BAB VII
METODE MEMPELAJARI ISLAM
A.
Definisi
Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.
Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik riset.
Ketika metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos berarti “studi tentang” atau “teori tentang”. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah diterima(well received) tetapi berupa berupa kajian tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak ada perbedaan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam metodologi terbuka luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari itu, metodologi menjadi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan metode tidak.
Metodologi adalah ilmu cara- cara dan langkah- langkah yang tepat (untuk menganalisa sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara.
Istilah metodologi studi islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian- kajian seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam. Sebut saja misalnya kajian atas metode normative, historis, filosofis, komparatif dan lain sebagainya. Metodologi studi islam mengenal metode- metode itu sebatas teoritis. Seseorang yang mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam praktik. Ia masih dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.[1]
Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.
Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik riset.
Ketika metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos berarti “studi tentang” atau “teori tentang”. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah diterima(well received) tetapi berupa berupa kajian tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak ada perbedaan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam metodologi terbuka luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari itu, metodologi menjadi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan metode tidak.
Metodologi adalah ilmu cara- cara dan langkah- langkah yang tepat (untuk menganalisa sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara.
Istilah metodologi studi islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian- kajian seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam. Sebut saja misalnya kajian atas metode normative, historis, filosofis, komparatif dan lain sebagainya. Metodologi studi islam mengenal metode- metode itu sebatas teoritis. Seseorang yang mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam praktik. Ia masih dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.[1]
B. Tujuan dan Fungsi Metodologi Studi Islam (MSI)
1. Memahami ajaran islam dengan cara yang lebih sistematis
2. Melihat ajaran islam secara interdisipiner
3. Memahami ajaran islam secara integral, utuh, dan komprehensif
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki
5. Mempelajari agama islam secara mendalam, komprehensif, terintegral, dengan segala seluk beluk yang berhubungan dengan islam
6. Mempelajari secara mendalam apa sebenarnya islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia
7. Mempelajari pokok-pokok isi ajaran islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan operasionalnya dalam peradaban islam sepanjang sejarahnya
8. Mendalami sumber dasar ajaran islam yang tetap abadi dan dinamis, serta bagaimana aktualisasinya
9. Mendalami prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama islam[2]
C. Objek Kajian Metodologi Studi Islam
1. Islam dan Agama-agama
2. Islam dan Budaya
3. Doktrin Agama dan Ritual Islam
4. Aliran Islam dan Islam Kawasan[3]
D. Sejarah Kajian Studi Islam Dalam Dunia Islam
1. Masa Rasulullah
• Lahir sejak abad ke-6 M masehi, dibawa oleh Nabi Muhammad (penutup nabi dan rasul), diawali dengan penerimaan wahyu pada tahun 611 M
• Menyebarkan islam di Mekah selama 13 tahun (610-622 M) dan di Yatsrib/Madinah selama 10 tahun (622-632 M)
• Kajian Islam langsung dibimbing oleh Rasulullah kepada para sahabatnya, dilaksanakan di mesjid, dan rumah (bait al-arqam)
• Materi kajian Islam mencakup masalah Aqidah, Syariah, Muamalah
2. Masa Abu Bakar (632-634 M)
• Melancarkan perang riddah untuk menghancurkan suku-suku arab yang murtad dan tidak mau membayar zakat
• Menumpas nabi-nabi palsu (Tulaiha, Musailamah, dll.)
• Merintis pengumpulan dan pembukuan surat-surat Alquran
• Kemunculan islam sebagai kekuatan baru dianggap berbahaya bagi kekaisaran Byzantium
3. Masa Umar ibn Khatab (634-644 M)
• Menertibkan administrasi pemerintahan, membuat UU dan Institusi Negara seperti Bait Al-Maal, serta penetapan kalender hijriyah
• Melanjutkan ekspansi : Khalid ibn Walid menaklukkan Persia (636 M), mengusir Byzantium dari Syria, Palestina, dan Yordania (640 M)
4. Masa Utsman ibn Affan (644-656 M)
• Pembukuan dan penyebaran mushaf dibantu sekretaris nabi, Zaid ibn Tsabit
• Melanjutkan ekspansi ke Afrika Utara
5. Masa Ali ibn Ali Thalib (656-661 M)
• Terjadi perag saudara (perang jamal, 656 M), perang shiffin (657 M)
• Khawarij berhasil membunuh Ali saat salat subuh (661 M)
• Kelahiran berbagai aliran pemikiran dalam islam, seperti Syiah, Khawarij, Murjiah, dll.
6. Periode Madinah
• Tahun ke-4 H, studi masih berjalan di mesjid dan rumah dengan metode hafalan dan sedikit logika
• Tahun ke-5 H, khalifah Abasiyah membangun sekolah di kota-kota, dan mulai menempati gedung-gedung besar. Studi kajian berkembang di bidang spiritual, intelektual, sains, dan sosial
• Berdirinya sistem madrasah menjadi titik kejayaan, kemudian madrasah menjadi alat penguat kekuasaan, lembaga doktrinitas, terutama pada masa kerajaan Fatimiyah (Cairo, Egypt)
• Tahun 1085-1111 M, Terjadi dikotomi/pemisahan ilmu umum dan agama oleh Al-Ghazali
E. Sejarah Kajian Studi Islam Dalam Dunia Barat
1. Renaissance
• Masa Renaisance (abad pertengahan : 1250-1800 M) adalah masa dimana peradaban barat menuai kebangkitannya, sementara peradaban Islam mengalami stagnasi.
• Renaisance membawa perubahan baru bagi dunia Barat dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Ekonomi. Dan perkembangan tersebut banyak dipengaruhi oleh peradaban Islam.
• Masa pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan salah satu tempat yang mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, politik, sosial, dan ekonomi. Terbukti dengan adanya beberapa universitas Islam yang didirikan. Seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca.
• Pada waktu itu beberapa tokoh-tokoh Barat datang mengunjungi universitas-universitas tersebut untuk memperdalam ilmu mereka. Selama mereka belajar, mereka melakukan penerjemahan ilmu-ilmu karya tokoh-tokoh muslim kedalam bahasa Latin. Hal ini didukung oleh King Frederick H (mantan Kaisar Holy Roman Empire : 1215-1250) yang dipimpin oleh Petrus Venerabilis dengan cara membayar orang Spanyol sebagai penerjemah. Kegiatan ini berpusat di Toledo dan Palemo.
• Ketika mereka kembali ke negaranya masing-masing, mereka ditantang oleh Paus di Vatikan untuk mendirikan universitas-universitas serupa. Kemudian berdirilah perguruan tinggi-perguruan tinggi disemenanjung Italia, Padua, Florence, Milano, Venezia, disusul oleh Oxford dan Cambridge di Inggris, Sorbone di Francis, dan Tubingen Di Jerman. Setelah berdirinya universitas-universitas diatas, membukakan jalan bagi Barat untuk mengembangkan dunia ilmu pengetahuannya.
• Berkembanganya Studi Islam di Dunia Barat adalah disebabkan para pelajar barat yang datang ke dunia timur untuk mengkaji ilmu. Disamping itu juga mereka telah berhasil menterjemahkan karya-karya ilmuan muslim kedalam bahasa latin. Gerakan ini pada akhirnya menimbulkan massa pencerahan dan revolusi industri, yang menyebabkan Eropa maju. Dengan demikian Andalusia merupakan sumber-sumber cahaya bagi Eropa, memberikan kepada benua itu manfaat dari ilmu dan budaya islam selama hampir tiga abad.
2. Pendekatan
• Di Negeri Barat, pendekatan dalam mempelajari Islam, berorientasi pada Islam sebagai realitas, atau fenomena sosial, yakni Isam yang telah menyejarah, meruang dan mewaktu, Isilam dipelajari hanya sebagai ilmu pengetahuan
• Di Timur, pendekatanya berorientasi pada penguasaan substansi Materi, dan penguasaan terhadap khazanah keislaman kelasik[4]
F. Signifikasi Metodologi Studi Islam
Agama dan kehidupan beragama tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Setidaknya ada lebih dari 5 agama besar yang penganutnya menyebar di seantero jagat raya. Mempelajari agama bukanlah hanya hak pemeluk agama itu sendiri tetapi juga diperbolehkan bagi orang yang agamanya berbeda. Bagi pemeluk agama sendiri mempelajari agama tujuannya adalah untuk memperdalam pengetahuannya tentang agamanya dan meningkatkan kepercayaan terhadap agamanya tersebut. Sementara bagi "orang luar" mempelajari agama adalah semata-mata untuk ilmu pengetahuan dan pemuasan intelektualisme.
Studi Islam adalah suatu usaha untuk mempelajari seluk beluk agama Islam secara menyeluruh dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya termasuk ajaran-ajarannya, doktrin-doktrinnya, kebudayaannya, sejarahnya dan lain sebagainya. Ada 2 cara pandang dalam studi Islam. Yang pertama meliputi aspek normativitas, yaitu ajaran wahyu yang dibahas melalui pendekatan doktrinal teologis. Sementara cara pandang yang lain adalah yang meliputi aspek historis, yaitu studi kebudayaan Muslim yang dibahas melalui pendekatan keilmuan sosial-keagamaan yang bersifat multi dan interdisipliner.
Studi Islam normatif sudah dimulai oleh orang Islam sejak berdirinya Islam itu sendiri.
Mereka
mempelajari ajaran-ajaran, wahyu, ibadah ritual dan doktrin yang mutlak benar
dan tak dapat dilakukan penelitian atasnya sehingga terkesan statis dan
apologetic. Sementara Islam historis mulanya dipelajari oleh orientalist dan
semakin populer di abad 20 hingga sekarang. Orientalist adalah orang yang
belajar tentang ketimuran atau budaya timur yang secara salah kemudian
diartikan sebagai orang non-muslim yang mempelajari tentang Islam. Tujuan
mereka sebenarnya adalah untuk mencari kelemahan Islam. Yang biasanya mereka
tonjolkan adalah kontradiksi dalil-dalil dalam Quran dan Sunnah, tentang
rendahnya posisi wanita dalam ajaran Islam serta kelemahan-kelemahan pribadi
Nabi.
GoldZiher, seorang orientalis yang selalu mencari kontradiksi antar dalil-dalil hadis mencoba membuktikan bahwa apa yang dibawa oleh nabi Muhammad bukanlah hal baru melainkan kutipan-kutipan dari agama lain karena hubungannya dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Motivasi penulis-penulis dari orientalis adalah kebencian terhadap Islam yang berakar dari perang salib.S Parvez Manzoor, dalam bukunya Method Against Truth, mengatakan bahwa kajian orientalis atas Quran lahir daripada kebencian yang dipupuk dalam kekecewaan dan disuburi dengan kesumat. Roger Du Pasquier dalam bukunya Unveiling Islam juga mengatakan bahwa kajian orientalis Barat tidak bersandarkan semangat keadilan kesarjanaan yang tulen dan seringkali berniat untuk meremehkan Islam.
Namun begitu, ada juga kaum orientalis yang benar-benar jujur dengan keintelektualannya dan tidak berdasarkan kebencian seperti Prof T. W Arnold, Stanley Lane Poole, Dr Aloys Sprenger, Edward William Lane, A.J Weinsink, G.B Strenge. Menurut Syeikh Abul Hasan Ali An-Nadawi, karya-karya mereka dianggap mempunyai kualitas ilmu yang baik dan amat sedikit kelihatan sentimen dengki dan benci terhadap Islam. Bahkan sebagian orientalis ada yang justru menemukan kebenaran dan akhirnya masuk Islam, seperti Leopold Weis yang merubah namanya menjadi Muhamad Asad, Margaret Marcus yang kemudian bernama Maryam Jameela, dan Irene Handoyo dari Indonesia.
Dari sini kita bisa mengambil hikmah bahwa Studi Islam jadi hal penting untuk dipelajari, baik studi Islam historis, bahkan yang dikembangkan oleh orientalis sekalipun, untuk mengenal serangan-serangan mereka dan tentu akhirnya mengetahui cara mengcounter serangan tersebut. Sedangkan studi
Islam normatif sudah barang tentu juga penting untuk mendalami ajaran Islam itu sendiri dan pada akhirnya bisa diterapkan dalam kehidupan. Bayangkan, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia ternyata juga meraih posisi teratas dalam korupsi dan kejahatan. Apa ada yang salah dengan Islam? tentu tidak. Yang salah adalah kenapa orang Islam enggan belajar dan medalami agamanya dan menerapkan ajaran agamanya dalam kehidupannya.[5]
No comments:
Post a Comment