BAGIAN
KEDUA
PROSES-PROSES SOSIAL YANG PALING
MENDASAR
BAB III
KONTAK SOSIAL DAN JARAK SOSIAL
Kini
kita tidak lagi membicarakan perlengkapan psikologis dari kehidupan individual
tetapi memusatkan perhatian terhadap proses-proses sosial yang mendasar, yyang
serta merta mempegaruhi perkembangannya. Di sini hanya akan dibahas sedikit
saja dari proses sosial yang mendasar itu, namun demikian pentingnya sehingga
tak ada kehidupan individual dan kehidupan sosial yaang dapat dijelaskan dengan
sempurna tanpa pengetahuan yang mendasar itu. Proses yang dimaksud, sebagai
contohnya ialah kontak sosial, dan isolasi sosial.
Sosiolog
yang hanya lebih mengutamakan mempelajari fenomena yang disebut ‘masyarakat
luas’ (Great Society) seperti mobilitas sosial, stratifikasi sosial, dan
pranata sosial, tanpa mwnghubungkan studinya dengan penyelidikan yang cermat
terhadap proses sosial yang mendasar ini kemungkinan besar belum dapat
menampilkan suatu analisa setepatnya bagaimana mestinya.
1. KONTAK PRIMER DAAN KONTAK SEKUNDER
Kita
mesti membedakan dua jenis kontak sosial. Pertama, kontak primer, yakni kontak
yang dikembangkan secara intim dan mendalam berupa pergaulan tatap muka di mana
hubungan secara visual dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan
pendengaran senantiasa digunakan. Kedua, kontak sekunder, yakni kontak yang
ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak yang lebih besar. Orang yang
secara mental terbentuk oleh kontak primer, dan oleh ide-ide primer,
mengembangkan ciri-ciri yang berbeda daripada mereka yang di bentuk oleh kontak
sekunder. Sekedar contoh, dapat dibandingkan antara seorang wanita yang fungsi
utamanya sebagai nyonya rumah tangga dan sebagai seorang ibu dengan seorang
manajer pabrik atau dengan seorang politisi. Sudah tentu terdapat hubungan
antara ciri-ciri kepcribadian yang dikembangkan melaui kontak primer dan kontak
sekunder. Keinginan untuk menghargai publik selalu terjadi sebagai pemindahan
faktor psikologis, sekurang-kurangnya sebagian, sebagai pengganti keterbatasan
keintiman dari tanggapan yang dialami ditengah-tengah kehidupan keluarga.
Jelas
kiranya bahwa kawasan tempat berlangsungnya kontak sekunder yang sebenarnya
adalah dalam kehidupan kekotaan. Revolusi industri yang melahirkan kota-kota
dan yang memecah kehidupan sosial seperti kehidupan masyarakat desa menjadi
unit-unit kecil, merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan
sebagian besar antar hubungan yang bersifat abstrak dan impersonal. Kontak
sekunder, dengan demikian mendorong terciptanya sikap-sikap yang abstrak.
Kontak sekunder ini juga memungkinkan kita untuk membandingkan kepentingan
jangka panjang dan yang penuh perhitungan, karena kecenderungan-kecenderungan
dapat diperkirakan dan disusun, demikian pula sistem kontrol yang baru terhadap
publik dapat diperbuat dan dipergunakan dengan menekankan kepada segi-segi
perbedaan peranan yang dimainkan mereka seperti membedakan mereka selaku
pembayaran pajak atau selaku buruh atau majikan. Situasi hubungan tatap muka,
yang menandai kontak primer, dewasa inipun telah mengalami perubahan.
2. KONTAK BERDASARKAN SIMPATI DAN
BERDASARKAN KATEGORIS
Klasifikasi
lain dari kontak sosial, dapat pula dibuat atas dasar sudut pandangan
psikologis dan sosiologis. Orang yang tidak termasuk ke dalam kelompok kita
sendiri, tidak termasuk ke dalam bidang kontak primer kita. Kita tidak
menganggap mereka sebagai anggota kelompok kita yang sesungguhnya tetapi kita
membuat penggolongan atau kategori terhadap mereka. Ini berarti bahwa kita
mengklasifikasikan mereka dalam pengertian perbedaan derajat simpati atau antipati
terhadap mereka. Di sini kita berhadapan dengan dasar atau asal mula dari
prasangka. Perasaan simpati berhubungan dengan perbedaan kategori dan
kelompok-kelompok menciptakan apa yang dapat kita klasifikasikan misalnya
sebagai: ‘orang negro’, ‘orang Jerma’, ‘orang Yahudi’, ‘orang asing’, ‘orang
luar’, ‘mereka’, dan sebagainya.
Fase
permulaan proses kategori ini terdapat pada jenis primitif dari penyesuaian
diri. Kita mulai dengan menunjukkan atau menentukan kelompok kita sendiri
dengan tanda-tanda yang baik, disebabkan karena kita tidak mampu menghadapi
setiap obyek yang kontak dengan kita, maka kita membedakan dan
memisah-misahkannya. Selanjutnya jika kita pertama kali bertemu dengan seorang
manusia yang belum kita kenal, biasanya kita merasakan suatu perasaan simpati
atau antipati secara tiba-tiba. Ini jelas adalah suatu interpretasi dari
sikap-demikian pula lazimnya dalam dunia binatang-dimana simpati dan antipati
adalah sejenis alat untuk menseleksi pengalaman-pengalaman yang tepat.
Pengertian kita, dalam sebagian besar kasus adalah ditentukan oleh gagasan dan
prasangka yang kita miliki. Dasar alamiah dari prasangka adalah suatu
kecenderungan untuk mencocokkan pengalaman-pengalaman baru ke dalam kategori
yang lama dengan mempergunakan generalisasi yang mula-mula untuk menanggulangi
pengalaman baru itu. Setiap pengalaman yang nyata, didasarkan atas kontak yang
dekat dan langsung atau primer. Pengertian atau pemahaman, adalah suatu
pertarungan antara penyesuaian diri segera terhadap versi baru dari pengalaman
dan kecenderungan terhadap prasangka. Orang yang selalu bergerak secara sosial
dan secara geografis ( mobilitas vertikal dan horizontal), lebih kritis dan
lebih tidak memihak dalam menilai orang lain, dan dengan demikian kurang
berprasangka karena pengalamannya itu di pergunakannya untuk berhubungan dengan
bermaca-macam orang lain. Seperti kita ketahui, orang yang berurat berakar di
satu tempat tertentu saja, lebih tinggi derajat prasangkanya dibandingkan
dengan orang yang banyak bergerak tersebut diatas. Orang yang banyak bergerak
(mobile) dapat lebih mudah beralih dari pengalaman-pengalaman kategori kepada
pengalaman-pengalaman spesifik. Kesan atau impresi penting pertama yang kita
peroleh dari kehidupan kota besar itu bereaksi terhadap kesadaran diri sendiri
dan terhadap penilaian diri sendiri. Kesadaran diri sendiri penduduk kota besar
tidak stabil dan tidak kaku. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat desa,
prestise atau gengsi didasarkan atas siapa orang tua kita, dari keluarga mana
kita berasal, daan dimana posisi kita dalam komunitas desa itu. Dalam kehidupan
kota besar, prestise sebagian besar didasarkan atas hasil usaha (achievement)
personal. Sebagai akibatnya penduduk kota besar selalu lebih mengisolasi
dirinya dan penilaian terhadap dirinya sendiri di-internalisasikan.
Akibat
dari kenyataan serupa ialah fleksibelitas, tetapi juga ketidak-stabilan,
ketidak-sungguhan, dan skeptisme yang terdapat dalam watak penduduk kota besar.
Selanjutnya individu yang relatif anonim sifatnya dalam kehidupan kota besar,
memperluas lingkungan kehidupan sehingga memungkinka kita untuk memindahkan
sebagian tanggungjawab kita kepada orang lain atau kepada institusi lain.
Sebagai akibatnya, orang kian lama kian menjadi penonton saja terhadap situasi
yang ada.
Dalam
hubungan persahabatan sejati, unsur penggolong-golongan yang terdapat dalam
kontal personal, tidak muncul. Persahabatan sejati ini didasarkan atas hubungan
simpati yang berarti suatu keinginan untuk mengidentifikasikan kepentingan.
Ungkapan ‘kita’ secara tak langsung menyatakan adanya saling
mengidentifikasikan diri masing-masing dan difusi kepribadian. Ungkapan
‘tetangga kita’ dalam pengertian tertentu, pada dasarnya berarti kita sendiri.
Semakin individualis seseorang, semakin sukar baginya untuk berusaha
mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain. Malahan, perasaan yang mendua
atau bercabang biasanya muncul ditengah-tengah pengidentifikasian diri, dan
masing-masing cabang perasaan itu besar perbedaannya. Persahabatan dan
perkawinan, adalah dua jenis antara hubungan yang sedikit banyak berhasil
menyalurkan atau menyatukan perasaan yang bercabang itu.
Tempat
pengalaman yang paling awal dari kesatuan sosial dan identifikasi, terdapat
pada kelompok primer atau kelompok tatap muka seperti keluarga, kelompok teman
sepermainan, hubungan tetangga, klub, masyarakat faternal atau sekolah.
Perasaan cinta, kepahlawanan dan keberanian, begitu juga mabisi, kesombongan
dan dendam kesumat, kesemuanya dibentuk di dalam kelompok primer. Menurut C.H.
Cooley, perasaan cinta kemerdekaan dan keadilan
yang merupakan cita-cita primer yang mendasari ajaran kristen demokrasi
dan sosialisme, ketiganya didasarkan atas ide-ide dari kelompok primer.
Kontak
di dalam dan di luar kehidupan kelompok, telah dianalisa oleh sosiolog seperti
Sumner, Cooley, dan Burgess. Menurut mereka, hubungan simpati internal yang
egotisme kelompok menghasilkan dua standar perasaan yang berbeda. Di satu
pihak, kemauan baik, kerjasama, dan saling percaya di antara sesama anggota
kelompok sendiri. Di lain pihak, perasaan bermusuhan dan kecurigaan
terhadapanggota kelompok lain. Hubungan persaudaraan di kalangan anggota
kelompok sendiri dan perasaan bermusuhan terhadap anggota kelompok lain atau
terhadap ‘out-group’ adalah dua hal yang saling berhubungan. Perlawanan dan
permusuhan yang gawat terhadap orang asing atau terhadap kelompok lain,
memperkuat solidaritas di kalangan sesama anggota kelompok sendiri sehingga
perselisihan yang terjadi di kalangan internal kelompok sendiri, tidak dapat
melemahkan permusuhan itu.
Etnosentrisme
adalah istilah teknis yang dipakai untuk mengungkap sikap serupa itu. Bagi
anggotanya, kelompok sendiri adalah segala-galanya. Setiap kelompok
etnosentrisme memelihara dan mempertahankan rasa harga diri, kesetiaan,
kesombongan, dan perasaan superioritas yang dimilikinya sendiri,
mengagung-agungkan Tuhan-nya sendiri serta memandang dengan perasaan jijikdan
mencela terhadap segala sesuatu yang dimiliki kelompok lain. Kejijikan itu
diekspresikan dengan memakai kata-kata yang menghina, dengan menyebut dan
menandai kelompok lain itu sebagai ‘pemakan babi’, ‘tak bersunat’, pemakan
lembu’, daan sebagainya. Apa yang mendasari penilaian demikian itu, mungkin
dapat kita sebut dengan istilah ‘moralitas kafir’. Atas dasar mengkafirkan
kelompok lain nasionalisme, juga didasarkan atas sikap prasangka dan moralitas
kafir demikian itu.
3. JARAK SOSIAL
Dalam
setiap kontak sosial, secara tak langsung menyatakan suatu jarak sosial. Jarak
sosial itu mungkin berati jarak eksternal atau jarak internal atau jarak
mental. Seluruh jenis dan aneka ragam kehidupan sosial dan kultural tak kan
dapat dijelaskan dengan memadai tanpa mengkategorikan jarak sosial. Tanpa jarak
sosial, takkan ada obyek dan takkan ada kehidupan sosial itu sendiri.
Pengambilan jarak, pada waktu bersamaan adalah salah satu dari pada perilaku
yang penting untuk mempertahankan dan untuk melanjutkan otoritas peradaban
manusia. Demokrasi mengurangi jarak sosial. Prestise-prestise komandan
ketentaraan misalnya sebagian besar adalah persoalan jarak sosial. Secara
harfiah jarak sosial berarti mengubah barang sesuatu menjadi terpencil,
memindahkan suatu obyek yang dekat kepada suatu posisi yang jauh dari titik
semula. Perkataan ‘jarak’ berasal dari pengalaman langsung kita terhadap ruang.
Anehnya ialah bahwa pengalaman mngenai ruang juga menyediakan pola bagi
pengalaman mental. Behawa seseorang berada pada jarak 5 meter dari saya
misalnya, adalah suatu pengalaman tentang ruang; tetapi jika saya mengatakan
bahwa seseorang mempunyai jarak sosial dari saya, maka ini berarti bahwa saya
mempunyai status sosial yang lebih
tinggi atau lebih rendah dari orang yang bersangkutan. Ada persamaan tertentu
antara kedua jenis jarak ini meskipun keduanya tidaklah identik. Ahli sosiologi
berbicara tentang penciptaan jarak buatan. Lalu apa gerangan yang
dimaksudkannya? Jarak mengenai ruang, yang dapat diukur dengan mudah dalam arti
pisik adalah dapat diubah melalui suatu tindakan dengan sengaja oleh manusia,
menjadi barang sesuatu yang dapat disebut jarak mental. Pengurangan
identifikasi termasuk ke dalam penciptaan jarak mental ini. Bergerak dari
tindakan-tindakan yang intim dan simpatik menuju pengasingan diri tanpa perlu
menerapkan tingkah laku yang menggolong-golongkan atau yang bersifat menyerang.
Baiklah
saya berikan contoh di sini di lapangan yang murni pengalaman yang berhubungan
dengan panca-indera tentang bagaimana proses yang fundamental dari pengambilan
jarak itu dapat di selidiki. Seorang pelaut dalam pelayarannya menuju
pelabuhan, mungkin pertama kali menyenagi pemandangan yang jelas terhadap kota
pelabuhan yang terletak di depannya di kejauhan. Tiba-tiba keseluruhan
penglihatannya berubah menjadi jauh disebabkan karena adanya kabut. Sebenarnya
kota pelabuhan itu tidaak lebih jauh dari pada jarak sebelumnya tetapi kabut
telah menciptakan suatu kepalsuan ilusi, seakan-akan kota pelabuhan itu
sedemikian jauhnya dalam penglihatan pelaut itu. Dalam contoh ini, jarak
bukanlah di ciptakan oleh subyek, melainkan oleh halimum atau kabut.
Keseluruhan jarak mentaal yang akan kita bicarakan berikut ini berasal dari
spontanitas subyek; yang dalam kenyataannya kesemuanya diciptakan oleh subyek.
Evolusi
jarak mental dari jarak ruang dapat ditunjukkan dengan jelas dalam kasus
ketakutan. Kenyataan, jarak yang disebabkan karena rasa takut adalah jarak yang
paling sederhana. Jika saya tetap mempertahankan jarak ruang antara saya dengan
orang lain yang lebih kuat dari saya, maka dalam jarak ruang antara kami ini,
berisi jarak mental dari rasa takut itu. Binatang yang dikurung, dalam situasi
tertentu masing-masing memelihara jarak ruang terhadap yang relatif lebig kuat
secara proporsional. Makin pengecut binatang itu, makin jauh jarak ruang yang
diambilnya terhadap binatang yang ditakutinya.
Schjelderup
Ebbe yang melakukan penyelidikan yang cermat, menyatakan adanya suatu hierarki
yang teratur di kalangan kehidupan sosial binatang seperti di kalangan ayang
betina, ayam jantan, dan anak ayam. Ebbe meneliti kehidupan ayam itu dalam
kelompok yang terdiri atas 2-25 ekor dan kemudian terhadap kelompok yang
terdiri atas 25-100 ekor. Menurutnya hal pertama yang dikemukakannya ialah
bahwa selama mencari makan, selama memakan/makanan di pot makanan atau pergi
bertengger untuk beristirahat atau pergi kesarang , ayam jantan melihatkan
untuk bertelur, ayam jantan memperlihatkan suatu keteraturan yang pasti. Ayam
yang terkuat atau paling jagoan, selalu yang mula-mula sekali datang ke
tempat-tempat tersebut baru kemudian disusul oleh ayam yang lain menurut urutan
tingkat keberaniannya terhaadap sesamanya. Seluruh tempat tersebut selalu
diambil oleh ayam yang terkuat itu lebih dulu. Persoalan yang timbul ialah:
bagaimana aturan itu dibentuk.? Penelitian menunjukkan bahwa aturan itu
dibentuk melaui pertarungan antara sesamanya. Jika dua anak ayam bertemu maka
pertama kali yang dilakukannya adalah membuat tingkatan sosial diantara mereka
melalui pertarungan. Anak ayam yang lari pertama kali, akan menjadi taklukan
untuk selama-lamanya. Dengan demikian, suatu urutan lengkap dapat disusun menurut
hasil pertarungan itu dan terlihat pula bahwa hierarki ini dipertahankan dengan
keras oleh ayam itu. Penelitian ini juga menemukan bahwa tingkatan yang teratur
ini tidak mengikuti dengan keras perbedaan dalam segi kekuatan fisik tetapi
mengikuti apa yang disebut superioritas psikolgi, di mana aspek keberanian
sangat besar peranannya. Tetapi adalah suatu kenyataan pula bahwa ketakutan
selalu memainkan peranan pula.
Penyelidikan
berikutnya mempelajari tingkahlaku khas dari ayam-ayam yang paling jagoan dan ayam
yang ditaklukkannya. Terlihat adanya aturan umum bahwa ayam yang berada di
puncak hierarki, dalam arti yang terkuat, lebih penuh dengan kebajikan
debandingkan dengan ayam yang yang berada di tingkat menengah. Terlihat bahwa
sekali jagoan itu mencapai tingkat jagoan dalam arti mengalahkan semua ayam
lainnya, maka ia tak perlu lagi berkelahi untuk mempertahankan posisi jagoan
itu. Dia menjadi jagoan untuk selamanya. Jarak psikologis telah terbentuk dan
berlangsung secara stabil. Tetapi ayam berada di tingkat menengah hierarki,
sangat agresif karena mereka khawatir dalam mepertahankan posisinya yang secara
permanen terancam dari dua fron. Percobaan selanjutnya ialah untuk mengetahui
bagaimana cara ayam tersebut bertingkah laku dalam mengubah kondisi. Jika kita
mengambil seekor ayam jantan yang menjadi pemimpin dari satu kelompok lain
dimana ia menjadi salah seekor yang berkedudukan sebagai anggota kelas
mengengah, maka ternyata ia mengubah pola tingkahlakunya. Dari semula penuh
kebajikan, kemudian berubah menjadi lebih agresif. Jelas ini disebabkan karena
kekhawatiran dalam mempertahankan posisinya. Sebaliknya jika ayam yang paling
jagoan dari satu kelompok besar kemudian digabungkan kedalam dan menjadi jagoan
kelompok kecil, maka tingkahlakunya lebih penuh kebajikan dibandingkan dengan
tingkahlakunya ketika berada pada posisi sebagai jagoan kelompok besar. Ujung
dari penelitian ini melihat kemungkinan besar bahwa tingkahlaku ayam itu lebih
banyak tergabung kepada posisi sosialnya dibandingkan dengan karakter
bawaannya.
Ebbe
kemudian mencoba pula meneliti keteraturan jarak sosial dan tingkahlaku sosial
di kalangan anak sekolah. Peneliti menemukan bahwa dalam suatu hierarki
tertentu yang kesemuanya tak serupa dengan penilaian gurunya tetapi merupakan
hasil ciptaan kehidupan kelompo anak sekolah itu.
Jika
pimpinan dari satu kelompok dimasukkan ke dalam kelompok lain dimana ia menjadi
anggota kelas menengah disana, maka tingkahlakunya berubah. Dengan demikian di
antara anak sekolah itu juga supaya tingkah lakunya tergantung kepada sosialnya
secara individual dan juga kepada apa yang disebut: karakter, yang untuk
sebagian besar merupakan hasil dari berbagai situasi sosial.
Adalah
jelas sekali trdapat tendensi umum tertentu yang melekat dalam kehidupan
kelompok anak sekolah seperti itu yang berperan menurut aturan yang sama,
wlaupun mereka di ubah oleh perlengkapan mental dari komposisi kehidupan
kelompok. Salah satu perbedaan utama antara tingkah laku binatang dan tingkah
laku manusia dalam kehidupan kelompok, terlihat dari kenyataan bahwa binatang
tidak mampu mengatur tindakan yang menjurus ke arah perubahan secara
revolusioner. Hanya ada pemberontakan secara individual yang ada dalam
kehidupan kelompok binatang. Ayam yang ditaklukkan selalu berusaha meningkatkan
posisinya melalui pertarungan baru terutama dalam kasus di mana ayam yang
ditaklukkan itu tak harus inferior secara badaniah tetapi disebabkan karena
ketakutan psikologis yang timbul. Dengan mengamati pertarungannya orang dapat
melihat bahwa binatang yang ditaklukkan itu adalah sangat gelisah, ia berupaya
untuk menciptakan kebiasaan dan membangun sikap takluk, menciptakan jarak
ketakutan. Revesz, seorang peneliti di bidang sosiologi binatanng lainnya
meneliti tingkah laku kera yang dikandangkan. Dikandang yang diamatinya itu
terdapat seekor kera yang unggul, empat ekor yang lemah, dan seekor anak kera.
Ketika makanan yang dibawa ke kandangnya, yang terjadi mula-mula ialah
perebutan makanan menurut dorongan hati (impulse) masing-masing kera itu.
Tetapi tingkah laku demikian segera membuka jalan bagi situasi di mana kera
yang terkuat mampu memuaskan dirinya sendiri tanpa rintangan, sebagai kera
utama. Kera lain yang rebut makanan yang ada ditepi tiba-tiba rupanya menyadari
dan mengingat hasil pertarungan dan gigitan kera yang terkuat yang terjadi
sebelumnya, sehingga kemudian mereka menghindar ke arah yang berlawanan dan
mengakhiri perebutan makanan itu. Segera setelah hal ini terjadi, anak kera
maju ke depan dan menempatkan dirinya berdekatan dengan kera yang terkuat,
mulai memakan pisang yang tersedia dengan tenang tanpa digigit oleh sang
jagoan. Sepanjang anak kera ini tidak mencampuri persaingan kera yang lain itu,
maka ia menjadi seekor kera yang mendapat bagian dalam kompetisi, maka ia
segera ditaklukkan dan akan sama nasibnya dengan kera lain yang berkompetisi.
Jelas kiranya bahwa dalam setiap situasi yang khas, suatu jarak tertentu
terus-menerus tercipta dengan sendirinya di kalangan kehidupan binatang
itu. Di sini jarak ruang pada waktu
bersamaan mengandung jarak ketakutan dan rasa hormat. Jarak obyektif cenderung
dihubungkan dengan kualitas jarak mental.
Ungkapan
bahasa Jerman ‘drei Schritt von Leib’ (tiga langkah dari manusia) digunakan
untuk menandai sikap pemeliharaan jarak dari seseorang menggambarkan dengan
sempurna keadaan masyarakat dimana jarak ruang pada waktu bersamaan
mengungkapkan ketakutan dan rasa hormat.langkah pertama ialah jarak normal
antara anggota dari suatu masyarakat. Jarak dari tiga langkah selanjutnya,
merupakan pemaksaan terhadap orang yang berada di luar kelompok dominan sebagai
tanda dari status yang disubordinasikan di dalam hirarki masyarakat yang ketat.
Jarak yang berlebih ini, yang dapat dipertentangkan dengan keadaan berkurangnya
jarak menggambarkan keintiman. Keintiman yang berhubungan erta dengan keakraban
dan kontak pisik yang terjadi antara individu dalam kelompok, sekali lagi
menunjukkan kenyataan bahwa jarak obyektif cenderung berhubungan erat dengan
kualitas jarak mental.
Selama
berlangsungnya proses diferensiasi, tipe-tipe jarak yang lebih kompleks muncul
dari jarak ketakutan; sebagai contohnya adalah jarak kekuasaan. Jarak
konvensional yang telah berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat sebagai
tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah berkembang dengan
cepat dalam suatu masyarakat senagai tanggapan terhadap keperluan akan keamanan
pribadi telah berkembng dalam berbagai masyarakat menjadi suatu simbol antar
hungan kekuasaan dan berpengaruh nyata terhadaap hiraarki sosial.
Kita
dapat membedakan tiga jenis jarak. Pertama, jarak yang menjamin terpeliharanya
tata sosial dan hirarki sosial tertentu. Kedua, jarak eksistensial. Ketiga,
jarak diri sendiri, yakni jarak yang diciptakan di dalam diri seseorang
individu tertentu.
4. PEMELIHARAAN HIRARKI SOSIAL
Struktur
hirarkis tata sosial, adanya kelas-kelas dantingkatan dalam kehidupan, dalam
sebagian besar kasus ditunjang oleh sejenis jarak tertentu. Jarak yang jelas
kelihatan di dalam pergaulan sosial dan di dalam penyelesaian obyek kultural
yang dimiliki masyarakat, memelihara suatu stratifikasi sosial melalui
peralatan mental yang cenderung menggantikan kedudukan kekuasaan. Sistem
berpakaian yang sangat canggih dan tatakrama, gaya berbicara, sikap dan adat
kebiasaan, dapat dipergunakan untuk memelihara jarak antara kelompok penguasa
dan oraang yang dikuasainya. Tugas tersembunyi sistem tersebut ialah untuk
menciptakan jarak dan dengan demikian untuk mengawetkan kekuasaan minoritas
penguasa.
Jarak
digambarkan dengan sendirinya oleh bentuk pergaulan sosial dan oleh jarak obyek
tertentu dalam lingkungan kebudayaan masyarakat tertentu. Pergaulan sosial,
dapat terbentuk dalam dua cara. Pertam, dengan membatasi atau meniadakan
kerjasama antara dua kelompok penguasa dan yang dikuasai. Misalnya dengan
melarang perkawinan campuran antara aanggota kedua kelompok atau dengan
memantangkan makan bersama pada satu meja atau dengan memantangkan makan suatu
sistem kebiasaan yang canggih, yang menonjolkan jarak antara strata masyarakat
yang berbeda.
Melalui
penyatuan mayoritas orang yang tertindas secara mendadak, maka setiap kelompok
penguasa dapat digulingkan. Karena itu prinsip memecah-belah dan kemudian
menguasai-devide and rule-selalu diikuti oleh kelompok penguasa dan bila
pelaksanaan prinsip ini berhasil baik maka stabilitas sistem sosial yang ada
akan terjamin. Namun demikian bukan hanya pergaulan sosial dimana masing-masing
strata sosial dan antara strata sosial yang berbeda saja yang dikendalikan oleh
jarak sosial itu. Obyek-obyek sosial dan lingkungan kultural pun dijaga
jaraknya dengan cara yang sama. Jika kita mengamati masyarakat yang berbeda dan
bertanya kepada diri sendiri: apakah yang dapat membuatnya mempunyai jarak,
maka kita akan menemukan bahwa di keduanya terdapat baik manusianya seperti
pemimpin dan raja maupun obyek-obyeknya seperti barang peninggalannya. Dalam
masyarakat primitif mislanya, sifat ke-Tuhanan dari para pemimpinnya atau
rajanya sebagian besar dipelihara melalui upacara seremonial yang rumit yang
dapat melindungi pemimpin atau raja itu dan memisahkan mereka dari rakyat yang
diperintahnya. Tokoh ‘orang suci’ sebaliknya menjadi orang yang dikeramatkan
terutama karena ia meningkatkan jarak dan dengan demikian mengisolasikan dirinya
dari pengikutnya. Selanjutnya pepatah-petitih dan peribahasa dapat sipisahkan
dari pemakaian sehari-hari menjadi mantera-mantera, seperti kalimat yang
dipetik dari kitab suci oleh seorang pendeta. Orang juga dapat memisahkan
institusi dan organisasi atau bidang kehidupan dan aktifitas seperti kesenian
atau hari libur.
Ada
kesamaan antara jarak sosial dan jarak obyek dari lingkungan kultural.
Peningkatan nilai tertentu secara palsu dan menjaga jarak dalam kebiasaan
sehari-hari ditopang oleh sistem yang sama. Ide kekesatriaan seperti
kepahlawanan dan sopan santun, meningkatkan dan memisahkan pola perilaku
tertentu dan meningkatkan kebutuhan yang tak dapat dipenuhi oleh orang
kebanyakan. Jadi ide tersebut mempunyai fungsi sosial yang sama dengan jarak yang
berperan dalam pergaulan sosial.
Evolusi
demokrasi ditandai oleh kecenderungan baik dengan mengurangi jarak atau dengan
mengubah metode pengambilan jarak. Sementara dalam masyarakat pra-demokrasi
peraturan-peraturan keras menentukan cara-cara berpakaian yang boleh dikenakan
oleh tingkat sosial yang berbeda, maka masyarakat demokrasi mengganti sistem
yang usang itu dengan ‘mode’. Bertingkahlaku dan bergaul menjadi lebih bebas.
Suatu proses penyamarataan ke atas dan ke bawah dikembangkan dan kebebasan menonjolkan
diri untuk sebagian besar menggantikan peraturan seremonial tradisional.
Hambatan terhadap kebebasan menonjolkan diri, juga dapat dipergunakan sebagai
alat untuk mempertahankan jarak sosial. Dengan demikian, orang yang berada pada
kedudukan yang lebih tinggi dapat membatasi diri mereka sendiri untuk
mengawetkan jenis tingkah laku martabat tertentu.
5. JARAK EKSISTENSIAL
Jarak
sosial jenis ini dapat diamati jika kita mengenyampingkan seluruh tindakan
pengambilan jarak yang berasal dari pergaulan sosial. Dengan demikian akan
terdapat suatu bentuk jarak tertentu yang lain dari jenis jarak sosial yang
dapat ditunjukkan melalui contoh berikut. Jika seorang wanita dari kalangan
yang sederhana mengunjungi seorang pendeta demi untuk maksud pengakuan dosa,
maka baginya pendeta itu bukanlah sebagai seorang yang khas tetapi merupakan
suatu kepribadian yang mencerminkan kemampuan untuk meningkatkan status sosial.
Namun pada waktu bersamaan, wanita itu mungkin pula dipengaruhi oleh rasa
keakrabannya terhadap si pendeta atau oleh perasaannya sendiri yang merasa
sedemikian renggangnya dengan pendeta itu. Perasaan terakhir inilah yang kita
sebut sebagai jarak eksistensial itu. Tetapi kedua topeng individual biasanyaa
berpengaruh secara serentak. Proses demokratisasi lazimnya cenderung mengurangi
jarak sosial dan membuka hubungan eksistensial yaang murni antara manusia.
Perbedaan-perbedaan
eksistensial merupakan suatu antara hubungan antara individual yang lahir
secara eksklusif dari kualitas kejiwaan manusia. Perbedaan eksistensial ini
terlihat ketika seseorang sekonyong-konyong menyadari keintiman dirinya dengan
orang lain, dan ia mengadakan kontak yang erat dengan batinnya yang paling
dalam. Jarak eksistensial ini dalam sebagian besar masyarakat sejak lama dikacaukan
dengan jarak sosial, mislanya dalam masyarakat berkasta. Kelahiran
individualisme akhirnya merobek topeng sosial dari manusia.
6. PENCIPTAAN JARAK DALAM KEPRIBADIAN
TUNGGAL
Seorang
individu dapat berada sedemikian dekatnya atau jauh dari kepribadian sebenarnya
yang dimilikinya, sama seperti ia juga dapat merasa dekat atau jauh dari
kepribadian orang lain. Kita dapat mengamati dari dalam diri seseorang individu
fenomena yang menunjukkan jauh-dekatnya seseorang dari kepribadiannya sendiri, yang
dengan tiba-tiba kepribadiannya itu menjadi asing bagi dirinya sendiri. Abad
demokrasi telah merusak jarak sosial, namun dengan demikian penonjolan jarak
eksistensial menjadi lebih besar. Pengasingan diri sendiri yang terdapat dalam
situasi kultural tertentu merintangi penonjolan diri sendiri secara individual.
Pengambilan
jarak adalah suatu faktor yang amat penting dalam mengubah struktur kekuasaan
menjadi pola mental dan kultural. Sejaraah telah menunjukkan bahwa perubahan
dalam gaya kultural berhubungan erat dengan perubahan dalaam struktur
kekuasaan. Sosiologi kultural membahas masalah ini secara terperinci dan telah
menemukan bagaimana organisasi kekuasaan dalam berbagai jenis perkembangan
sejarah berpengaruh terhadap berbagai bentuk jarak mental.
2 comments:
Tulisannya sangat membantu sekali :) boleh tau referensinya pke buku apa aja ya ? Trmakasih
Terima kasih udah upload. Kalo boleh tau, referensinya dapet dari mana ajaa, butuh banget ya Allah.
Post a Comment