12 Rahasia Kejahatan Yahudi
dalam Kitab Suci
Written by
Henri Shalahuddin
Ide mendirikan negara Yahudi dalam
perkembangan gerakan Zionis, sebenarnya banyak dipengaruhi oleh Theodore Herzl.
Dalam tulisannya, Der Jadenstaat (Negara Yahudi), dia mendorong organisasi
Yahudi dunia untuk meminta persetujuan Turki Usmani sebagai penguasa di
Palestina agar diizinkan membeli tanah di sana. Kaum Yahudi hanya diizinkan
memasuki Palestina untuk melaksanakan ibadah, bukan sebagai komunitas yang
punya ambisi politik (lihat: Palestine and The Arab-Israeli Conflict, 2000:
95). Keputusan ini memicu gerakan Zionis radikal. Bersamaan dengan semakin
melemahnya pengaruh Turki Usmani, para imigran Zionis berdatangan setelah
berhasil membeli tanah di Palestina utara. Imigrasi besar-besaran ini pun
berubah menjadi penjajahan tatkala mereka berhasil menguasai ekonomi, sosial
dan politik di Palestina dengan dukungan Inggris (Israel, Land of Tradition and
Conflict, 1993:27).
Berakhirnya
Perang Dunia I, Inggris berhasil menguasai Palestina dengan mudah. Sherif
Husein di Mekah yang dilobi untuk memberontak kekuasaan Turki juga meraih
kesuksesan. (1948 and After: Israel and Palestine, 1990:149). Rakyat Palestina
semakin terdesak dan menjadi sasaran pembantaian. (2000:173). Agresi Zionis
terus berlanjut, 360 desa dan 14 kota yang didiami rakyat Palestina dihancurkan
dan lebih 726.000 jiwa terpaksa mengungsi. Akhirnya pada Jumat, 14 Mei 1948,
negara baru Israel dideklarasikan oleh Ben Gurion, bertepatan dengan 8 jam
sebelum Inggris dijadwal meninggalkan Palestina. Untuk strategi mempertahankan
keamanannya di masa berikutnya, Israel terus menempel AS hingga berhasil
mendapat pinjaman 100 juta U$D untuk mengembangkan senjata nuklir.
Elisabeth
Diana Dewi dalam karya ilmiahnya, The Creation of The State of Israel
menguraikan bahwa secara filosofi, negara Israel dibentuk berdasarkan tiga
keyakinan yang tidak boleh dipertanyakan: (a) tanah Israel hanya diberikan
untuk bangsa pilihan Tuhan sebagai bagian dari Janji-Nya kepada mereka. (b)
pembentukan negara Israel modern adalah proses terbesar dari penyelamatan tanah
bangsa Yahudi. (c) pembentukan negara bagi mereka adalah solusi atas sejarah
penderitaan Yahudi yang berjuang dalam kondisi tercerai berai (diaspora). Maka,
merebut kembali seluruh tanah yang dijanjikan dalam Bibel adalah setara dengan
penderitaan mereka selama 3000 tahun. Oleh sebab itu, semua bangsa non-Yahudi
yang hidup di tanah itu adalah perampas dan layak untuk dibinasakan.
Yahudi dalam Al-Quran
Fakta
fenomenal saat ini yang menggambarkan arogansi, kecongkakan dan penindasan
Yahudi terhadap kaum muslimin adalah hikmah yang harus diambil dari Firman-Nya:
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu:
"Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan
pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” (QS.17:4).
Dalam tafsir Jalalayn dijelaskan bahwa maksud fil ardhi dalam ayat itu adalah
bumi Syam yang meliputi Suriah, Palestina, Libanon, Yordan dan sekitarnya.
Pembunuhan
bukan hal asing dalam sejarah Yahudi. Bahkan nabi-nabi mereka, seperti Nabi
Zakariya dan Nabi Yahya pun dibunuh. Mereka juga mengira telah berhasil
membunuh Nabi Isa dan bangga atas usahanya. Tapi Al-Quran membantahnya
(QS.4:157). Inilah di antara makna bahwa yang paling keras permusuhannya
terhadap kaum beriman ialah orang Yahudi dan musyrik (QS. 5:82).
Penolakan
janji Allah (QS. 5:21-22) yang memastikan kemenangan jika mau berperang bersama
Nabi Musa, membuktikan sebenarnya Yahudi adalah bangsa penakut, pesimis, tamak
terhadap dunia dan lebih memilih hidup hina daripada mati mulia. Bahkan QS.
5:24 menggambarkan bahwa mereka tidak butuh tanah yang dijanjikan dan tidak
ingin merdeka selama masih ada sekelompok orang kuat yang tinggal di sana. Lalu
mereka meminta Nabi Musa dan Tuhannya berperang sendiri.
Oleh karena
itu Al-Quran menggambarkan bahwa kerasnya batu tidak bisa mengimbangi kerasnya
hati kaum Yahudi. Sebab masih ada batu yang terbelah lalu keluar mata air
darinya dan ada juga yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah (QS. 2:74).
Keras hati kaum Yahudi ini di antaranya disebabkan hobi mereka mendengarkan
berita dusta dan makan dari usaha yang diharamkan (QS. 5:24).
Dua Belas Kejahatan Yahudi
Dalam buku
Qabaih al-Yahud dijelas 12 kejahatan Yahudi yang termaktub dalam Al-Quran.
Kejahatan itu adalah sebagai berikut:
- Menuduh Nabi Musa punya penyakit kusta karena tidak mau mandi bersama mereka. (QS. 33:69)
- Enggan melaksanakan Taurat, sehingga Allah mengangkat gunung Tursina untuk mengambil perjanjian yang teguh. (QS.2:93)
- Tidak mau beriman kecuali jika melihat Allah langsung. (QS. 2:55 dan 4:153)
- Merubah perintah agar masuk negeri yang dijanjikan seraya bersujud dan mengucapkan hithah, yakni memohon ampunan. Tapi mereka mengganti perintah itu dengan cara melata di atas anusnya dan mengatakan hinthah, yakni sebutir biji di rambut. (QS. 2:58-59
- Menuduh Nabi Musa mengolok-olok mereka saat mereka disuruh menyembelih sapi betina. (QS. 2:67)
- Menulis Alkitab dengan tangan mereka, lalu mengatakan ini dari Allah. (QS. 2:79)
- Memutar-mutar lidahnya untuk menyakinkan bahwa yang dibacanya itu adalah wahyu yang asli. (QS. 3:78)
- Merubah Firman Allah. (QS.2:75)
- Menyembah patung sapi saat ditinggal Nabi Musa mengambil Taurat. (QS.2: 51 dan 92)
- Mengatakan Tangan Allah terbelenggu. (QS.5:64)
- Menuduh Allah itu faqir. (QS. 3:181)
- Menyuruh Nabi Musa dan Tuhannya berperang untuk mereka (QS.5:24)
Di samping
itu, sosok nabi yang seharusnya dijadikan suri tauladan, justru dinistakan.
Nabi Ibrahim dalam Kejadian pasal 12:10-16 dan 20:1-14, dikisahkan sebagai
orang yang hina, menjijikkan dan rakus harta benda. Beliau dituduh menjual
isterinya yang cantik demi meraih keuntungan. Kitab suci mereka tidak pernah
menceritakan beliau sebagai Nabi pemberani yang menghancurkan patung meskipun
harus dilemparkan kedalam api, menyeru ayah dan kaumnya meninggalkan
kemusyrikan. Kisah memilukan juga menimpa Nabi Luth. Dalam Kejadian Pasal
19:30-38, beliau dikisahkan menzinahi kedua putrinya dalam keadaan mabuk.
Islam adalah
musuh permanen bagi Yahudi dan Nasrani. Sebab Islam adalah satu-satunya agama
yang kitab sucinya mengoreksi langsung kesalahan dua agama itu. Ibarat seorang
adik, ia berani membongkar kejahatan kedua kakaknya. Oleh sebab itu, kedengkian
mereka tidak akan padam dan masih eksis dalam kajian-kajian mereka. Contoh
kedengkian intelektual ini seperti klaim bahwa Al-Quran banyak dipengaruhi kosa
kata Ibrani, seperti diungkapkan Adnin Armas dalam bukunya Metodologi Bibel
dalam Studi Al-Quran. Klaim ini dicetuskan oleh Abraham Geiger (1810-1874), seorang
rabi dan pendiri Yahudi Liberal di Jerman dalam karyanya, Apa yang telah
Muhammad pinjam dari Yahudi?
Jauh
sebelumnya, Imam Syafi’i telah menolak tudingan semisal itu dan menguatkan
bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Sebab semua lafadz dalam Al-Quran
mustahil tidak dipahami oleh semua orang Arab, meskipun sebagian lafadz itu ada
yang tidak dimengerti oleh sebagian orang Arab. Hal ini mengingat luasnya
samudera bahasa Arab, bukan karena kata itu tidak berasal dari bahasa Arab.
Karena kata-kata yang dituduhkan asing itu telah menjadi bahasa Arab, dikenal
dan telah digunakan oleh masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Anehnya,
virus Geiger kini berkembang subur di sebagian umat. Pengacauan studi Islam dan
maraknya franchise-franchise hermeneutika untuk menafsirkan Al-Quran di
sebagian institusi pendidikan tinggi Islam sangat potensial melemahkan akidah
dan ukhuwah. Fenomena ini perlu dipertimbangkan para tokoh umat di samping
fatwa tentang pemboikotan produk Israel dan Amerika
No comments:
Post a Comment