BAB IV
DIENUL ISLAM
A.
Agama Samawi adalah
agama yang diturunkan (wahyu) dari Allah SWT melalui malaikat Jibril dan
disampaikan oleh Nabi/Rasul yang telah dipiliholeh Allah SWT untuk disebarkan
kepada umat manusia.
Ciri-ciri
Agama Samawi, yaitu :
1. Agama ini memiliki kitab suci yang otentik (ajarannya
bertahan/asli dari Tuhan)
2. Mempunyai nabi/rasul yang bertugas menyampaikan dan
menjelaskan lebih lanjut dari wahyu yang diterima
3. Agama samawi /wahyu dapat dipastikan kelahirannya
4. Ajarannya serba tetap
5. Kebenerannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap
manusia,masa, dan keadaan.
B.
Agama Ardhi
adalah agama yang berkembang berdasarkan budaya, daerah, pemikiran seseorang
yang kemudian diterima secara global. Serta tidak memiliki kitab suci dan bukan
berlandaskan wahyu.
Ciri-ciri
Agama Ardhi ,yaitu :
1. Agama diciptakan oleh tokoh agama
2. Tidak memiliki kitab suci
3. Tidak memiliki nabi sebagai penjelas agama ardhi
4. Berasal dari daerah dan kepercayaan masyarakat
5. Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal
pikiran penganutnya
6. Konsep ketuhanannya yaitu Panthaisme, dinamisme dan
animisme.
1. Bukan tumbuh dari masyarakat, tapi diturunkan untuk masyarakat
Agama samawi tidak diciptakan oleh manusia lewat
kontemplasi atau perenungan. Berbeda dengan agama Budha, yang diciptakan oleh
Sidharta Gautama. Sang Budha konon dahulu duduk merenung di bawah pohon Bodi,
lalu mendapatkan temuan-temuan berupa nilai-nilai kehidupan, yang kemudian
dijadikan sebagai dasar agama itu.
Demikian juga, agama samawi sangat jauh berbeda dengan
konsep pengertian agama menurut beberapa ilmuwan barat, yang memandang bahwa
asalkan sudah mengandung pengabdian kepada suatu kekuatan tertentu, atau ada
ajaran tertentu, atau ada penyembahan tertentu, maka sudah bisa disebut agama.
Umumnya para ilmuwan barat cenderung menganggap sebuah aliran kepercayaan,
spiritulisme tertentu serta nilai-nilai tertentu sebagai sebuah agama.
Sementara konsep agama samawi adalah sebuah paket ajaran lengkap yang
turun dari langit. Kata samawi mengacu kepada arti langit, karena tuhan itu ada
di atas langit menurunkan wahyu. Wahyu bukan sekedar kata-kata ghaib atau
magis, melainkan berisi hukum dan undang-undang yang mengatur semua tatanan
hidup manusia, mulai dari masalah yang paling kecil hingga yang paling besar.
Dari masalah mikro sampai masalah makro.
Agama samawi tidak pernah menciptakan sendiri ajarannya, tetapi menerima
ajaran itu dari atas langit begitu saja. Berbeda dengan agama ardhi, di mana
ajarannya memang diciptakan, disusun, dibuat dan diolah oleh sesama makhluk
penghuni bumi, manusia.
2. Disampaikan oleh manusia pilihan Allah, utusan itu hanya
menyampaikan bukan menciptakan
Karena agama samawi datang dari tuhan yang ada di langit, dan tuhan tidak
menampakkkan diriNya secara langsung, maka agama samawi mengenal konsep
kenabian.
Fungsi dan tugas nabi ini adalah menyampaikan semua kemauan, perintah,
aturan, syariah, undang-undang dari tuhan kepada umat manusia. Seorang nabi
tidak diberi wewenang untuk menciptakan ajaran sendiri. Nabi bukan manusia
setengah dewa, maka tidak ada konsep penyembahan kepada nabi.
Dalam konsep agama samawi, seorang nabi hanyalah seorang manusia biasa.
Dia bisa lapar lalu makan, dia bisa haus lalu minum, dia juga bisa berhasrat
kepada wanita lalu dia menikah. Namun di balik semua sifat kemanusiaannya,
seorang nabi mendapat wahyu dari langit. Serta mendapatkan penjagaan dan
pemeliharaan dari langit agar tidak melakukan kesalahan.
Satu lagi fungsi seorang nabi yang tidak boleh dilupakan, yaitu sosok diri
seorang nabi dijadikan suri tauladan, contoh hidup yang nyata, dan model untuk
bisa ditiru oleh manusia.
3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia
Perbedaan lainnya lagi antara agama samawi dan agama ardhi adalah bahwa
tiap agama samawi memiliki kitab suci yang turun dari langit. Kitab suci itu
datang langsung dari tuhan, bukan hasil ciptaan manusia.
Diturunkan lewat malaikat Jibril alaihissalam, kepada para nabi. Lalu para
nabi mengajarkan isi wahyu itu kepada umatnya. Jadilah kumpulan wahyu itu
sebagai kitab suci. Itu adalah proses turunnya Al-Quran. Atau bisa jadi Allah
SWT menurunkan kitab itu sekaligus dalam satu penurunan, seperti yang terjadi
para kitab-kitab suci yang turun kepada Bani Israil.
Sedangkan agama ardhi seperti Hindu, Budha, Konghucu, Shinto, dan lainnya,
meski juga punya kitab yang dianggap suci, namun bukan wayhu yang turun dari
langit. Kitab yang mereka anggap suci itu hanyalah karangan dari para pendeta,
rahib, atau pun pendiri agama itu. Bukan wayhu, bukan firman, bukan kalamullah,
bukan perkataan tuhan.
Dari sisi isi materi, umumnya kitab suci agama samawi berisi aturan dan
hukum. Kitab-kitab itu bicara tentang hukum halal dan haram. Adapun kitab suci
agama ardhi umumnya lebih banyak bicara tentang pujian, kidung, nyanyian,
penyembahan.
4. Konsep tentang Tuhannya adalah tauhid
Agama samawi selalu mengajarkan konsep ketauhidan, baik Islam, yahudi atau
pun nasrani. Tuhan itu hanya satu, bukan dua atau tiga, apalagi banyak.
Sedangkan agama ardhi umumnya punya konsep bahwa tuhan itu ada banyak.
Walau pun ada yang paling besar dan senior, tetapi masih dimungkinkan adanya
tuhan-tuhan selain tuhan senior itu, yang boleh disembah, diagungkan, diabdi
dan dijadikan sesembahan oleh manusia.
Konsep bertuhan kepada banyak objek ini dikenal dengan istilah
polytheisme. Agama dan kepercayaan yang beredar di Cina telah mengarahkan
bangsa itu kepada penyembahan dewa-dewa. Ada dewa api, dewa air, dewa hujan,
dewa tanah, dewa siang, dewa malam, bahkan ada dewa yang kerjanya minum khamar,
dewa mabok.
Kepercayaan bangsa-bangsa di Eropa pun tidak kalah serunya terhadap konsep
dewa-dewa ini. Semua bintang di langit dianggap dewa, diberi nama dan
dikait-kaitkan dengan nasib seseorang. Kemudian ada dewa senior di gunung
Olympus, Zeus namanya. Dewa ini punya anak, setengah dewa tapi setengah
manusia, Hercules namanya. Lalu para dewa itu bertindak-tanduk seperti manusia,
bahkan hewan. Ada yang perang, ada yang berzina, ada yang mabuk-mabukan bahkan
ada dewa yang kerjaannya melacurkan diri.
Kepercayaan bangsa Romawi kuno hingga hari ini masih saja berlangsung di
masyarakat barat, mereka masih sangat kental mempercayai adanya dewa-dewa itu.
Agama samawi datang kenolak semua konsep tuhan banyak dan beranak pinak.
Dalam konsep agama samawi, tuhan hanya satu. Dia Maha Sempurna, tidak sama
dengan manusia, Maha Agung dan Maha Suci dari segala sifat kekurangan. Selain
tuhan yang satu, tidak ada apa pun yang boleh disembah. Maka tidak ada
paganisme (paham kedewaaan) dalam agama samawi.
Penyimpangan Nasrani dan Yahudi dari Karakteristik Agama Samawi
Sebagai agama samawi, agama nasrani dan yahudi awalnya memenuhi 4 kriteria
di atas. Namun seiring dengan berjalannya waktu, satu persatu karakteristik itu
tanggal dan lenyap. Sepeninggal para nabi mereka, keadaan menjadi berubah 180
derajat.
1. Agama Diciptakan oleh Tokoh Agama
Tidak ada lagi konsep bahwa agama itu berasal dari tuhan, sebab para
pemuka agama baik pendeta, rahib, atau pun tokoh spiritul mereka telah mulai
membuat sendiri agama itu, tambahan demi tambahan di sana sini mulai dibuat.
Pengurangan-pengurangan juga acap dilakukan. Walhasil, dalam waktu yang
singkat, agama nasrani dan yahudi sudah bukan lagi bersifat samawi, karena
nyaris sudah dipermak habis-habisan oleh para tokohnya.
Allah subhanahu wata’ala tegas sekali menyatakan bahwa apa
dilakukan oleh umat nasrani dan yahudi itu sama saja dengan menyembah para
tokoh agama.
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai
tuhan selain Allah dan Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan.(QS. At-Taubah: 31)
Para tokoh agama nasrani dan yahudi dilaknat oleh Allah karena mereka
punya kebiasan mengubah isi kitab suci. Dan umat Islam tidak terlalu diminta
untuk berharap terlalu banyak dari umat nasrani dan yahudi untuk beriman.
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal
segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah
mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS. Al-Baqarah: 75)
2. Menyembah Nabi dan Orang Shalih
Penyimpangan berikutnya adalah umat nasrani dan yahudi sudah tidak lagi
menyembah Allah yang Esa, tetapi menambahi satu lagi sebagai tuhan baru
(junior), yaitu nabi mereka sendiri.
Konsep kenabian agama samawi telah mereka hancurkan, diganti dengan konsep
penyembahan kepada orang suci. Maka dibuatlah patung-patung para nabi dan
orang-orang shalih. Patung itu semula hanya sekedar untuk pengingat, namun
beberapa generasi berikutnya mulai memberikan takzhim, penghormatan hingga
berakhir dengan penyembahan.
Ketika nabi Muhammad SAW dilahirkan di Makkah tahun 570 Masehi, di seputar
ka’bah sudah bertengger 360 patung para nabi dan orang shalih. Dari mana
datangnya patung-patung yang disembah?
Awalnya datang dari negeri Yaman yang saat itu berpenduduk nasrani. Umat
nasrani sedunia 500-an tahun setelah ditinggalkan oleh nabi Isa alaihissama,
sudah menjadi penggemar penyembahan patung nabi dan orang shalih mereka.
Dari mana datangnya penyembahan patung di kalangan umat nasrani?
Dari mana datangnya penyembahan patung di kalangan umat nasrani?
Datang dari Eropa, ibukota dan surga para dewa sesembahan. Patung dan
penyembahan berhala datang dari Eropa para saat negeri Eropa didatangi oleh
agama nasrani yang masih bersih dari bumi Palestina.
Sayang sekali, agama nasrani ini meski diterima di Eropa, namun nasibnya
apes sekali. Alih-alih mentauhidkan bangsa Eropa, agama ini malah diberhalakan
di Eropa. Masuklah paham keberhalaan khas Eropa dan diasimilasi di dalam agama
nasrani. Sampai 300 tahun kemudian, resmilah nabi Isa naik pangkat menjadi
tuhan dalam pemahaman agama ini. Lalu bunda Mariam yang di dalam Quran
disebutkan sebagai wanita yang suci dan beriman, juga ikut-ikutan dijadikan
tuhan, disembah dan dipatungkan.
Ketika Al-Quran turun 200 tahun kemudian, vonis Allah kepada agama dan
orang-orang nasrani yang berpaham Polytheisme ini tegas dan jelas: KAFIR.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,
"Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih
berkata, "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu."
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al-Maidah: 72)
Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan, "Bahwasanya
Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan
selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka
katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan
yang pedih.(QS. Al-Maidah: 73)
3. Memalsu Kitab Suci
Kitab suci Injil yang asalnya adalah firman Allah subhanahu wata’ala, lama
kelamaan berubah isinya menjadi karangan Petrus, Yohanes, Markus, Lukas, dan
lainny. Bukan lagi firman Allah tetapi karangan manusia.
Kitab itu lalu diperdebatkan keotentikannya oleh mereka sendiri, maka
berdirilah sekte-sekte yang saling berbeda. Muncul aliran-aliran gereja yang
saling mengkafirkan.
Awalnya bermula dari tidak adanya naskah asli Injil. Yang ada hanya
catatan-catatan yang tidak pernah terjaga keasliannya. Ditambah lagi ciri khas
para pemuka agama nasrani yang punya hobi membuat tambahan, sisipan, bahkan
sampai menghapus naskah asli, demi sekedar kepentingan pribadi.
Jika kita merujuk kepada pengertian
Agama samawi, maka kita dapati pengertian harfiahnya adalah Agama langit atau
Agama wahyu. Maka berdasarkan pengertian ini tentu tidak hanya Agama yang
disebutkan dimuka yang mengklaim sebagai Agama wahyu, Agama Hindu, Budha pun
mengklaim bahwa agama mereka berdasarkan wahyu. Namun secara istilah , jika
pengertian itu dibawa kepada ilah (Tuhan) yang disembah dan nisbat kepada
millah ibrahim atau dengan kata lain bahwa Agama wahyu itu diturunkan dari satu
Tuhan yang sama seperti yang diturunkan kepada Nabi ibrahim dengan misinya,
maka benar adanya pernyataan bahwa Agama samawi itu ada tiga, seperti yang
telah disebut dimuka.
ebagai muslim, tentunya perlu hati-hati terhadap pernyataan
tersebut (yang mengatakan bahwa Agama samawi itu ada tiga), sebab hanya islam
lah satu-satunya Agama samawi dari dahulu hingga akhir zaman, sehingga
pertanyaannya adalah benarkah Yahudi dan Nasrani itu agama samawi ?
Jika kita membaca Al Quran Al karim, tentu pernyataan itu adalah bathil apalagi menisbatkan kepada Millah Ibrahim (Agama Ibrahim). Karena Allah telah membantah perkataan itu dalam surah Ali imran ayat 67
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (muslim) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.”
Surah ini saja sebenarnya sudah cukup untuk membantah bahwa yahudi atau pun nasrani tidaklah mengikuti millah ibrahim. karena sesungguhnya millah ibrahim tidak lah menyekutukan Tuhan, dalam hal ini adalah menyekutukan Allah Azza wa Jalla, dan karena sesungguhnya Agama yahudi dan nasrani adalah Agama tradisi yang pagan (syirik) lalu menisbatkan kepada Rasul-Rasul Allah (Musa-Daud-Isa Ibnu Maryam)
Sungguh Yahudi telah menyekutukan Allah dengan berkata uzair adalah anak Allah dan Nasrani juga berkata bahwa Al masih ibnu maryam adalah anak Allah. Hal itu Allah terangkan perkataan-perkataan mereka dalam surah At Taubah ayat 30 :
”Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?”
Dan bahkan mereka (Yahudi dan Nasrani ) telah dilaknat oleh Nabi mereka sendiri karena perbuatan mereka,
“Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas” (Qs.Al Maidah:78)
Oleh karena itu bagaimana mungkin mereka (Yahudi dan Nasrani) mengklaim sebagai Agama yang mengikuti Agama nya Ibrahim sedang Ibrahim sendiri bukan bagian dari mereka dan ibrahim tidak pernah menyekutukan sebagaimana mereka. Bahkan Ibrahim ‘Alaihissalam mewasiatkan kepada anak-anaknya demikian juga Ya’qub ‘Alaihissalam agar memeluk agama islam, sebagaimana Allah terangkan ucapan mereka dalam surah Al baqarah ayat 133.
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. : "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam"
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, ketika menulis surat kepada Raja konstantinopel heraclius,( karena beliau tahu bahwa konstantinopel [romawi timur] pada waktu itu merupakan pusat kebudayaan barat terbesar selain roma / vatikan [romawi barat - itali], dimana penganutnya mengklaim sebagai pengikut Nabi isa ibnu maryam Alaihissalam.), surat itu diakhiri dengan ayat ke 64 dari surat Ali imran
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim)" ( ikhwah bisa lihat di Shahih Bukhari – Muslim )
Ayat ini sebagai isyarat apabila memang mengikuti millah ibrahim tentu Raja romawi tersebut menerima satu kalimat yang tidak akan ada perselisihan yaitu Laa Ilaaha Illallahu. ( Tiada Tuhan yang Berhak diibadahi selain Allah ), padahal secara tidak langsung Raja heraclius mengakui kenabian Rasulullah muhammad shallallahu’alaihi wasallam.
Dan sebagai bantahan dari Rasulullah terhadap propaganda agama samawi adalah beliau bersabda “ sesungguhnya para nabi itu bersaudara, bapak mereka satu, ibu mereka berbeda, sedang Agama mereka satu (Hr. Ahmad, dlm Bukhari- Muslim dg redaksi sedikit berbeda).
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berkata: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘Alaihissalam muncul kepada kalian kemudian kalian mengikutinya dan meninggalkan aku, sungguh kalian telah sesat dari jalan yang lurus. Seandainya Musa masih hidup dan ia menemui masa kenabianku, niscaya ia akan mengikutiku.” (HR. Ad Darimi, Imam Ahmad, Ibnu As Syaibani - Hasan)
Lalu apakah kita akan mengakui Yahudi dan Nasrani merupakan Agama wahyu ?
sedang Allah berfirman :
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.( Qs.Ali Imran :85)
Sungguh, Agama Islam merupakan wasiat para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu yang Allah utus untuk didakwahkan !
Jika kita membaca Al Quran Al karim, tentu pernyataan itu adalah bathil apalagi menisbatkan kepada Millah Ibrahim (Agama Ibrahim). Karena Allah telah membantah perkataan itu dalam surah Ali imran ayat 67
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (muslim) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.”
Surah ini saja sebenarnya sudah cukup untuk membantah bahwa yahudi atau pun nasrani tidaklah mengikuti millah ibrahim. karena sesungguhnya millah ibrahim tidak lah menyekutukan Tuhan, dalam hal ini adalah menyekutukan Allah Azza wa Jalla, dan karena sesungguhnya Agama yahudi dan nasrani adalah Agama tradisi yang pagan (syirik) lalu menisbatkan kepada Rasul-Rasul Allah (Musa-Daud-Isa Ibnu Maryam)
Sungguh Yahudi telah menyekutukan Allah dengan berkata uzair adalah anak Allah dan Nasrani juga berkata bahwa Al masih ibnu maryam adalah anak Allah. Hal itu Allah terangkan perkataan-perkataan mereka dalam surah At Taubah ayat 30 :
”Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?”
Dan bahkan mereka (Yahudi dan Nasrani ) telah dilaknat oleh Nabi mereka sendiri karena perbuatan mereka,
“Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas” (Qs.Al Maidah:78)
Oleh karena itu bagaimana mungkin mereka (Yahudi dan Nasrani) mengklaim sebagai Agama yang mengikuti Agama nya Ibrahim sedang Ibrahim sendiri bukan bagian dari mereka dan ibrahim tidak pernah menyekutukan sebagaimana mereka. Bahkan Ibrahim ‘Alaihissalam mewasiatkan kepada anak-anaknya demikian juga Ya’qub ‘Alaihissalam agar memeluk agama islam, sebagaimana Allah terangkan ucapan mereka dalam surah Al baqarah ayat 133.
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. : "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam"
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, ketika menulis surat kepada Raja konstantinopel heraclius,( karena beliau tahu bahwa konstantinopel [romawi timur] pada waktu itu merupakan pusat kebudayaan barat terbesar selain roma / vatikan [romawi barat - itali], dimana penganutnya mengklaim sebagai pengikut Nabi isa ibnu maryam Alaihissalam.), surat itu diakhiri dengan ayat ke 64 dari surat Ali imran
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim)" ( ikhwah bisa lihat di Shahih Bukhari – Muslim )
Ayat ini sebagai isyarat apabila memang mengikuti millah ibrahim tentu Raja romawi tersebut menerima satu kalimat yang tidak akan ada perselisihan yaitu Laa Ilaaha Illallahu. ( Tiada Tuhan yang Berhak diibadahi selain Allah ), padahal secara tidak langsung Raja heraclius mengakui kenabian Rasulullah muhammad shallallahu’alaihi wasallam.
Dan sebagai bantahan dari Rasulullah terhadap propaganda agama samawi adalah beliau bersabda “ sesungguhnya para nabi itu bersaudara, bapak mereka satu, ibu mereka berbeda, sedang Agama mereka satu (Hr. Ahmad, dlm Bukhari- Muslim dg redaksi sedikit berbeda).
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berkata: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘Alaihissalam muncul kepada kalian kemudian kalian mengikutinya dan meninggalkan aku, sungguh kalian telah sesat dari jalan yang lurus. Seandainya Musa masih hidup dan ia menemui masa kenabianku, niscaya ia akan mengikutiku.” (HR. Ad Darimi, Imam Ahmad, Ibnu As Syaibani - Hasan)
Lalu apakah kita akan mengakui Yahudi dan Nasrani merupakan Agama wahyu ?
sedang Allah berfirman :
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.( Qs.Ali Imran :85)
Sungguh, Agama Islam merupakan wasiat para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu yang Allah utus untuk didakwahkan !
AGAMA LANGIT DAN AGAMA BUMI
Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst
Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada
lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama
hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah
agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah
seorang Kristen, maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan
ini.
Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya; "Hindu View of Christianity and Islam" menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.
Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).
Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.
Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya; "Hindu View of Christianity and Islam" menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.
Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).
Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.
Agama bumi dan agama langit.
Dr. H.M. Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya "Empat
Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi" membagi agama-agama ke dalam
dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama
alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok
ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang
teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia
"Duta Wacana" di Yogyakarta sebagai berikut:
"Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama." 1)
Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul "Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir" Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.
Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).
Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?
Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).
Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.
Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.
Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.
Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?
Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada "agama langit") memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, "menurunkan" wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan "agama langit" itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.
Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.
Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.
Pandangan "supremasis" ini membawa serta sikap "triumpalis", yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu "cara apapun" itu berarti kekerasan, perang, penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.
"Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama." 1)
Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul "Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir" Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.
Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).
Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?
Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).
Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.
Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.
Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.
Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?
Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada "agama langit") memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, "menurunkan" wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan "agama langit" itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.
Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.
Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.
Pandangan "supremasis" ini membawa serta sikap "triumpalis", yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu "cara apapun" itu berarti kekerasan, perang, penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.
Masalah wahyu
Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan
kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet.
Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan
langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang
malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para
penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.
Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.
Pertama, kesalahan mengenai fakta.
Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempat.
Kedua, kontradiksi-kontradiksi.
Banyak terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab suci agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir
Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.
Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.
Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai "Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll". Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.
Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.
Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?
Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).
Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?
Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan.
Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.
Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.
Pertama, kesalahan mengenai fakta.
Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempat.
Kedua, kontradiksi-kontradiksi.
Banyak terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab suci agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir
Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.
Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.
Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai "Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll". Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.
Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.
Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?
Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).
Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?
Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan.
Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.
No comments:
Post a Comment