BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam menghitung (counting) , seorang matematikawan
biasanya tidak menghitung jumlah dari objek objek dalam suatu koleksi pada
suatu waktu, tetapi lebih mencari untuk menentukan pola pola dan hubungan
diantara objek objek yang memungkinkan mereka untuk menghitung dengan cara
tidak langsung. Dalam hal ini, menghitung terjadi dalam
banyak bagian dari matematika dan sering melibatkan metode metodeyang cukup
canggih.
Beberapa
formula menghitung kuno dapat ditelusuri pada abad ke-7. Tetapi teori menghitung
ini mulai dikembangkan pada abad ke-16, ketika matematikawan matematikawan
mulai menganalisis permainan permainan judi (games of change) tertentu. Dalam
usaha untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tentang pelemparan dadu dan
penarikan kartu kartu, beberapa orang metematikawan Eropa pada saat itu mulai
mengorganisasi hasil hasil mereka ke dalam teori menghitung yang formal. Salah
seorang tokoh utama dalam pengembangan ini adalah matematikawan Perancis, Blaise
Pascal, yang menulis sebuah makalah berkaitan dengan teori kombinasi
kombinasi.
Karya
yang dilakukan oleh pascal dan yang lain sekarang dikembangkan dalam suatu
cabang matematika yang disebut combinatorial analysis (kombinatorik).
Dua aspek besar dalam subyek ini adalah permutasi dan kombinasi yang mempunyai
aplikasi dalam teori bidang peluang.
Kombinatorial (combinatoric)
adalah cabang matematika yang mempelajari pengaturan objek objek. Solusi yang
ingin kita peroleh dengan kombinatorial ini adalah jumlah cara pengaturan objek
objek tertentu di dalam kumpulannya. Kombinatorial didasarkan pada hasil yang
diperoleh dari suatu eksperimen/percobaan atau event (kejadian/peristiwa). Percobaan adalah proses
fisik yang hasilnya dapat diamati.
B. Rumusan Masalah
a.
Siapa penemu bilangan ?
b.
Bagaimana sejarah
bilangan ?
c.
Bagaimana perkembangan
bilangan pada beberapa negara?
d.
Ada apa saja macam-macam
pada bilangan ?
e.
Apa sifat-sifat pada
bilangan ?
C. Tujuan
a.
Untuk mengetahui
bagaimana sejarah pada bilangan.
b.
Supaya mahasiswa bisa
mengetahui perkembangan bilangan di beberapa negara.
c.
Supaya mahasiswa dapat
mengetahui macam-macam bilangan beserta sifatnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
I. SEJARAH BILANGAN
1. Penemuan
Bilangan
Awal kebangkitan
teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonhard
Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833),
Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe
Peano (1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai
seorang pangeran matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan
kecantikan teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan
sebagai the queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang
sebatas konsep, tapi juga banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan konsep
bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain sebagainya.
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat
jumlah, namun dalam perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan
perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan
maka matematika menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa
kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan selalu bertemu dengan
yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi,
sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan.
2.
Gambaran Sejarah Purbakala dari Matematika
Pada mulanya di zaman purbakala banyak
bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang sungai-sungai besar. Bangsa Mesir
sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang sungai Tigris dan
Eulfrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga, bangsa Cina sepanjang
sungai sepanjang
sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk
mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah
tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan
pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan
teknik dan matematika bersama-sama.
Sejarah
menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim
sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan
yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur
untuk mengukur persil-persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban
memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak.
Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.
3.
Awal
Bilangan
Bilangan
pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol
dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi
hal yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam
kehidupan keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan,
karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun
dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.
Bilangan
dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya
kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri
untuk menggunakannya.
4. Perkembangan Teori Bilangan
Perkembangan teori bilangan telah
menyebar ke berbagai negara , di bawah ini akan di jelaskan beberapa
perkembangan yang ada pada negara-negara tersebut :
a)
Teori Bilangan Pada suku Babilonia
Matematika Babilonia merujuk pada
seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak
permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai “Matematika
Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar.
Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika
Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah
Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat
penting pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari.
Beberapa di antaranya adalah karya
rumahan. Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang
membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit
metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria
menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan
latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan
Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat
yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi
topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan
bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu
juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan
persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang
akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis
menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya
penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360
(60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti
orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat
yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan
nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal
b)
Teori Bilangan Pada Suku Bangsa
Mesir Kuno
Matematika Mesir merujuk pada
matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak peradaban helenistik
matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang
membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut
di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa
Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling
panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang disebut juga “Lembaran Ahmes”
berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin
lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah
yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan
cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga
menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit
dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman
sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan
6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga
barisan aritmetika dan geometri.
Naskah matematika Mesir penting
lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh
kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal cerita, yang
barangkali ditujukan sebagai hiburan.
c)
Teori Bilangan Pada Suku Bangsa
India
Sulba Sutras (kira-kira 800–500 SM)
merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan irasional,
bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar kuadrat dari 2
sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode konstruksi lingkaran
yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikan persamaan linear
dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan
pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.
Kira-kira abad ke-5 SM merumuskan
aturan-aturan tata bahasa Sanskerta menggunakan notasi yang sama dengan notasi
matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan
rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam risalah
prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner.
Pembahasannya tentang kombinatorika bersesuaian dengan versi dasar dari teorema
binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci.
Pada sekitar abad ke 6 SM, kelompok
Pythagoras mengembangkan sifat-sifat bilangan lengkap (perfect number),
bilangan bersekawan (amicable number), bilangan prima (prime number), bilangan
segitiga (triangular number), bilangan bujur sangkar (square number), bilangan
segilima (pentagonal number) serta bilangan-bilangan segibanyak (figurate
numbers) yang lain. Salah satu sifat bilangan segitiga yang terkenal sampai
sekarang disebut triple Pythagoras, yaitu : a.a + b.b = c.c yang ditemukannya
melalui perhitungan luas daerah bujur sangkar yang sisi-sisinya merupakan
sisi-sisi dari segitiga siku-siku dengan sisi miring (hypotenosa) adalah c, dan
sisi yang lain adalah a dan b. Hasil kajian yang lain yang sangat popular
sampai sekarang adalah pembedaan bilangan prima dan bilangan komposit. Bilangan
prima adalah bilangan bulat positif lebih dari satu yang tidak memiliki Faktor
positif kecuali 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan positif selain satu dan
selain bilangan prima disebut bilangan komposit. Catatan sejarah menunjukkan
bahwa masalah tentang bilangan prima telah menarik perhatian matematikawan
selama ribuan tahun, terutama yang berkaitan dengan berapa banyaknya bilangan
prima dan bagaimana rumus yang dapat digunakan untuk mencari dan membuat daftar
bilangan prima.
Dengan berkembangnya sistem
numerasi, berkembang pula cara atau prosedur aritmetis untuk landasan kerja,
terutama untuk menjawab permasalahan umum, melalui langkah-langkah tertentu,
yang jelas yang disebut dengan algoritma. Awal dari algoritma dikerjakan oleh
Euclid. Pada sekitar abad 4 S.M, Euclid mengembangkan konsep-konsep dasar
geometri dan teori bilangan. Buku Euclid yang ke VII memuat suatu algoritma
untuk mencari Faktor Persekutuan Terbesar dari dua bilangan bulat positif
dengan menggunakan suatu teknik atau prosedur yang efisien, melalui sejumlah
langkah yang terhingga. Kata algoritma berasal dari algorism. Pada zaman Euclid,
istilah ini belum dikenal. Kata Algorism bersumber dari nama seorang muslim dan
penulis buku terkenal pada tahun 825 M., yaitu Abu Ja’far Muhammed ibn Musa
Al-Khowarizmi. Bagian akhir dari namanya (Al-Khowarizmi), mengilhami lahirnya
istilah Algorism. Istilah algoritma masuk kosakata kebanyakan orang pada saat
awal revolusi komputer, yaitu akhir tahun 1950.
Pada abad ke 3 S.M., perkembangan
teori bilangan ditandai oleh hasil kerja Erathosthenes, yang sekarang terkenal
dengan nama Saringan Erastosthenes (The Sieve of Erastosthenes). Dalam enam
abad berikutnya, Diopanthus menerbitkan buku yang bernama Arithmetika, yang
membahas penyelesaian persamaan didalam bilangan bulat dan bilangan rasional,
dalam bentuk lambang (bukan bentuk/bangun geometris seperti yang dikembangkan
oleh Euclid). Dengan kerja bentuk lambang ini, Diopanthus disebut sebagai salah
satu pendiri aljabar.
d)
Teori Bilangan Pada Masa Sejarah
(Masehi)
Awal kebangkitan teori bilangan
modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonhard Euler
(1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833), Dirichlet
(1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano
(1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai seorang
pangeran matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan
teori bilangan, dan untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan sebagai the
queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain sebagainya.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer, dan lain sebagainya.
II. MACAM-MACAM BILANGAN
Sebelum
kita mengenal macam-macam bilangan, kita mengenal terlebih dahulu pengertian
dari bilangan tersebut. Bilangan adalah suatu ide yang bersifat abstrak yang
akan memberikan keterangan mengenai banyaknya suatu kumpulan suatu kumpulan
benda. Biasanya lambang bilangan sering dinotasikan dalam bentuk tulisan
sebagai angka.
Adapun
macam-macam bilangan , yaitu ada bilangan bulat, bilangan asli, bilangan cacah,
bilangan prima, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan pecahan, bilangan
rasional, bilangan irrasional, bilangan riil, bilangan imajiner dan bilangan
kompleks. Dan dapat diuraikan penjelasannya sebagai beikut :
1.
Bilangan Bulat
Bilangan
bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan positif, bilangan negatif
dan bilangan bulat.
Contoh
bilangan bulat : -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3……
2.
Bilangan Asli
Bilangan
asli merupakan bilangan bulat positif yang diawali angka 1 sampai tak
terhingga.
Contoh
bilangan asli : 1, 2, 3, 4, 5, 6, …..
3.
Bilangan Cacah
Bilangan
cacah merupakan bilangan yang diawali dengan angka nol (0) sampai tak
terhingga.
Contoh
bilangan cacah : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 …..
4.
Bilangan Prima
Bilangan
prima yaitu bilangan yang tepat mempunyai 2 faktor yaitu dapat di bagi oleh
angka 1 dan dengan bilangan itu sendiri, atau bilangan asli bukan 1 yang dapat
di bagi dengan bilangan itu sendiri.
Contohnya
: 2, 3, 5, 7, 11, ….
5.
Bilangan Genap
Bilangan
genap adalah bilangan cacah yang dapat di bagi 2.
Contohnya
: 2, 4, 6, 8, 10 , …..
6.
Bilangan Ganjil
Bilangan
ganjil merupakan bilangan asli yang jika di bagi 2 selalu bersisa satu (1).
Contohnya
: 1, 3, 5, 7,…..
7.
Bilangan Pecahan
Bilangan
pecahan merupakan bilangan yang terdiri dari pembilang dan penyebut, dimana
pembilang sebagai bilangan yang terbagi dan penyebut sebagai bilangan pembagi.
Bilangan pecahan terdiri dari pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan decimal,
pesacah persen dan pecahan pemil.
Contohnya
:
·
Pecahan Biasa : ⅔ ⅖ ⅘
·
Pecahan Cmpuran : 5 ⅘ ,7⅖
·
Pecahan Desimal : 0,3/0,25
·
Pecahan Persen : 30% = 30/ 100
·
Pecahan permil : 30‰ = 30/1000
8.
Bilangan Rasional
Bilangan
rasional adalah suatu
bilangan yang dapat dinyatakan sebagai suatu pembagian antara 2 bilangan bulat.
Contohnya : , , ….
9.
Bilangan Irrasional
Bilangan
irrasional yaitu suatu bilangan yang tidak dapat dinyatakan sebagai pembagi
antara dua bilangan.
Contohnya
: , log 7 , …..
10.
Bilangan Riil (nyata)
Bilangan
riil yaitu suatu bilangan yang merupakan penggabungan dari bilangan rasional
dan bilangan irrasional.
Contohnya
: , log 7 , ….
11.
Bilangan immajiner
Bilangan
immajiner yaitu suatu bilangan yang dilambangkan dengan huruf (i) dimana i2
bernilai -1 atau i =
Contohnya
: i, 2i, 4i, ,,,,,,,,
x -1 = 4 x i = 4i
12.
Bilangan Kompleks
Bilangan
kompleks yaitu suatu bilangan penjumlahan antara bilangan real dan bilangan
immajiner atu yang terdiri atas a+bi.
Contohnya
: 3+4i …..
III. SIFAT BILANGAN
1)
Sifat Komutatif
Dalam penjumlahan
dan perkalian, angka yang akan dijumlahkan atau dikalikan dapat dibolak – balik
:
5 + 2 = 7 dan 2 + 5 = 7
5 x 2 = 10 dan 2 x 5 = 10
Ini adalah merupakan sifat komutatif,
yaitu jika angka yang akan dijumlahkan atau dikalikan menghasilkan hasil yang
sama. Dalam sebuah variable dapat dituliskan :
a + b = b + a
a x b = b x a
sifat ini tidak berlaku pada operasi
pengurangan dan pembagian.
Contoh :
5 – 2 = 3 sedangkan 2 – 5 = -3
4 : 2 = 2 sedangkan 2 : 4 = 0,5
2)
Sifat Asosiatif
Dalam operasi
penjumlahan dan perkalian pada tiga bilangan, tidak menjadi masalah apakah anda
menggabungkan dua bilangan pertama kemudian bilangan ketiga, atau jika anda
mulai dengan menggabungkan bilangan kedua dan ketiga baru kemudian bilangan
pertama.
Contoh :
5 + ( 3 + 6 ) = 14 dan ( 5 + 3 ) + 6 =
14
5(3x6) = 90 dan (5x3)6 = 90
Dalam bentuk variable dapat dituliskan
sebagai berikut :
a + ( b + c ) = ( a + b ) + c
a(b xc ) = (axb)c
sedangkan pada operasi pengurangan dan
pembagian sifat asosiatif tidak berlaku.
3)
Sifat Distributif
Perkalian dapat
didistribusikan pada operasi penjumlahan atau pembagian.
Contoh :
3( 4 + 5 ) = 3 x 9 = 27 dan 3(4) + 3(5)
= 12 + 15 = 27
Dalam bentuk variable dapat dinyatakan
dengan :
a( b + c ) = a(b) + a(c)
pada operasi pambagian tidak dapt di
distribusikan pada operasi penjumlahan ataupun operasi pengurangan.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Awal kebangkitan
teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-1665), Leonhard
Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833),
Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe
Peano (1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Bilangan pada
awalnya di gunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah
para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang
tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat
penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian
kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu
dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik,
filosofi dan hiburan.
Macam-macam bilangan terdiri dari
bilangan bulat, bilangan asli, bilangan cacah, bilangan prima, bilangan genap,
bilangan ganjil, bilangan pecahan, bilangan rasional, bilangan irrasional,
bilangan riil, bilangan imajiner dan bilangan kompleks.
Sifat dalam bilangan di antaranya : sifat komunikatif,
sifat asosiatif, sifat distributif.
DAFTAR PUSTAKA
Yahya,
Yusuf dkk. 2011. Matematika Dasar
Perguruan Tinggi. Bogor : GHALIA INDONESIA.
http://www.adipedia.com/2011/04/mengenal-macam-macam-bilangan-dan.html
http://hariski.wordpress.com/2011/10/17/macam-macam-bilangan-matematika/
http://4matakuliah.blogspot.com/2011/10/macam-macam-bilangan.html
No comments:
Post a Comment