BAB II
A. Latar Belakang
Kehadiran
agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw, diyakini dapat menjamin dapat
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi
hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.
Manusia sebagai makhluk paling
sempurna di antara makhluk-makhluk lain mampu mewujudkan segala keinginan dan
kebutuhannya dengan kekuatan akal yang dimilikinya. Namun di samping itu
manusia juga mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab
segala pertanyaan yang ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu akan
menjadikan manusia gelisah dan kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya
tindakan irrasionalitas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan
bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap
sesuatu yang tidak diketahuinya.
Kemudian sebagian para ahli
mengatakan bahwa rasa ingin tahu dan rasa takut mendorong tumbuh suburnya rasa
keagamaan dalam diri manusia. Ia merasa berhak untuk mengetahui dari mana ia
berasal, untuk apa dia berada di dunia, apa yang mesti ia lakuakan demi
kebahagiaan dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah agama. Oleh
karean itu dalam makalah yang sederhana ini akan di ulas bagaimana agama
B.
Pengertian Manusia
Manusia
adalah makhluk hidup yang berbadan tegak, yang kulitnya tampak (tidak tertutup
bulu), tampak kulitnya, mempunyai akal, pemikiran, akhlak yang utama emosi yang
selalu berubah-ubah, perasaan yang benar, daya nalar yang sehat, serta
perkataan yang fasih dan jelas.
Allah memulai penciptaan manusia
dari tanah, kemudian menciptakan keturunannya dari sari pati air yang hina (air
mani). Dia menciptakan Adam, manusia pertama dari tanah dengan tangan-Nya dan
meniupkan roh (ciptaan)-Nya, lalu darinya Dia ciptakan Istrinya, Hawa. Dia
ajarkan kepadanya nama-nama, lalu menyuruh malaikat agar bersujud kepadanya,
maka mereka semua bersujud kecuali Iblis yang menolak. Dia melarangnya untuk
makan dari satu pohon, lalu dia lupa dan memakannya, maka, dia telah berbuat
maksiat dan durhaka karenanya. Lalu dia menerima beberapa kalimat dari Allah
dan mengucapkannya, maka Allah menerima taubatnya, kemudian menurunkannya ke
bumi sebagai khalifah setelah sebelumnya Dia mempersiapkan bumi itu baginya,
dan menyediakan segala apa yang ada di bumi untuk memenuhi kebutuhannya.
Itulah manusia dalam keyakinan kita.
Dan keyakinan kita tentang manusia ini bersumber dari wahyu langit, yang tidak
ada jalan untuk membandingkan, meneliti atau mencari dalil tentangnya, karena
hal seperti itu tidak bisa diketahui tanpa wahyu.Allah berfirman tentang
penciptaan Adam,
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. (Al-Hijr:26)
Allah juga berfiman tentang
penciptaan manusia,
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik”. (Al-Mukmin:12-14)
C.
Pengertian Agama
Pengertian
agama dari segi bahasa antara lain uraian yang diberikan Harun Nasution.
Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula
kata din ( ﻴن د) dari bahasa Arab dan kata religi dalam bahasa Eropa.
Menurutnya, agama berasal dari kata Sanskrit. Menurut satu pendapat, demikian
Harun Nasution mengatakan, kata itu tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam =
pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara
turun-temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu
diwarisi secara turun temurun dari generasi ke generasi lainnya. Selanjutnya
ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci, dan
agama-agama memang
mempunyai kitab-kitab suci.
Selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan. Pengertian ini tampak
menggambarkan salah satu fungsi agama sebagai tuntunan bagi kehidupan manusia.
Pada umumnya, kata “agama”
diartikan tidak kacau, yang secara analitis diuraikan dengan cara memisahkan
kata demi kata, yaitu “a” berarti “tidak” dan “gama” berarti
“kacau”. Maksudnya orang yang memeluk agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya
dengan sungguh, hidupnya tidak akan mengalami kekacauan
Adapun kata religi berasal dari bahasa
latin. Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegere
yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian itu sejalan
dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang
terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain,
kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran
agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia.
Dari beberapa definisi tersebut,
Harun Nasution menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung dalam
istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang
harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali
terhadap kehidupan sehari-hari manusia. Satu kekuatan gaib yang tak dapat di
tangkap oleh pancaindera.
Adapun pengertian agama dari segi istilah
dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet K. Nottinghamdalam bukunya Agama
dan Masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering
terdapat di mana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk membuat
abstraksi ilmiah.
Selanjutnya karena demikian
banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan para ahli, Harun Nasution
mengatakan bahwa dapat diberi definisi sebagai berikut: 1) Pengakuan terhadap
adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus di patuhi; 2) Pengakuan
terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang menguasai manusia;
3) Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia; 4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang
menimbulakan cara hidup tertentu; 5) Suatu sistem tingkah laku (code of
conduct) yang berasal dari kekuatan gaib; 6) Pengakuan terhadap adanya
kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib; 7) Pemujaan
terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia; 8) Ajaran
yang diwariskan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul
Pada semua definisi tersebut di
atas, ada satu hal yang menjadi kesepakatan semua, yaitu kepercayaan akan
adanya sesuatu yang agung di luar alam. Namun, lepas dari semua definisi yang
ada di atas maupun definisi lain yang dikemukakan oleh para pemikir dunia
lainnya, kita meyakini bahwa agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang
menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di
dunia dan akhirat.
Dari sini, kita bisa menyatakan
bahwa agama memiliki tiga bagian yang tidak terpisah, yaitu akidah
(kepercayaan hati), syari’at (perintah-perintah dan larangan Tuhan) dan akhlak
(konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat kepada-Nya).
Meskipun demikian, tidak bisa kita pungkiri bahwa asas terpenting dari sebuah
agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang harus disembah.
D.
Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Secara
naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini
dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai
bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha,
yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa
manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Dari sini dapat dinyatakan
bahwa setiap umat yang ada di atas permukaan bumi, yaitu sejak manusia itu
hidup tidak bisa lepas dari akidah dan agama. Demikianlah sebagaimana yang
dinyatakan Allah dalam firman-Nya.
Artinya: “Sesungguhnya Kami mengutus
kamu dengan membawa kebenaran[1255] sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya
seorang pemberi peringatan”. (Fathir: 24)
[1255] Yang dimaksud dengan
kebenaran di sini ialah agama tauhid dan hukum-hukumnya.
Yang dimaksud dengan pemberi
peringatan adalah seorang nabi, rasul, atau seorang yang alim yang mewarisi
ilmu-ilmu para nabi. Ia memberi peringatan kepada semua umat tentang akibat
kekufurannya kepada Allah, kepada kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
syariat-syariat-Nya, dan mengancam mereka dari bahaya syirik kepada Tuhan,
berbuat maksiat kepada-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, dan apa yang menyertainya,
yaitu penyimpangan perilaku berupa kezhaliman, kejahatan dan kerusakan.
E.
Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama
Sekurang-kurangnya ada tiga alasan
yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut
secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
- Fitrah Manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki
fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali dijelaskan dalam ajaran Islam,
yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Sebelumnya, manusia belum
mengenal kenyataan ini. Baru di masa akhir-akhir ini, muncul beberapa orang
yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri
manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama Oleh karenanya, ketika datang wahyu Tuhan yang
menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang sejalan dengan
fitrahnya itu. Firman Allah Swt dalam QS.Ar-Rum:30,
Artinya: Maka hadapkanlah
wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui[1168],
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya
ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama
tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar.
mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
- Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Faktor lainnya yang melatarbelakangi
manusia memerlukan agama adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan
juga memiliki kekurangan. Dengan kekurangan dan kelemahan yang ada di dalam
dirinya sehingga manusia dengan fitrahnya merasakan kelemahan dirinya dan
kebutuhan kepada Tuhan agar menolongnya, menjaga dan memeliharanya dan
memberinya taufik
Allah menciptakan manusia dan
berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-Nya dengan batas-batas tertentu
dan dalam keadaan lemah. Firman ALLAH SWT, dalam QS.Al-Qomar:49,
Artinya: “Sesungguhnya tiap-tiap
sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran batas tertentu”.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan tersebut tidak ada jalan lain
kecuali dengan jalan wahyu akan agama.
- Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia
memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi
berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan
dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan.
Sedangakan tantangan dari luar dapat
berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja
berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Sebagaimana firman Allah Swt Dalam
surat Al-Anfal ayat 36 yang berbunyi:
¨
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang
yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.
mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan
mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu
dikumpulkan”.
Mereka dengan rela mengeluarkan
biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk
kebudayaan yanag di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan.
Orang-orang kafir dengan sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk
mereka gunakan agar orang mengikuti keinginannya. Berbagai bentuk budaya,
hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk
itu, upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar
taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup yang demikian saat ini
semakin meningkat, sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi penting.
F.
Urgensi Agama bagi Manusia
Manusia sejak ada di atas bumi ini
dengan diturunkannya Adam, bapak manusia yang petama, dan Hawa, Ibu manusia,
dari surga negeri keselamatan, dia sangat membutuhkan hukum-hukum yang pasti
yang bisa menyeimbangkan keimanannya, mengatur perilakunya, membatasi
kecenderungannya dan mengantarkan kepada kesempurnaan yang diciptakan dan
disediakan untuknya pada kedua kehidupannya. Yang pertama adalah kehidupan yang
dilalui manusia di atas bumi ini, sedangkan yang kedua adalah kehidupan yang
terjadi pada alam yang lain dari bumi yang rendah ini, yaitu alam kesucian dan
kebersihan pada kerajaan tertinggi, sebagaimana diberitakan oleh Allah memalui
kitab-kitab-Nya yang Dia turunkan kepada nabi-nabi-Nya yang diutus.
Agama menjadi sangat penting bagi
manusia, dengan aturannya yang khusus dia makan dan minum, mengatasi panas dan
dingin, dia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, maka dengan
sunnah-sunnah yang telah ditetapkan oleh Tuhannya, dia mengusahakan makanan dan
minuman, pakaian, dan obat-obatan serta tempat tinggal dan kendaraannya.
Kondisi seperti ini menuntut adanya saling menolong dari setiap individu
manusia untuk memebuhi kebutuhan hidupnya, dan mempertahankan keberlangsungan
sampai ajalnya tiba.
Manusia dengan fitrahnya merasakan
kelemahan dirinya dan kebutuhannya kapada Tuhan agar menolongnya, menjaga, memeliharanya,
dan memberinya taufik. Karena itu dia berusaha mengenal Tuhannya dengan
amalan-amalan yang wajib, yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya dan
menunaikan macam-macam ketaatan dan ibadah.
Manusia dengan kemampuan, pikiran,
perasaan dan inderanya, selalu berusaha
untuk mencapai derajat tertinggi
dalam hal itu. Sehingga dia tidak ingin berhenti pada satu batas tertentu. Maka
dalam tiga keadaannya yang kita sebutkan, dia membutuhkan syariat agama dari
Tuhan, yang sesuai dengan fitrahnya dan mengatur hubungannya dengan sesamanya,
karena dia akan selalu butuh untuk
saling tololng menolong dalam
memenuhi kebutuhan hiudpnya dan menjaga keberadaannya di alam ini, seperti
makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan kendaraan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di
atas, maka kebutuhan manusia akan agama Tuhan yang benar itu lebih besar
daripada kebutuhannya akan unsur-unsur pertama untuk menjaga hidupnya seperti
air, makanan dan udara. Dan tidak ada yang mengingkari atau memperdebatkan
kebenaran ini kecuali pembangkang yang sombong, tidak berguna kesombongannya
dan tidak perlu didengar alasan-alasannya.
Jika manusia yang berakal dan
mendapat petunjuk dalam mencari satu agama Tuhan yang benar dan murni, maka dia
pasti mendapatkannya dalam Islam, agama semua manusia, yang terkandung dalam
kitab-Nya, Al-Qur’an yang mulia, yang tidak berkurang satu huruf pun darinya
sejak diturunkannya dan tidak pula ada tambahan satu huruf pun padanya. Dan
tidak diganti satu kata pun dari tempatnya dalam Al-Qur’an. Dan tidak ada
ungkapan yang keluar dari apa yang ditunjukkannya, walaupun telah berlalu
seribu empat ratus lebih. Manusia beragama karena mereka memerlukan sesuatu
dari agama itu, yaitu manusia memerlukan petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaanya
di dunia dan akhirat
No comments:
Post a Comment