BAB VI
KOMPETISI DAN MONOPOLI
Salah satu kekuatan sosial
terpenting ialah kompetisi. Kita dapaat mengklasifikasikan kekuatan sosial
menjadi dua kelompok. Pertama, kekuatan sosial yang mendorong perkembangan
kerjasama, dan kedua kekuatan yang memaksa orang untuk bertidak bertentangan
dan beroposisi satu sama lain. Kekuatan sosial utama yang mendorong orang untuk
bertindak bertentangan satu sama lain adalah perjuangan. Prjuangan dapat
dirumuskan sebagai antar hubungan sosial di mana kita ingin memaksa orang lain
atau kelompok lain dengan kekuatan, agar supaya bertindak menurt kemauan kita. Melalui perjuangan ini, perlawanan dari orang
lain itu diatasi. Kompetisi, sebaliknya dapat dianggap sebagai sejenis
perjuangan secara damai. Dengan demikian, dapat dirumuskan sebagai suatu upaya
secara damao dari beberapa individu atau kelompok untuk mendapatakan barang
sesuatu yang sama.
Kompetisi, seperti perjuangan,
adalah suatu kategori universal dari kehidupan. Dalam biologi kita berbicara
tentang : perjuangan untuk mempertahankan hidup dan ini adalah kategori
universal dari kehidupan sosial. Banyak orang yang percaya bahwa kompetisi
adalah suatu fenomena ekonomi murni, yang terutama dilambangkan oleh barter.
Namun tak ada yang lebih keliru daripada pemberian arti yang terbatas seperti
itu terhadap istilah kompetisi. prinsip kompetisi ialah samaa-sama bekerja
ketika sejenis perlombaan terjadi, tujuan bersama bagi setiap orang yang
berkompetisi adalah mencoba untuk mencapai tujuan paling dahulu daripada orang
lain. Tetapi adalah juga kompetisi, jika dua sekolah yang berbeda mencoba
menyelesaikan problema ilmiah yang sama,atau juka dua orang laki-laki ingin
merebut hati dan mengawini wanita yang sama. Ini penting untuk diperhatikan
bahea semua barang-barang yang berbeda itu kepunyaan bersama, dan kompetisi
bekerja dalam keseluruhan bidang itu. Kompetisi ekonomi termasuk ke dalam
lapangan yang sama dan dalam hubungan ini sekali lagi menjadi jelas bahwa ilmu
ekonomi berhubungan erat dengan sosiologi.
Melihat riwayat ide kompetisi,
adalah menarik dicatat bahwa prinsip kompetisi mula-mula diselidiki dalam ilmu
ekonomi, baru kemudian dialihkan ke bidang biologi. Adam smith dan para
penganut aliran physiocrat lainnya adalah orang yang mula-mula melakukan
analisa sistematis tentang kompetisi. Menurut mereka, kemerdekaan dan kompetisi
adalah elemen yang diperlukan dalam mencpai keselarasan kepentingan. Malthus
dalam karyanya Essay on the principle of population (1798) menyatakan suatu
pandangan yang mengecilkan hati tentang adanya suatu kecenderungan umum bahwa
pertambahan jumlah penduduk berlangsung menurut deret ukur sedangkan
pertambahan produksi bahan makanan hanya menurut deret hitung. Charles Darwin
adalah orang yang mula-mula mengalihkan ide tentang kompetisi kehidupan biologi
di tahun 1859. Ia menganggap kehidupan makhluk hidup sebagai suatu perjuangan
untuk memepertahankan hidup dan sampai kepada suatu kesimpulan bahwa perjuangan
ini mendorong organisme secara individual untuk menyesuaikan dirinya terhadap
situasi khususnya sendiri. Jadi Darwin yang dipengaruhi oleh esei Malthus,
mengembangkan prinsip mengenai seleksi alamiah melalui perjuangan
mempertahankan hidup.
Hendaknya jangan dilupakan bahwa
esei Malthus itu adalah suatu reaksi yang pesimis melawan optimisme teori
sosial yang diajukan oleh Godwin dan Condoret yang mempercayai tentang
kesempurnaan yang tak ada akhirnya dan persamaan alamiah umat manusia.
1.
FUNGSI KOMPETISI
Kita membedakan antara kompetisi perseorangan dan kompetisi antar kelompok.
Walaupun kompetisi didorong oleh tujuan-tujuan perseorangan tetapi kompetisi
itu melaksanakan fungsi sosial dari seleksi, terutama dalam menetapkan satu
tempat untuk setiap orang di dalam sistem sosial. Alternatif utama bagi
kompetisi sebagai suatu cara untuk menetapkan tempat bagi masing-masing
individu di dalam sistem sosial adalah sebagai berikut;
a)
Penetapan status sosial melalui
warisan turun menurun
b)
Penetapan prinsip senioritas
c)
Penetapan ukuran kemampuan melalui
bentuk-bentuk testing yang bertingkat.
Masyarakat yang merencanakan dan seluruh masyarakat lainnya
yang ingin menimalkan kompetisi, boleh memilih diantara alternatif di atas.
Sejumlah aktivitas yang berhubungan
dengan proses seleksi dalam setiap masyarakat adalah suatu indek dari
kompetisi. Di dalam masyarakat yang statis, di mana biasanya anak-anak mengikuti
pekerjaan orangtuanya; di mana posisi tertentu dipertahankan pleh segelintir
kasta, dimana sistem memilih melalui
suatu proses pemilihan tidak dikenal, maka orang hanya mengorbankan sedikit
tenaga untuk menemukan suatu tempat di dalam sistem sosial demikian. Intensitas
kompetisi berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kemerdekaan perseorangan, sesuai
dengan tingkat perubahan sosial, dan berkebalikan dengan sifat badan-badan
selektif.
Semakin bebas individu dalam memilih
tingkat upah yang lebih baik, atau semakin jarang orang mengalami diskriminasi
rasial, keagamaan atau diskriminasi kelas, maka semakin tinggi tingkat kemajuan
umum yang dicapai oleh masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan sosial membuaka kesempatan
baru banyak orang, yang dalam keadaan yang lain orang mungkin harus meyakinkan
dirinya sendiri bahwa mereka ditentukan untuk selama-lamanya. Contoh menarik
dari proses ini ialah pengaruh peningkatan industri mobil di Amerika Serikat,
yang mana selama 25 tahun menyerap tenaga kerja sejuta orang dan sangat sedikit
di antara mereka yang mewariskan pekerjaan mereka kepada anak mereka. Makin
baik badan-badan selektif makin ekonomis dan makin tepat penyaringan terhadap
orang-orang yang berkompetisi.
2.
AKIBAT KOMPETISI
Setiap orang yang berkompetisi akan mencoba menyesuaikan
diri mereka sendiri sebaik mungkin dengan kondisi khusus mereka sendiri agar
supaya menjadikannya sebagai orang yang terbaik, dan individualisasi adalah
suatu produk dari penyesuaian diri ini, di mana mentalitas perseorangan dari
seorang individu mencerminkan struktur dari situasi dan kekhasan dari orang
yang berkompetisi itu. Kompetisi mempertinggi keanekaragaman kepandaian,
kekenyalan dan mobilitas individu yang terlibat di dalamnya. Kompetisi dalam
sebagian besar kasus, berhubungan erat dengan mobilitas. Hanya jika saya dapat
maju menuju kemungkinan mencapai prestasi terbaiklah maka kompetisi mampu
mengembangkan potensi sosial saya. Bagaimana pun juga, kompetisi individual
adalah suatu perantara yang cenderung memecah solidaritas kelompok.
Pasar adalah tempat di mana kompetisi mula-mula
timbul,mula-mula terdapat di kawasan perbatasan suku, yakni ditempat mana
komunikasi antar suku berlangsung. Pandangan yang timbul di dalam situasi
marjinal ini kemudian menerobos ke tengah-tengah masyarakat dan dengan demikian
dimulailah transformasi ke arah situasi masyarakat yang serakah.
Secara psikologis,kompetisi cenderung menciptakan perasaan
inferior. Ini adalah konsekuensi dari cara-cara melalui mana kompetisi itu
berlangsung. Di sini dibedakan dua jenis perasaan inferior yang bersumber pada
kompetisi. Pertama, perasaan inferior yang menyebabkan individu menjadi
aktif,yang memaksanya untuk menyesuaikan dirinya sendiri dengan cara yang lebih
baik terhadap situasinya. Perasaan seperti ini menciptakan insentif baru dan
mendorong untuk menghormati kepribadian orang lain. Perasaan inferior kedua,
ialah yang melumpuhkan kekuatan individu dan memaksanya untuk menerima saja
perasaan inferiornya itu. Jenis pertama adalah potensial dan aktual dan dalam
kebanyakan kasus di sebabkan karena kompetisi yang benar-benar bebas. Sedangkan
jenis perasaan inferior kedua, terutama dibantu perkembangannya oleh
tingkahlaku yang otoriter dari mereka yang mendominasi individu yang berbeda
pada posisi yang lemah.
Pertanyaan yang timbul di sini adalah seperti berikut:
siapakah saingan kompetisi anda? Bagaimana acaranya anda mengkonpensasikan
perasaan inferior anda? Apakah kompetisi itu meningkatkan kekuatan anda ataukaah
situasi kompetisi demikian itu anda hadapi dengan menarik diri dan lari ke
dalam diri sendiri, sehingga anda menjadi seorang pendiam dan pelamun? Apakah
kompetisi itu membesarkan hati dan mendorong anda ataukah mengecilkan dan
menciutkan hati anda dalam berusaha?
Suatu perasaan inferior yang minimum sering perlu untuk
menemukan cara-cara penyesuaian diri yang baru, yang dibutuhkan dalam
menghadapi situasi baru. Perasaan inferiorlah yang menciptakan dalam diri
individu suatu desakan untuk mengkompensasikan perasaan inferiornya sendiri.
Mekanisme ini dapat mengubah penampilan yang buruk menjadi penampilan yang
lebih baik di sekolah, di tempat bekerja, dan sebagian. Tetapi sejumlah
perasaan inferior yang berlebih-lebihan melumpuhkan aktivitas individu,karena
perasaan demikian merusak keseimbangan kepribadiannya dan penilaiannya terhadap
dirinya sendiri.
Tentu saja juga ada metode untuk menghilangkan perasaan
inferior seseorang. Contohnya, pertama sebagai pengganti pengembangan kemampuan
diri kita sendiri, kita mencoba membatasi lawan berkompetisi kita seperti
ketika seorang pimpinan menengah dalam suatu birokrasi memilih para asistennya
dari kalangan orang yang tidak berbakat, dan dengan demikian menimbulkan
kemungkina untuk menguasai perasaan inferior itu. Atau kedua, dengan
mencemarkan ide-ide atau nama baik orang lain yang berkompetisi dengan kita.
Menurut cara ini, kebencian, iri hati, dan dendam kesumat di lawan dengan
kepahlawanan, dengan kekesatriaan. Atau ketika prestasi kita sedang
meningkat,kelompok lain yang kurang berefektif mungkin mencoba menghasut orang
lain untuk memusuhi kita yang lebih efisien dan yang lebih berhasil. Contohnya
kasus demikian ini dapat ditunjukkan ketika para bangsawan pemilik tanah
mencoba menciptakan perasaan permusuhan melawan pengusaha industri yang banyak
menghasilkan uang. Pencarian `kambing hitam` juga bukan suatu hal yang taklazim
dilakukan orang; kegagalan yang bersumber sebenarnya pada kelemahan kita
sendiri, kita lemparkan kesalahannya kepada orang lain sebagai biang keladinya.
3.
KETERBATASAN METODE KOMPETISI
Sepanjang kompetisi bekerja menurut cara-cara yang
konstruktif,maka ia akan memaksa individu untuk meningkatkan usaha
perseorangannya dan mendorongnya untuk berprestasi semaksimal mungkin. Karena
kompetisi berperan sangat efektif,maka sebagai akibatnya dimungkinkan untuk
memilih yang terbaik dri segi tipe manusianya yang paling menonjol dan dari
segi penampilannya yang terbaik dalam pekerjaan. Tetapi ada suatu kemungkinan
bahwa prinsip kompetisi yang sama,justru dapat menghasilkan akibat-akibat yang
berlawanan,dan menjadi alat dari cara-cara pemilihan yang bersifat negatif.
Karena itu kompetisi secara bebas harus selalu disertai dengan peraturan yang
mengikat dan standar yang di terima secara umum. Di sini, fenomena perlakuan
yang wajar terhadap semua orang (disebut: fair-play ) termasuk ke dalam nya.
Perlakuan yang wajar terhadap semua orang berarti bahwa baik
dalam keseluruhan masyarakat atau sekurang-kurangnya dalam salah satu
stratanya, suatu kontrol sosial tertentu berlaku dalam bentuk suatu standar
tinhkahlaku yang mempengaruhi mentalitas individu yang berkompetisi itu.
Kejujuran seperti itu dapat dimasukkan ke dalam situasi kompetisi di sekolah,
di dalam dunia usaha, dan di dalam bidang perjuangan politik. Kelompok harus
menerima sekurang-kurangnya harus ditegur oleh beberapa orang anggotanya,dan
pemimpin harus pula menerima suatu standar sosial yang menentukan, yang
menjamin kewajaran dan kejujuran terlaksana di kalansgan orang yang
berkompetisi. C.H. Cooley adalah orang yang pertama yang menyadari arti penting
prinsip fair-play ini.
No comments:
Post a Comment