pemerintah Hindia Belanda untuk menetralisasi pengurus pers bumi putra itu.Jalan yang di tunjukkan Dr.Rinkes ialah dengan mendirikan surat kabar berbahasa Melayu oleh pemerintah sendiri serta memberikan bantuan kepada surat kabar yang di nilai lunak dalam pemberitaannya.
            Berdirinya Boedi Oetomo di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 dan persiapan-persiapan kongresnya yang pertama yang akan diadakan pada awal oktober tahun itu juga mendapat tempat dalam pers Belanda dan Melayu.Surat edarannya pun dimuat dalam surat kabar De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad,demikian juga dalam majalah Jong Indie.Memang sejak kelahirannya,organisasi pertama ini memperhatikan pentingnya penerbit dan surat kabar sebagai penyambung suara organisasi.Sesuai dengan sikap Boedi Oetomo pada awal pertumbuhannya sejak golongan tua menjadi pemimpin-pemimpinnya,maka surat kabar pun bercorak lunak,namun satu segi yang menarik ialah kesadaran redakturnya menulis dan memberitakan yang penting bagi kemajuan dan kesejahteraan.Pentingnya surat kabar berbahasa Melayu terbukti juga dari ikhtisar-ikhtisar yang muncul dalam majalah dan surat kabar Belanda,seperti Tropisch Nederland,Kolonial Tijdschrift dan Java Bode.
            Semenjak berdirinya Sarekat Islam,nampak adanya pemberitaan baru surat kabar,di antara ada yang menonjol dan ada pula yang kurang berarti.diantaranya ada yang menonjoldan ada pula yang kurang berarti.juga beberapa terbit di luar pulau Jawa.Mula-mula Darmo Kondo merupakan surat kabar yang utama di Jawa,tetapi setelah berdirinya SI,di Surabaya terbit Oetoesan Hindia yang isinya lebih hidup dan condong ke kiri.Darmo Kondo sendiri tetap tenang dan kurang menunjukkan kepekaannya mengenai tanda-tanda zaman,meskipun lingkungan pembaca cukup besar.Darmo Kondo  sebelum tahun 1910 dimiliki dan dicetak oleh seorang keturunan Cina,Tan Tjoe Kwan dan redaksi ada ditangan Tjnie Sianh Ling,yang diketahui mahir di dalam soal sastra Juwa.sejak itu dibeli oleh Boedi Oetomo cabang Surakarta dangen modal 50.000,- .
            Oetoesan Hindia lahir setelah SI mengadakan kongresnya yang pertama disurabaya, 26 januari 1913 dibawah pimpipinan Dokroaminoto, Sosrobroto serta Tirtodanudjo. Tirtodanudjo merupakan penulis yang tajam menarik perhatian umum, demikian juga karangan seorang bernama Samsi dari Semarang. Kedua-duanya merupakan pemegang rekor delik pers dan seringkali berurusan dengan pihak pengadilan. Tjokroaminoto sendiri mengimbangi dengan tulisan-tulisan yang tinggi mutunya dengan nada yang tenang, juga bila dia menulis untuk mengkis serangan-serangan yang dutujukan kepadanya. Selama tigabelas tahun Oetoesan Hindia isinya mencerminkan dunia pergerakan, politik, ekonomi dan perburuhan, khusus yang dipimpin oleh Central Sarekat Islam.                
            Karangan para pemimpin Indonesia muncul dan mengisi suratkabar itu serta merupakan perjatian pembaca. Singkatan nama-nama mereka O.S.tj. (Oemar Said Tjokroaminoto), A.M. (Abdul Muis). H.A.S. (Haji Agus Salim),T.Mk. (Tjipto Mangunkusumo), A.P. (Alimin Prawirohardjo), A.H.W. (Wignjadisastra) dan Surjopranoto ailih berganti mangisi suratkabar itu, yang pengaruhnya sering nampak disuratkabar yang terbit dikepulauan lain.
            Namun kelamahan syratkabar bumiputra iaalah kurangnya pemasang iklan, sehigga dengan uang langganan saja tidak cukup untuk dapat bertahan. Ditambah lagi banyak perkara SI mengurangi ketekunan pengurusnya untuk tetap memikirkan kelangsungan suratkabarnya, dan setelah djokroaminoto terkena perkara politik sehingga ia di jatuhi hukuman dan pemecahan di dalam tubuh SI sendiri tak terhindarkan lagi, maka Oetoesan Hindia tutup usia pada triwulan pertama tahun1923.
            Suratkabar SI lainnya ialah Sinar Djawa di Semarang, Pantjaran Warta diketehui dan Saroetomo di Surakarta yang terakhir itu adalah suratkabar asli Sarekat Islam sejak kelahiran organisasi itu pada bulan Agustus 1912 mula-mula Saroetomo merupakan suratkabar yang kurang berarti, tetapi berangsur-angsur nampak pengaruh Oetoesan Hindia sehingga makin bermutu terutama dengan muncul mas Marco Dikromo, seorang berasal dari Bodjonegoro, yang waktu itu berumur 23 tahun, maka karangan-karangan mewakili gaya tulis tersendiri terkenal dalam hubungan ini ialah komentar mas Marco mengenai cara kerja Mindere Whevaarts Commissie (Komisi untuk meyelidiki sebab-sebab keminduran rakyat Bumi Putra) sehingga menimbulkan heboh besar setelah tulisan-tulisannya mendapat halangan dari Saroetomo, terutama karena campur tangan pemerintah, maka ia mendirkan suratkabar sendiri bernama Doenia Bergerak






BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan:
1.      Sejarah perkembangannya pers Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi masyarakat kolonial pada waktu itu. Munculnya pers di Indonesia bermula dari perkembangan sejarah pers Belanda sampai akhir abad ke-19 di Hindia Belanda. Kemudian menginjak awal abad ke-20 adalah sebuah awal pencerahan bagi perkembangan pergerakan di Indonesia yang ditandai dengan munculnya koran.
2.      Pers berbahasa daerah atau Melayu,yang dinilai oleh Douwes dekker dalam awal karangan ini menduduki tempat terpenting dari pers Eropa,dan terutama setelah berdirinya organisasi seperti boedi Oetomo,Sarekat islam dan Indische Partij menimbulkan pemikiran di kalangan pemerintah Hindia Belanda untuk menetralisasi pengurus pers bumi putra itu.
B. Saran
Melalui makalah ini saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1.      Pendidikan merupakan komponen paling  penting dalam perubahan dan                    kemajuan bangsa                           
2.      Setiap penjajah selalu ingin mempertahkan daerah jajahannya dengan cara apapun

           






DAFTAR RUJUKAN

Marwati Djoned Pusponegoro.1984.Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta:Balai Pustaka
Sa’id,Tribuana,Sejarah pers Nasional.1988.Jakarta:CV Haji Masagung.
Surjomihardjo,Abdulrshmsn.2002.Beberapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia,Jakarta Penerbit Buku Kompas.
T.Taufik,1977.Sejarah Perkembangan Pers Indonesia,Jakarta,PT.Triyundo.

No comments:

Translate